May 21, 2009

Insiden Kunci Tengah Malam

Usai acara syukurin wisudawan LFM Sabtu minggu lalu, saya dan Nadya kembali ke kosan Nadya. Sebenarnya acara belum selesai, tapi lantaran parkir SR akan ditutup tengah malam, maka kami buru-buru pulang.


Ngantuuuuk.

Begitu sampai kosan ingin rasanya buru-buru masuk ke kamar dan melompat (atau merangkak) ke tempat tidur. Dengan gontai kami naik ke lantai dua.

Seperti biasa, Nadya tidak membawa kunci kosannya dan justru meletakkan kunci tersebut di atas rak kecil di atas meja, pokoknya tempat yang bisa dijangkau dari luar jendela kamar. Kenapa begitu ya? Mungkin supaya gampang kalau ada temannya yang datang mau menumpang kamar.

Saya yang sudah tidak sabar ingin segera masuk ke kamar berusaha meraih kunci tersebut. Dari luar kunci tersebut tidak terlihat, ditambah lagi lampu kamar dimatikan. Tapi saya sudah tahu persis dimana letaknya.

Raba-raba-raba-raba....

Plak. Brak. Triiiiingggg..


Ups.


Ups.



Eh,


eh,


koq gitu sih?
Kok kuncinya jatoooh?


(replay)
Plak. Suara tangan saya menyenggol barisan buku-buku di atas meja.
Brak. Suara barisan buku-buku menghantam rak kecil dimana di atasnya terdapat kunci kamar.
Tringggg. Suara kunci kamar menghantam lantai.


Oh. My. God.


Dengan putus asa, saya coba meraih kunci dengan tangan kosong. Saya sudah tahu sih tidak akan sampai, tapi tetap saja saya coba. Desperate act. Saya coba menggapai-gapai lantai, diam-diam berdoa dalam hati supaya tangan saya memanjang beberapa centi.
Percuma. Doa saya tidak terkabul.
Nadya mencoba. Tidak terkabul juga.


Lalu, datanglah Nadya dengan peralatan tempur 1: tongkat semacam pipa. Alat ini lebih memberikan harapan biarpun harapannya tipis. Pasalnya tongkat ini berbentuk silinder, tentunya susah menyeret kunci menyusuri tembok dengan alat semacam itu. Beberapa saat Nadya mencoba hasilnya pun nihil.


Seandainya saja ada magnet.. Eh, gimana kalau pakai permen karet? Kalau permen karet dikunyah sebentar lalu ditempelkan di ujung tongkat, mungkin kuncinya bisa menempel disitu. Jorok, tapi patut dicoba kan? Tapi Nadya mematahkan harapan ini, warung di sekitar sini tidak ada yang buka tengah malam begini. Oh, benar juga. Bodong.


Saya coba membuat peralatan tempur 2: dua kertas A4 saya gulung dan diberi lekukan di ujungnya sehingga berbentuk L. Harapannya alat ini bisa menyendok si kunci. Tapi harapan tinggal harapan. Kuncinya dari besi sementara alatnya dari kertas. Manalah mungkin kertas letoy itu bisa mengangkat kuncinya? Dengan beberapa kali percobaan saya tahu bahwa alat ini tidak berguna.


Entah darimana Nadya menemukan alat tempur 3: tongkat pipa yang sama persis dengan sebelumnya, Sekarang kami punya dua tongkat silinder, harapan semakin besar biarpun perubahannya tidak signifikan. Gimanalah bisa dua tongkat silinder menjepit sebuah kunci?

Tapi pada level itu, segala cara harus dicoba. Beberapa menit Nadya mencoba tidak membuahkan hasil. Lalu saya mencoba, tidak membuahkan hasil pula. Malah satu tongkatnya jatuh.
Wuahahahahahahahahaha. Nadya pasti geram sekali dalam hati sambil merutuk pelan "LAN...LAN..."


Saya menegok ke dapur, awalnya mencoba mencari capitan kue tapi tidak ketemu, saya malah menemukan alat tempur 4: sodet besi. Hore! This one seemed promising. Ayo dicoba!!
Eh, ternyata kurang panjang, tidak bisa mencapai lantai...


Kemudian Nadya menggabungkan alat tempur 4 dengan alat tempur 1 menjadi alat tempur 5: sodet besi diikat dengan tongkat tadi. Pengikatnya adalah karet yang entah ia dapat darimana. Saya memandang alat itu dengan berbinar. Inilah harapan kami!
(Geez, I really am an optimist..)

Ternyata, harapan masih diawang-awang. Karetnya tidak bisa mengikat tongkat dan sodet dengan kuat, akibatnya sodetnya meliuk kemana-mana. Oooh...

Eits, ini belum berakhir. Saya melepas ikatan rambut saya sehingga alat tempur 5 punya dua ikatan. Ini lebih kuat dari yang sebelumnya tapi ternyata tetap tak bisa menahan sodet meliuk-liuk. Sudahlah, pada titik ini sekecil apapun kemungkinannya harus tetap dicoba.


Sementara Nadya nungging-nungging mencoba meraih kunci dengan alat tempur 5, saya memegangi jendela sambil berpikir cara lain. Kenop kamar Nadya adalah tipe bulat dengan cara kunci menekan tombol di tengahnya. Seandainya saja kami bisa memutar kenop yang ada di sisi dalam kamar, perkara selesai sudah.

Bagaimana caranya? Masalahnya kenopnya terlalu jauh untuk diraih. Apabila saya mengulurkan tangan sepanjang-panjangnya pun masih tersisa jarak mungkin sekitar 20centi. Lalu mata saya tertambat pada obi yang dikenakan Nadya. Oho, tentu saja. Obi ini bahannya agak kesat, kalau saya bisa melingkari kenop dan memegang kedua ujung obi, mungkin, mungkiiin, kenopnya bisa berputar dan kuncinya terbuka.


Sembari berpikir, tiba-tiba mata saya menangkap peristiwa penting. Perlahan, Nadya mulai menyeret kunci menyusuri tembok. Sodet yang menjepitnya terlihat agak tidak stabil, seperti siap melepaskan sang kunci kapan saja. Begitu kunci dalam posisi yang terjangkau, hap, langsung saya ambil sebelum terjatuh kembali.

Setengah tak percaya, tapi.. Wiiihiiiii...... kami bisa masuk ke kamar!!!!


Oh, what a night! This is so into my blog!


PS. Nadya berjanji akan membuat cerita ini dari versinya. Bwakakakak, kita tunggu aja.

4 comments:

  1. lo berdua heboooh deeeh. hahaha.

    ReplyDelete
  2. iya ni heboh de tengah malem hehehe...

    btw min.. lo ngasih tau tempat kunci kosan nadya ke semua orang dong?

    eh maling mungkin ga ya baca blog.. hehehe...

    ReplyDelete
  3. @bat: iya bat. masalah itu tengah malem dan udah ngantuk. bodong bangetlah pokoknya.

    @uqi: haha, iya qi. tapi ga ada yang bisa dicuri kok dari kosan nadya. jadi amaaaaan. hahahahaha.

    ReplyDelete

Humor me. Drop some comment.

The Other Blog

Dear all, This blog is not going to be updated often as I have created another one at www.floresianay.wordpress.com which will be focusi...