Jun 28, 2009

New Interest: First Step to Become A Wizard

Kotak ajaib a.ka microwave sudah datang. Tanpa diduga pula. Ternyata Mama sudah pesan dari lama tapi baru diantar kemarin. Yay!

Sambil mendemokan cara memakainya, si pengantar menjelaskan berbagai fungsi dari microwave yang satu ini. Bisa menghangatkan makanan atau minuman, bakar sate, masak telor segala macam. Tapi yang paling penting ini nih.. Bisa jadi oven! Huahahahahaha!
Senang hatiku!

Malamnya saya langsung mau coba praktek. Asal tahu saja, pengalaman masak saya sejauh ini hanya berkisar mi, telor, kornet, nasi goreng, dan, mungkin kalau bisa disebut, lekker.
Saya selalu kagum pada orang-orang yang lihai memasak. Wihi, seperti penyihir saja. Benar lho, ini tidak hiperbolis, saya benar-benar beranggapan demikian. Mengubah yang mentah dan kadang menjijikkan jadi sedap dimakan. Itu magic namanya. Hehe.

Anyway, microwave baru datang bersama sebuah buku resep kecil. Pilih pilih pilih, jatuhlah pilihan saya pada KUE APEL KARAMEL. Wuw, namanya saja sudah bikin ngiler.
Kebetulan semua bahannya tersedia kecuali apel dan susu kental manis. Ah, gampang ituu, tinggal beli di mini market dekat rumah saja.

Tapi saya tidak yakin pada keberadaan si timbangan kue. Setelah mengaduk-aduk isi dapur dan diperkuat oleh kesaksian si Mbak, ternyata benar saja timbangan kue itu tak ada. Sudah hilang entah kemana ketika saya pindahan dulu.

Kecewa, tapi tak surut semangat, saya berniat membeli timbangan kue malam itu juga. Karena niat yang tertunda biasanya awal dari kealpaan, maka saya tetapkan malam ini juga, ketika niatan saya masih membara, saya harus bikin kue. Ditemani dua adik saya, kami melaju ke Superindo terdekat.
Sialnya tidak ada timbangan kue. Hwahh, supermarket macam apa ini?
Sekali lagi saya mantapkan niat, kami pindah ke Naga. Ada! Yay!

Sampai di rumah saya baru ingat, saya punya loyang tidak ya? Pasalnya kan saya tidak boleh memasukkan bahan plastik ketika menggunakan fungsi oven. Aduk aduk aduk, akhirnya saya menemukan panci yang lumayan besar tapi masih muat di microwave. Ini namanya tak ada rotan akar pun jadi.

Dengan riang saya mulai membuat karamel. Saya ikuti petunjuk di buku resep yang ternyata kurang informatif. Bingung juga saya jadinya. Kapan adonan satu dengan adonan yang lain dicampur tidak jelas. Ya sudahlah, kalau ujung-ujungnya dicampur, kan tidak masalah kapan dicampurnya. Jadi saya campurkan saja semena-mena.
Lucunya, hingga akhir petunjuk, tidak disebutkan soal mencampurkan parutan apel yang tercantum di daftar bahan. Hah, sudahlah masukkan saja belakangan.
Dicantumkan di resep adalah "parutan kasar apel". Tapi saya sudah malas lagi mencari dimana parutan berada. Walhasil saya potong kecil-kecil saja apelnya lalu saya lemparkan ke adonan.

Ketika akan memasukkan ke "loyang", saya baru sadar panci saya, eh maksudnya loyang, ada pegangan yang terbuat dari karet. Huaaaaaaah!
Kembali lah saya berklontang-klontang di dapur hingga akhirnya mendapatkan panci lain tanpa pengangan yang diameternya lebih kecil. Pas sekali adonannya masuk ke panci tersebut.
Saya ragu juga sih, dengan ketebalan segini, apa mungkin bagian dalam adonan bisa matang?
Tapi toh adonan sudah terlanjur jadi. Ini ibarat maju kena mundur kena. Yasudah kalau sama-sama kena, saya pilih maju saja.
Diiringi bismillah, saya masukkan adonan itu ke oven.

20 menit kemudian.
Si kue dikeluarkan. Tapi begitu saya tes dengan menancapkan pisau pada kue tersebut, kontan saja adonan di dalamnya yang masih cair merembes keluar. Huh. Masuklah kembali ia ke dalam oven.

