Jan 28, 2010

It's a Jungle Out There

Omaygaaaaaaat!! ******* ** (isi dengan sebuah nama jabatan) gw ganteeeeeeeeeeeeeeeeng bgttttttttttttt!!!!!!


Sent.
Sent.
Sent.
Sent.
Sent.
Sent.

Tidak sampai satu menit kemudian inbox saya sudah bertambah sesak dengan 6 SMS balasan dari teman-teman cewek saya.
Satu menit.
Lebih cepat dibalas daripada ketika saya mengadukan keluh kesah saya. Lebih cepat daripada ketika saya menanyakan mau makan dimana. Lebih cepat dibalas daripada ketika saya tanyakan apa kabar mereka.
Salam yak!

Mana? Mana? Ada fotonya ga?

Wii.. Kenalin doong..


Lalu ada satu pertanyaan yang selalu muncul di tiap SMS tersebut.

single ga?



Saya jadi ingat tagline TV serial berjudul Lipstick Jungle. Lupa persisnya, tapi kira-kira:
It's a jungle out there. Get dress.
Atau dress up? Entahlah. Lupa.

God.

Behave, Ladies!!

Hahahaha. :P

Jan 25, 2010

Mellow

"I don't say it often but I'm scared. I can’t stand the fact that you could hurt
me. I don’t like being this close, but I love it. You’re my everything and I
hate it. Because you have everything you need to break me. And I’m not saying
you will, but I am scared."


"I keep thinking of how much I love talking to you, how good you look when you
smile, and how much I love your laugh. I daydream about you every moment,
replaying pieces of our conversation, laughing at funny things that you said or
did. I’ve memorized your face and the way that you look at me. I catch myself
smiling again at what I imagine. I can’t wait to see you again and I wonder what
will happen the next time we are together. I really hope you know how much I
cherish the time that we get to spend together."


"I don't know what it is about you. Maybe it’s the way nothing else matters when
we’re talking, or how you make me smile more than anyone else has. Or maybe it
could be the way you say the right thing at the right time. But whatever it is,
I just want you to know that it means everything to me."


Nothing special, really. I am not in love. I'm just being mellow tonight. Hehehe.
And well, maybe I kinda miss being in love a little bit (excluding the heartache etc.)
Haha. So yeah, tonight is my mellow time!


PS. And I kinda blame Batari for intoduced me to this fascinating tumblr (where I got all the quotes above) and made my night even more mellow...

Jan 19, 2010

Loving

Beberapa tahun lalu, saya pernah ingin menanam bunga matahari.

Waktu itu saya masih kuliah, tinggal di sebuah kamar yang cukup besar berdua dengan salah satu teman baik saya. Lalu suatu hari saya merasa, kayaknya ada yang kurang deh dalam hidup saya...

Pada waktu itu (mungkin juga sampai sekarang sih), beberapa teman dekat saya bilang kalau saya ini heartless. Beberapa yang lain bilang saya too logical. Saya lebih suka yang terakhir, dengan catatan kata too itu dihilangkan. Hehe.
Menurut saya sih, I simply keep my head over my heart. Kalau ternyata jadinya malah seperti hal-hal yang saya sebutkan sebelumnya, ya mau gimana lagi dong. :P

Tapi ya ternyata, terlalu banyak head over heart itu entah bagaimana bikin saya jadi agak "kesepian". Jadilah saya bercita-cita untuk menanam sebuah tanaman yang bisa saya rawat dan menjadi tempat curahan kasih sayang (oh my God, kok gue jadi terdengar pathetic gini ya?).

Dan saya pilih bunga matahari!
Soalnya bunga matahari itu terkesan ceria, optimis dan kuat tapi juga cantik.

Rencana tinggalah rencana. Setelah sempat sekali mencari bijinya dan tidak ketemu, lama kelamaan cita-cita itu terkubur tugas-tugas kuliah yang menggila.