10 menit kemudian.
Si kue dikeluarkan. Tak lagi ada cairan ketika saya tancapkan pisau. Yay!
Dengan semangat saya balik "loyang"nya di atas piring. Sulit juga melepasnya. Begitu lepas... oooh, saya bersyukur karena piring yang saya gunakan cukup besar dan cekung sehingga cairan adonan yang belum matang tidak lari kemana-mana.
Huhuhuhuu... Sia-sialah segala gula, tepung terigu, telur, baking powder dkk yang telah saya investasikan dalam adonan ini. Begitu pikir saya sesaat.
Tapi kemudian saya sadar bagian atas dari kue ini masih selamat. Yeah. Maka dengan agak kesusahan saya potong bagian atas kue dan saya letakkan di piring baru. Yay!

Mau tahu bagaimana bentuknya?
Aduh maaf sekali, tapi kabel data HP saya lagi trouble.

Kalau menurut adik saya rupanya seperti pizza meat lover. Huahahaha. Tapi saya lumayan terhibur karena ia juga mengakui kalau kue setengah jadi ini enak. Anda boleh tidak percaya, tapi memang lumayan enak kok rasanya. Terasa seperti karamel dan apel. Hehe. Adik saya juga jelas-jelas tidak hanya lip service, itu bukan keahliannya apalagi kalau subyeknya saya. Buktinya pagi ini ia tandaskan semuanya tanpa menyisakan sedikit pun untuk saya. (Sial!)

Ini belum selesai. Saya sudah terlanjur menginvestasikan Rp 64.100 untuk beli timbangan kue. Sayang kalau hanya dipakai sekali. Saya malah berencana menambah investasi dengan membeli loyang. Hahaha.
Ya, saya memang kadang keras kepala. Tapi kalau menurut Om Churchil kan, courage is going from failure to failure without losing enthusiasm, jadi takpapalah yang pertama ini gagal. Suatu hari saya pasti bisa jadi penyihir beneran yang bisa bikin kue super enak!
(Amin!)

Jun 13, 2009

"enemy"

As far as I know, I don't have enemy. But sure I have my least favorite person in the world. The closest person I'd refered as my enemy. Thanks to Facebook, I just noticed that this person is now fulfilled with happiness.

And, I, strangely, feel happy for this person.

Can't help but wonder, how could I?
What happen to "their misery is my joy and their joy is my misery"?
I guess sometime life's just less dramatic than soap opera.

Jun 6, 2009

New Project

Meet Ebi, my extraordinary bestfriend-partner, and our new project. I copied this from her multiply.

temaannssss...
Gw lagi dalam proses mau buka delivery book rental (a.k.a ReadingWalk) nih. Konsepnya sama dengan beberapa perpustakaan, cuma didalemnya kita punya competitive advantage

Nah, sama seperti perpustakaan, main core dari ReadingWalk ini pastinya koleksi-koleksi buku. ReadingWalk mau ngajakin siapa aja diluar sana yang berminat
untuk kerjasama outsourcing buku sama delivery book rental ini.

Bentuk kerjasamanya gimana?
Jadi, temans semuanya, siapapun itu, bisa nitipin bukunya di ReadingWalk, untuk nantinya dipinjemin sama ReadingWalk ke para member yang terdaftar. Itung-itung ketimbang bukunya nganggur - di tumpukan samping tempat tidur, di lantai kamar, di rak buku, atau (paling sadis) ketumpuk di kardus-kardus di gudang dan ternyata nantinya dibuang - lebih baik bukunya kita pinjemin ke orang - orang untuk saling memberi manfaat.. betul bukan???

Bukunya yang bisa dititipin buku apa aja???
Buku apppaaaaaaaa ajjjjaaaaa dari berbagai genre.... mulai dari yang fiksi sampe non-fiksi. berbagai jenis novel, komik, buku-buku self improvement, biografi, sastra, sejarah indonesia, dan baik itu terjemahan maupun bahasa Indonesia. Gak cuma buku, ReadingWalk juga nerima berbagai jenis majalah. baik itu masih baru maupun udah second. Persyaratan mengenai jenis buku yang bisa dititipin cuma satu, buku harus asli. Gak dooonnggg ngebajak hak cipta kreativitas orang
lain...


Bukunya nantinya diapaiiinn??? kalo kenapa - kenapa gimana????
Khawatir nantinya nasip bukunya bakal gimana, tenang aja...don't worry dan tetep heppi... karna pengelola ReadingWalk udah mastiin gimana nantinya sistem peminjaman buku ini supaya bukunya tetep aman selama dalam masa peminjaman oleh member. Kalau nantinya terjadi apa-apa sama si buku (baik itu kerusakan kecil kayak kena noda atau halaman kelipet,, ataauu yang paling parah, si buku tercinta ini hilang), ReadingWalk akan bertanggung jawab sesuai dengan "musibah" yang terjadi sama si buku.

Terus Pemilik Buku Bisa Dapet apa?
Naaahhhh....buat yang iniiii.... kita udah nyiapin bentuk kerjasama menarik yang pastinya ngasih hasil investasi terbaik buat kedua belah pihak. Hal ini nanti akan diinformasiin sama ReadingWalk begitu pemilik buku tertarik sama kerjasama ini.
Untuk keterangan lebih jauh, silakan PM gw (yang melalui Multiply) atau kirim email ke readingwalk@gmail.com

yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa........ Gw tungguuuuuuuuuuuuuuuuuuuu...............


You can also email me for further information. :)

Jun 3, 2009

Dear People!

Semalam saya menonton acara berjudul Mata Rantai di Anteve. Tidak dari awal, saya cuma nonton kira-kira 10 menit terakhir. Itu pun disambi bikin dan menikmati Milo hangat yang sudah saya mimpikan sejak siangnya. Temanya tentang intersex. Itu lho, misalnya seseorang memiliki alat kelamin pria tapi sebenarnya kromosom tubuhnya wanita bahkan organ dalamnya, seperti rahim, berkembang seperti wanita. Atau sebaliknya, seseorang berkelamin wanita tapi kromosom tubuhnya adalah pria.

Menjelang akhir acara, salah seorang remaja tanggung pengidap intersex diwawancara. Selama wawancara si remaja ini terus menunduk sambil menggambari kertasnya. Terlihat jelas si remaja ini sungkan atau malu. Sebelumnya, ibu dari remaja ini telah menjelaskan bahwa anaknya sedang dalam masa pengobatan. Namun, menurut dokter, anaknya ini harus minum obat setiap hari.

Dang dang... Lalu sampailah adegan ketika si reporter (yang mukanya tak nampak) mewawancarai si remaja.
Bosen nggak sih minum obat tiap hari? Oh, what an important question!
Bosen, si remaja menjawab pelan sambil terus menunduk menekuri gambarnya.

Lalu pertanyaan berikutnya,
Kenapa sih mesti minum obat tiap hari?
Si remaja tak menjawab tapi tetap sibuk dengan gambarnya.

Reporter tak mau kalah.
Tahu nggak kenapa harus minum obat tiap hari?
Si remaja hanya menggumam-gumam tak jelas sambil tetap mencoret-coret kertasnya.
Yaelah, yaudah kek kalo emang nggak mau dijawab. She is just a teenager who struggles on her identity.

Keukeuh, si reporter bertanya lagi.
Mama bilang alasannya kenapa minum obat tiap hari nggak?
E, REWEL amat sih ni reporter.
Tapi akhirnya dijawab juga sama si remaja. Mama nggak pernah bilang.
Dan adegan wawancara pun berganti dengan yang lain.

Oo, saya hampir lupa. Setelah pertanyaan bosen nggak sih minum obat tiap hari itu, sebuah pertanyaan paling ultimate sepanjang wawancara keluar,
Obatnya pahit nggak sih?
Jedaaaaaaang! Saya hanya melongo dengan alis naik ke atas.

Jadi, setelah menonton wawancara tersebut saya jadi tahu beberapa hal.
  1. Minum obat tiap hari itu bisa bikin bosan.
  2. Obat itu pahit looh...
  3. Ibunya nggak memberi tahu anaknya kenapa ia harus minum obat tiap hari. Tapi bentar lagi juga si anak tahu lewat televisi. Atau lewat teman-temannya yang nonton televisi.

Mungkin bukan salah sih reporter, mungkin ia hanya menjalankan perintah dari atasan. Whatever. Oh, media people, don't you know how much I adored you?
I always thought that you're a bunch of smart, knowledgeable, tough, strong and idealist people. I still think that way.. for some of you.

Tapi saya suka gemas melihat aksi-aksi di televisi ketika, misalnya, terjadi bencana alam. Lalu diwawancarailah ibu-ibu yang sedang menangis sesegukan lantaran kehilangan harta benda dan keluarga, lalu ditanyalah: bagaimana perasaan ibu?
Waw, rasa hati ini deg-degan. Karena selain pertanyaan itu ditanyakan pada momen yang pas sekali, tapi juga karena saya benar-benar tidak bisa menebak jawaban apa yang akan dikeluarkan oleh si ibu.

Kalau bagian wawancara yang dipilih untuk ditayangkan adalah yang itu, saya nggak kebayang deh bagian yang tidak ditayangkan seperti apa.

You know, the biggest disapointment often come from people you admire the most.

The Other Blog

Dear all, This blog is not going to be updated often as I have created another one at www.floresianay.wordpress.com which will be focusi...