**

Lalu, beberapa minggu lalu saya sampai di blog Alaya, dimana salah satu postingannya menawarkan diri untuk mengirimi biji sunflower bagi siapapun yang berminat.
Inilah jodoh! Pikir saya ketika itu.
Segera, secepat kilat menyambar, saya kirim email kepada Alaya. Kira-kira seminggu kemudian datanglah mas-mas Tiki mengantarkan biji bunga matahari.

Saya, dibantu Beni, menanam biji tersebut di dalam sebuah pot. Saya letakkan di balkon lantai 2 supaya bisa saya pandang-pandang. Senang. Senang.

**

Kemarin, di jalan pulang dari kantor, saya baru ingat kalau si tunas bunga matahari belum saya siram sejak dua hari sebelumnya. Begitu sampai rumah, buru-buru saya tuang air dari dispenser (namanya juga buru-buru), dan cepat-cepat saya siramkan ke tanah yang mengungkung sang tunas.

Kok bisa ya saya lupa sama si tunas ini. Padahal saya benar-benar mengharapkan ia tumbuh subur. Padahal saya sudah siapkan beberapa nama untuk tunas ini. Padahal, padahal, kayaknya saya sayang deh sama tunas ini.
Apa ini artinya saya tidak berbakat dalam hal menyayangi ya?
Moga-moga enggak deh..

Sunflower, sunflower, grow up well, grow up beautiful... and tell me that I am good at loving something. :D

Jan 15, 2010

When Writing Meets Movie

Bluntly speaking, postingan ini saya buat dalam rangka mengiklankan ReadingWalk, rental buku online dengan sistem delivery yang saya kelola bersama Ebi.

Tapi tenang saja, saya tidak akan tulis di blog ini kalau saya pikir ini tidak akan menarik buat Anda. :D


Ini menarik.

Bener deh.

Sueeer.

Apalagi kalau Anda suka menulis dan suka nonton. Penasaran nggak? Nggak juga gapapa, tapi tetep dibaca ya.. :)


ReadingWalk menggelar ReadingWalk's Writing Contest! (disini suara gong masuk)
Apa itu?
Kontes menulis. Hoho, Beni juga tau itu kontes menulis (dia kan udah les di EF loh..).


Jadi, gampang saja Kawan. Asal Anda tahu ABC sampai Z, punya blog atau Facebook, pasti bisa ikutan. Yang perlu Anda lakukan adalah hal yang sudah Anda kuasai sejak kelas 1 SD:
m e n u l i s


Nah, menulisnya tidak asal curhat ya karena ada temanya. Temanya adalah ini:

"How ReadingWalk Helps You Opening the Window to the World"

(disini suara gong masuk lagi)


Nah, kalau Anda tidak tahu apa itu ReadingWalk, jangan khawatir Anda tinggal datang saja ke websitenya. Nih saya berikan link-nya supaya Anda tinggal klik disini.


Ketentuan penulisannya sebagai berikut:
  • Tulisan harus memuat profil dan link ke website ReadingWalk

  • Tulisan dibuat di blog (wordpress, blogspot, multiply dan situs-situs blog lainnya yang sejenis) atau Facebook note

  • Tulisan dapat dibuat dalam bahasa Indonesia atau Inggris

  • Format penulisan bebas (formal atau santai)


Lalu, ketentuan kontesnya adalah sebagai berikut (sabar ya, this is gonna be long):
  • Kontes terbuka bagi umum (tidak terbatas pada anggota ReadingWalk)
    Peserta harus mengirimkan link tulisan beserta identitas diri:
    o Nama
    o Usia
    o Jenis Kelamin
    o Alamat
    o Nomor telepon
    o Jenis Identitas
    o Nomor Identitas
    ke email ReadingWalk di readingwalk@gmail.com paling lambat 28 Februari 2010 sebagai tanda pengumpulan materi tulisan. Tulisan yang linknya tidak dikirimkan melalui email maka tidak akan diikutsertakan dalam kontes.

  • ReadingWalk akan menampilkan setiap link dan cuplikan tulisan website, blog ataupun Facebook Note yang masuk dan memenuhi syarat di website resmi ReadingWalk. --> yuk, yuk, manfaatkan acara ini untuk mentenarkan blog Anda atau diri Anda sendiri, hehe.

  • 5 finalis akan dipilih untuk selanjutnya akan dimuat tulisannya pada notes ReadingWalk di Facebook. Dua pemenang akan dipilih masing-masing untuk kategori Tulisan Terbaik dan Tulisan Terpopuler

  • 5 Tulisan finalis akan dimuat pada 5 Maret 2010
    Komentator dapat memberikan komentarnya pada tulisan setiap finalis terhitung pada 5 Maret 2010 – 26 Maret 2010

  • Pemenang untuk masing-masing kategori akan diumumkan pada 31 Maret 2010 di website ReadingWalk http://www.readingwalk.com/

  • Tulisan yang diikutsertakan dalam kontes dapat bebas dipakai oleh manajemen ReadingWalk untuk kepentingan kegiatan ReadingWalk

Singkatnya, ingat tanggal-tanggal ini:
28 Februari, 5 Maret, 26 Maret dan 31 Maret.
Sipp!



Lalu, seperti sudah dibilang diatas, akan ada 5 finalis tulisan. Dari 5 tersebut, dipilih Tulisan Terbaik, yang paling memenuhi syarat berikut:
  • Penyampaian yang informatif dan komunikatif

  • Ketepatan interpretasi atas profil ReadingWalk yang tersedia di website

  • Kreativitas penulisan


Lalu, dari 5 finalis yang sama, akan dipilih juga Tulisan Terpopuler, yaitu:
tulisan yang dikomentari oleh paling banyak orang ketika tulisan tersebut di-publish di Facebook Note ReadingWalk, artinya beberapa komen dari 1 orang akan tetap dihitung 1.


Dan, untuk para komentator ini, akan dipilih juga Komentator Terbaik, yang mana isi komennya paling:
informatif, komunikatif dan kreatif.



Hmmm, apa lagi ya?
Ah, ya, hadiah! Ya ya, tenang saja kami menyediakan hadiah kok untuk para pemenang diatas.


Untuk Tulisan Terbaik & Tulisan Terpopuler, masing-masing akan mendapatkan 2 tiket nonton di Blitz Megaplex yang berlaku di Blitz mana saja, pada hari apa saja (weekend maupun weekdays).


Untuk semua finalis & Komentator Terbaik akan mendapatkan exclusive t-shirts ReadingWalk.

Semua hadiah akan dikirim ke alamat Anda, jadi nggak perlu khawatir soal bagaimana cara mengambilnya.



Nah, sekarang ada dua pilihan yang bisa Anda lakukan:
  1. Klik http://www.readingwalk.com/, cari tahu tentang ReadingWalk dan mulai menulis (lalu dipost dan jangan lupa dikirim linknya ke kami).

  2. Bookmark halaman ini untuk Anda lihat lagi ketika Anda sudah luang, lalu kembali ke pilihan pertama.

Kalau saja nggak khawatir bakal dipiting sama Ebi, saya pasti sudah ikutan kontes ini (yes, she definitely will).
Ya sudahlah, tak apa, yang ini saya relakan saja untuk Anda. :)
Keterangan lebih lengkap, silakan klik DISINI.


PS. Semua pertanyaan dapat Anda alamatkan ke email ini readingwalk@gmail.com atau silakan tinggalkan komen pada postingan ini.

PPS. Maaf ya, kalau judul post-nya kurang nyambung. Hehehe.

Jan 14, 2010

Morning Playlist!

Buat saya, pagi adalah bagian terpenting dari sebuah hari. Inilah saat hari dimulai, niat dimantapkan dan mood dibentuk. Kalau kata teman saya, Nadya, bahkan sebuah lagu yang kita dengar di pagi hari bisa mempengaruhi mood hari itu. Saya setuju sekali. Makanya, saya pilih-pilih benar playlist apa yang saya dengar pagi hari.

Saat ini, saya suka mendengarkan lagu Sang Pemimpi-nya Gigi di pagi hari.



Nadanya enerjik, mendengarnya jadi bersemangat. Bikin saya ingin cepat-cepat mandi. Hahaha.
FYI, filmnya juga bagus lho. Lucu, mengharukan tapi juga memotivasi. Pokoknya saya puas deh nontonnya. Saya jadi bisa melihat kehidupan masyarakat Indonesia yang jarang sekali terekam dengan baik di film-film (apalagi) di sinetron-sinetron lain yang kebanyakan mengusung setting keluarga kaya raya jaya madya.
Sori, ini OOT. :D


Anyway, kembali ke morning playlist, saya masih ingin menambah beberapa lagu. Jadi, kasih tau dong apa lagu yang senang Anda dengarkan di pagi hari? Mana tau bisa saya contek. :P

Jan 12, 2010

Tentang Jakarta, di halte Busway

Sore itu memang gila. Atau tidak. Entahlah.
Mungkin lumayan gila buat saya yang jarang menggunakan busway terutama di jam sibuk sekitar pukul 4 sampai 5 sore. Tapi mungkin ini adalah bagian kehidupan rutin buat beberapa orang.

Lantarannya, saya janjian dengan seorang teman di daerah Kota. Jujur saya, pengetahuan jalan saya minim, terutama rute-rute tak familiar. Maka saya ambil jalan mudah (atau tidak?), saya parkir di suatu tempat di Kuningan (Rp 5000,- saja seharian), dan naik busway menuju Kota. Tapi bukan itu yang ingin saya bahas.

Jadi, saya pulang sekitar jam 4-5, bersama puluhan calon penumpang lainnya berdesak-desakkan di halte busway yang akan membawa saya ke Dukuh Atas. Udara memang gerah, ditambah lagi posisi yang didempet kiri kanan depan belakang membuat suasana tidak jadi lebih baik. Setelah kira-kira 15 menit menunggu, datanglah sebuah busway (aneh ya, busway bukannya berarti 'jalan bis'?). Saya bersorak dalam hati. Sebentar lagi sebentar lagi, udara dingin AC akan sedikit mengobati kegerahan akut yang melanda ini.

Pintu dibuka, orang-orang pun berdesakan masuk. Saya sendiri terdorong-dorong arus kesana kemari. Tepat ketika pintu busway sudah tinggal 2 meter lagi, eh malah ditutup. Padahal belum penuh. Mungkin karena masih ada beberapa halte lagi yang harus diakomodasi. Saya menyumpah serapah dalam hati. Ya sudah, mau bagaimana lagi.

Ketika saya sedang berdiri dengan setengah lunglai itulah sayup-sayup saya mendengar percakapan orang dalam bahasa Inggris. Pada situasi seperti itu, berkhayal dan mencuri dengar percakapan orang lain adalah pilihan hiburan yang dapat dinikmati. Saya pilih yang terakhir.

Jadi, ada dua orang yang terlibat percakapan. Satu adalah bule asli dari Australia. Satu lagi adalah orang Indonesia yang sudah lama tinggal di California. Mereka berdua pun baru bertemu di halte ini. Entah karena orang Indonesia ini sedang emosi karena suasana saat itu memang gerah gila-gilaan, atau ia hanya menyuarakan isi hatinya yang terdalam, saya mendengar ia berkata, "Jakarta is the worst city."
Itulah kalimat yang membuat saya menoleh untuk mencari sosok mereka. Lalu ia menambahkan, "Even in India isn't this bad."

Bukannya saya tidak pernah menjelekkan kota ini. Jakarta macet, Jakarta ruwet, Jakarta gerah, Jakarta gila, saya pernah mengatakan semua itu. Tapi entah kenapa, mendengar Jakarta disebut sebagai the worst city membuat saya sedih. Apalagi ini dikatakan oleh seorang anak bangsa kepada orang asing yang mungkin saat itu merasa kasihan pada Jakarta (the worst city which isn't loved by its people). So much for "Visit Indonesia" campaign.
Saya ngerti sih, sulit rasanya berpositif thinking tentang Indonesia saat ini, tapi paling tidak bisakah dicoba? Karena kalau bukan orang Indonesia sendiri, siapa lagi yang akan bangga akan negara kita?

Ingin rasanya saya menjawil mas-mas California (iiiy, gemeeesssy) ini tapi busway keburu datang lagi dan saya kembali terbawa arus, kali ini (untungnya) hingga ke dalam busway.

Jan 9, 2010

Listen to the impossibles

Beberapa orang terlahir sebagai don juan. Sulit menambatkan hati pada satu orang. Punya affair kemana pun mereka pergi. Terlahir untuk diinginkan dan menginginkan... ratusan wanita (atau pria).

Belakangan saya mulai merasa punya kemiripan dengan para don juan. Tapi, bukan dalam hal asmara. Because when it comes to relationship, I am totally a monogamous person. :D
Jadi, (sayangnya) ini bukan tentang asmara. Ini tentang keinginan.

Sedikit flashback, saya ingat dulu ketika buku tahunan SMA saya baru jadi dan saya membaca-baca isinya, ada satu hal yang kemudian terlintas di kepala saya: what the heck have I been doing all this time?

Saya menemukan satu foto saya di bagian ekskul, di bawah judul ZOOM 81. Itu adalah ekskul fotografi yang dengan aktif saya ikuti selama SMA. Tentu saja bukan itu masalahnya.
Masalahnya, saya menemukan foto beberapa teman dekat saya yang juga anak ZOOM ternyata turut bergabung di foto ekskul-ekskul lain.
Pertanyaan diatas pun mulai muncul di kepala. Saya coba ingat-ingat apa yang saya lakukan selama tiga tahun di SMA dan apa yang teman-teman saya lakukan.

Salah seorang sahabat saya punya prestasi akademik yang cukup outstanding. Saya? Setelah berhasil meraih rangking pertama di kelas satu, grafik prestasi saya menurun seperti seluncuran di Gelanggang Samudera Ancol. Tidak ada yang outstanding dalam prestasi akademik saya.
Beberapa teman tergabung dalam dua atau lebih kegiatan. Ada yang mendirikan ekskul baru, ada yang jadi Paskibraka, ada yang jadi pengurus OSIS. Mereka semua punya sesuatu yang lebih dari yang lain. Lebih dari saya, yang jelas.

Lalu saya ingat-ingat lebih ke belakang lagi. Mulai SD saya sudah mulai belajar menjadi a quitter. Saya berhenti belajar organ, saya berhenti les menggambar, saya keluar dari ekskul saya ketika SMP, dst. Basically, I was a quitter.

Well, pendeknya, 6 tahun lalu, ketika memandangi buku tahunan SMA, mendadak saya merasa telah menyia-nyiakan hidup. Bukannya masa SMA saya tidak menyenangkan lho, karena masa SMA saya sebenarnya benar-benar menyenangkan (telalu banyak kata benar pada kalimat ini ya?). Hanya saja saya jadi banyak berpikir what if?
What if I had not quit that? What if I had worked on that a little bit harder? What if I had taken that chance? etc.

Saya kira mulanya dari situ hingga kemudian saya berusaha untuk mengambil sebanyak mungkin yang bisa saya dapat. At some point, saya jadi greedy, tidak puas dengan satu dunia, tidak puas dengan satu tujuan saja.
Saya ingin menjadi banyak hal. Saya ingin punya bisnis, tapi saya juga ingin bekerja, dan saya juga ingin sekolah lagi, terus saya juga ingin bekerja sosial, dst dst. Buat seseorang yang merasa dirinya sulit multitasking saya mungkin kelihatan terlalu muluk.
Saya sempat berpikir sepertinya saya mulai kehilangan fokus. Tapi, saya juga tidak mau suatu hari di usia saya yang ke-60 saya memandangi album foto dan berpikir (lagi) what if?

Entah bagaimana, saya merasa punya kewajiban untuk menjalani semua yang saya inginkan. I kinda desperately don't want to miss anything. Anything. Seperti, mungkin, para don juan tidak ingin melewatkan satu wanita pun. :P

Agak konyol ya?
Sudah sering sekali saya dengar orang bilang pada saya, lo nggak mungkin deh ngelakuin ini dan itu sekaligus.
Sering sekali. Sejak minggu pertama saya kuliah, seorang senior sudah menasihati apa yang mungkin dan tidak mungkin saya lakukan. Tentu saja saya dengarkan baik-baik kata-katanya dan saya serap ke dalam hati, lalu saya katakan pada diri saya sendiri I'll prove him that he's wrong. And well, I did.

Kalau Anda perhatikan, di kolom sebelah kiri blog ini saya mengutip Shel Silverstein. Kata-katanya saya suka sekali. In case Anda belum membaca dengan baik, maka coba Anda perhatikan lebih baik kata-kata berikut:

"Listen to the mustn'ts, child. Listen to the don'ts. Listen to the shouldn'ts, the impossibles, the won'ts. Listen to the never haves, then listen close to me... Anything can happen, child. Anything can be."

It might be true or not. We can either prove it or just wonder about it, but I am not into wondering (another what if session? Please...).
Kalau ternyata apa yang dikatakan Shel Silverstein salah, paling tidak saya akan bisa katakan pada Anda dengan yakin, don't take the advice. :)

Jan 7, 2010

Mojo

Pagi itu terasa berat buat saya. Karena satu dan lain hal saya merasa kecewa, mostly pada diri saya sendiri. Saya mengemudikan mobil ke arah rumah dengan perasaan yang campur aduk.

Seperti ada konspirasi untuk membuat saya makin kesal, ternyata tanpa sadar saya mengambil jalur yang melewati sekolah di dekat rumah yang mana saat itu sedang bubaran. Ya ampun, ternyata sudah jam 12...
Lambat-lambat saya terjebak di antrian jemputan mobil.

Lalu mendadak mata saya menangkap objek yang familiar. Sebuah tas warna biru bergaris-garis krem dengan gambar kartun di tengahnya. Tas tersebut sedang disandang oleh seseorang yang tampak seperti tukang ojek.
Aah, saya tahu orang ini. Saya pun membunyikan klakson. Si tukang ojek menoleh lalu tersenyum. Sedang duduk di bagian depan motor, Beni juga ikut menoleh.
Si tukang ojek adalah Bang Udin (baca: banguuu din), ojek langganan Beni.

Tak lama Beni pun pindah ke dalam mobil saya. Badannya berkeringat dan ia membawa sekantong minuman warna pink. Hihihi. Melihat dia saja rasanya mendung yang tadi menggantung sudah hilang. Lalu untuk sesaat saya jadi teringat lagu ini.


Daniel Powter - Bad Day [by nay].mp3


Beni adalah salah satu mojo saya. Mojo, magical charm, semacam itulah.
Keluarga adalah mojo saya. Teman-teman juga.
Suatu hari kadang lebih berat dari yang lain. Ada saat-saatnya, mungkin Anda juga merasakan, apa yang kita kerjakan rasanya dead end. Atau kita bertanya-tanya, ngapain sih gue susah-susah begini?

Mojo, versi saya, adalah sesuatu yang bisa membawa kita keluar dari segala keruwetan. Seperti rumah spiritual, tempat kita me-recharge diri, jadi kita tau nih bahwa selain kesemrawutan yang terjadi di bagian hidup kita yang lain, kita selalu punya bagian hidup lain yang tertata dan siap kita tuju ketika the other part of the world collapses (aduh, berlebihan ya istilahnya?).

Bagaimana dengan Anda, punya mojokah Anda?



Jan 5, 2010

Terkunci

Tangan saya mencengkeram kedua teralis kuat-kuat. Sebelah kaki menapak tanah sebelah lagi saya tumpukan di sebuah celah kecil diantara teralis yang tingginya sejajar dengan perut saya.

Okay, here we go.
1..2.. Hap!
Sesaat bunyi besi beradu mengisi kekosongan pagi buta.

Yap. Sekarang saya sudah bergantungan di pagar setinggi 2.5 meter. Pagar ini jelas tidak dibuat untuk dipanjat. Selain lumayan tinggi dengan ujung-ujung lancip, motif pagar ini melengkung-lengkung.
Saya berhasil menemukan sebuah tempat berpijak dimana saya bisa memasukkan setengah telapak kaki.

Nah, sekarang bagaimana caranya saya bisa berpindah ke sisi seberang. Ujung-ujung lancip ini agak menakutkan deh. Tambah lagi, saya tidak menemukan tempat pijakan lain selain yang saya injak saat ini.
Kecuali.. ya kecuali sebuah celah yang lebarnya hanya sekitar 5cm. Hati-hati saya jejakkan sebelah kaki yang masih bebas ke celah kecil tersebut dan memindahkan tumpuan badan kesana. Sebelah kaki yang lain saya angkat tinggi-tinggi melintasi jajaran ujung pagar yang tampak siap menusuk.
Pada saat-saat seperti ini saya sangat bersyukur dilahirkan dengan tinggi badan yang lumayan. Di sela-sela rasa syukur terbersit juga harapan semoga jika satpam memergoki saya dalam posisi ini (di jam setengah dua pagi), Mama masih mau mengakui bahwa saya anaknya dan bahwa yang saya coba lakukan adalah masuk ke dalam RUMAH SAYA SENDIRI.

Oke. Satu hal yang terlewatkan dari pengamatan awal: ternyata bagian sisi dalam pagar dilapisi papan plastik. Artinya saya tidak bisa menjejak celah tempat saya berpijak di awal. Saya tidak tahu apakah lapisan plastik ini cukup kuat untuk saya jadikan pijakan. Tapi sepertinya tidak ada jalan mundur kan?
Pelan-pelan, dengan memperkuat cengkeraman saya di teralis, saya tumpukan sebelah kaki pada lapisan plastik yang tampak rapuh. Kemudian disusul dengan sebelah kaki lagi. Jarak saya ke tanah mungkin sekitar 1.5 meter. Oh whatever, hajar sajalah.
Brak! Saya selamat tanpa ada urat terkilir.

Nah, sekarang saya tinggal menemukan kunci pagar, membuka pagar, dan memasukkan mobil saya yang masih tertinggal di seberang. Sambil menuju garasi saya berdoa-doa semoga pintu garasi belum dikunci. Karena kunci utama sudah pasti dikunci. Tidak mungkin belum.
Maka harapan saya hanya pintu garasi ini. Kalau ini dikunci juga...
Waw, ternyata pintu garasi belum dikunci!

Saya menyelinap ke dapur, dan menemukan segerendel kunci di sebuah tempat tertentu. Buru-buru saya bawa ke pagar dan mencoba semua kunci tersebut untuk membuka gembok pagar. Nihil.

Akhirnya saya terpaksa membangunkan si Mbak. Dengan muka mengantuk namun langkah pasti, si Mbak kembali menuju garasi. Oalah Mak, ternyata kunci pagarnya tergantung bersama kunci garasi. Si Mbak bertanya bagaimana saya bisa masuk.
Panjat pagar, jawab saya ringan.
Oo, lewat sana ya?, si Mbak menuju bagian ujung pagar dimana setengah tingginya adalah tembok (yang mana berarti seharusnya saya bisa mendapat tumpuan yang kuat dan tidak perlu berakrobat untuk menyeberang), dan di sebelah sisi luarnya, persis dibawahnya, ada kotak sampah besar (yang seharusnya bisa saya jadikan tangga untuk menuju bagian tembok pagar tadi).

Saya kok tiba-tiba merasa tolol ya?

Jan 2, 2010

Rooftop, BBQ, Friends, Fireworks, & Werewolves...

...ternyata adalah kombinasi yang manis untuk memulai tahun 2010.

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya dimana biasanya saya masa bodoh dengan detik-detik pergantian tahun, malam tahun baru kemarin saya (dan Arum, dan Ebi) mengajak beberapa teman SMP dan SMA untuk barbeque. Idenya sendiri baru muncul H-3 dan orang-orang baru diberi tahu mulai H-2. Hahaha, memang biasanya yang spontan itulah yang kejadian.
Lokasinya di rooftop rumah saya.

Rooftop?

Yap. Ide jenius Mama yang membangun sebuah gazebo di atap rumah ternyata membawa keuntungan buat saya. Mama saya memang kadang out of the box. Jadi dia ingin punya gazebo, tapi halaman di rumah kami tidak cukup luas untuk itu. Maka jadilah dia meratakan sebagian atap rumah and voila, she got one!



Barbeque tidak berjalan mudah karena kami tidak menyiapkan minyak tanah atau spirtus. Meskipun pada akhirnya kami bisa juga menikmati daging sapi tebal yang liatnya seperti sandal jepit (bukan berarti saya pernah coba makan sandal jepit lhoo). Saya hanya makan satu saja sudah capek. Mending makan sosis dan jagung bakar.

Di luar dugaan, pada saat pergantian tahun, dari atap rumah ternyata terlihat jelas banyak kembang api dari sana sini. Dengan senangnya kami menikmati pemandangan yang jarang-jarang. Dengan kampungannya, kami berlari kesana kemari untuk mendapatkan latar foto yang paling oke.

Sebentar foto dengan latar belakang langit sebelah barat. Tapi begitu melihat langit sebelah utara lebih berpendar-pendar, langsunglah tunggang langgang ganti posisi. Terus seperti itu.
Pada saat itu saya mengerti peribahasa rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau.

Namun ternyata susah juga menangkap kembang api dalam foto. Mereka menyala seperti senapan mesin, banyak beruntun namun tidak bersamaan. Hasil terbaik yang didapat adalah foto ini (Maaf ya buat yang mukanya tidak ada di foto ini, tidak ada maksud excluding anyone :D).


Ada kembang api itu dan ada kembang api ini.



Setelah puas foto-foto, kami memainkan sebuah permainan yang dibawa Ebi, bernama Loup-Garou (baca: lu garu), diambil dari bahasa Perancis yang artinya werewolf. Inti dari permainan ini sebenarnya bermain peran, serigala vs. penduduk desa.

Seorang moderator akan memandu jalannya permainan. Tiap pemain akan mendapat sebuah kartu yang bergambar simbol dari peran yang akan diperankan. Selain serigala dan penduduk desa, ada beberapa peran lagi yang membuat permainan semakin menarik. Para pemain tidak saling mengetahui peran apa yang dimainkan satu sama lain. Mereka yang kedapatan peran sebagai serigala harus "membunuh" penduduk desa. Sementara pemeran selain serigala harus dapat menebak siapa serigala yang menyamar diantara mereka pada.

Dari sekian kali permainan, tiga kali saya kedapatan kartu di bawah ini dan berperan jadi serigala. Sampai bosan saya "membunuhi" penduduk desa. Hahaha.


Kami memainkan permainan ini hingga hampir jam 4 pagi.



It was an exhausting night really. But it was also a good one. :)


Happy New Year, guys!
My theme for 2010 is optimism. Optimism, yellow, optimism!
Let's bring out the spirit! :D


PS. Both fireworks photos courtesy of Ebi.

The Other Blog

Dear all, This blog is not going to be updated often as I have created another one at www.floresianay.wordpress.com which will be focusi...