Jul 27, 2007

to be or not to be... truthful?

to be or not to be… truthful ?

Semua orang pernah berbohong, kecuali mungkin para Nabi.Paling tidak satu kebohongan kecil seperti ketika ada orang yang bertanya pendapat Anda mengenai tubuhnya yang gemuk lalu Anda berkata “Hmmm… nggak juga kok.” Atau ada orang yang bertanya apakah baju yang dipakainya tampak bagus, dan Anda menjawab,”Hmm.. bagus-bagus aja kok..”.

Saya?

Waw, saya sudah pernah melakukan banyak kebohongan. Haha. Dan bukannya saya bangga dengan itu juga sih. Hehe.
Percaya deh, dalam lubuk hati saya yang terrrrrrdalam sana, saya masih menyisakan sebuah ruang untuk kejujuran.

Karena katanya, kejujuran itu selalu yang terbaik bukan?

Namun, di jaman sekarang ini menjadi jujur kadang menjadi hal yang aneh. Seorang teman saya sempat sedikiiiit berantem dengan pacarnya akibat pacarnya tidak membalas pesannya. Dan ketika teman saya itu mengadu pada saya, maka saya katakan “Ya udahlah, mungkin lagi sibuk aja kali atau dianya emang dodol aja. Nyebelin sih, tapi coba aja lo ngalah dulu..”

Nasihat yang saya pikir sudah cukup bijak itu mendapat tanggapan, “Min, gue justru ga mau masalah yang ada tuh ditumpuk-tumpuk terus. Daripada dipendem-pendem trus nantinya meledak? Kalo emang gue ga cocok sama dia kan mendingan taunya sekarang. Kalo emang nantinya bakal putus kan mendingan sekarang daripada tahun depan. Toh ujung-ujungnya sama….”

Saya sedang mencerna kata-kata sebelumnya ketika kemudian teman saya berkata lagi, “…kan elo Min yang bilang gitu ke gue.”

Ups. Oh ya? Samar-samar saya ingat percakapan beberapa bulan lalu antara saya dan teman saya.

Punya masalah itu jangan dipendam-pendam dan dibiarkan menumpuk. Selesaikan saja begitu masalah itu muncul. Kalau memang tidak suka, jangan pura-pura suka. Jangan pura-pura sesuatu itu nggak apa-apa kalau sebenarnya apa-apa. Dan jangan takut untuk berbeda pendapat bahkan untuk berantem. Karena kalau pun hari ini bisa menahan diri untuk nggak berantem, toh suatu hari pertahanan itu akan jebol juga dan akan berantem juga.
Sebenarnya, semakin banyak perbedaan pendapat yang dilalui, seharusnya jadi semakin mengerti satu sama lain. Pastinya, akan ada kemungkinan putus waktu berantem itu. Tapi paling tidak, Anda diputuskan dengan menjadi diri Anda sendiri. Menurut saya, itu lebih baik daripada tidak putus, tapi juga tidak menjadi diri sendiri. Kalau memang nggak cocok, ujungnya pasti putus. Dan kalau pasti putus, lebih baik putus hari ini daripada putus tahun depan.

Ups. Ups. Iya, saya ingat sekarang kalau saya pernah berkata begitu pada teman saya ini. Dan ternyata dia lebih ingat kata-kata saya daripada saya sendiri.

Tentu saja mudah bagi saya mengatakan itu karena saya tidak sedang terlibat hubungan dengan siapapun. Saya tahu, kadang tidak mudah mengkonfrontasi orang yang kita sayang. Dalam kata lain, tidak mudah menjadi jujur pada orang yang kita sayangi tentang diri kita yang sebenarnya. Karena itu, saya angkat dua, tiga bahkan empat jempol pada teman saya ini. Karena dia sudah berani mempertaruhkan hubungannya demi menjadi jujur pada pacarnya.

Bahkan saya pun, seperti telah saya katakan di atas, sudah sering sekali melakukan kebohongan.

Saya bilang telor buatan Mama saya rasanya “enak-anak aja..” padahal sebenarnya keasinan.
Saya bilang baju yang dipakai teman saya keliatan oke, padahal sebenarnya saya sudah capek melihatnya mencoba selusin lebih baju.
Saya bilang potongan rambut adik saya “lumayan…” padahal sebenarnya potongan itu membuat rambutnya terlalu mengembang seperti singa.
Saya bilang baretan di belakang mobil karena ditrabrak dari belakang padahal sebenarnya saya yang menabrak mundur mobil yang sedang diparkir.
Saya bilang pada Mama saya sudah tidak punya uang padahal saya masih punya 50 ribu terlipat rapi dalam dompet.
Dan banyaaak banyaaak sekali saya TIDAK bilang apa-apa ketika sebenarnya saya ingin mengatakan apa-apa.

Bagian terburuk dari berbohong adalah membiarkan orang lain mengenal saya tidak seperti saya yang sebenarnya. Mungkin tidak masalah bila orang-orang itu bukan orang-orang terdekat saya. Tapi menjadi masalah ketika orang-orang itu adalah orang tua, sahabat, saudara, atau pacar saya.

Siapa sebenarnya yang mereka sayangi?
Saya atau tokoh rekaan saya?
Dan mengapa pula saya sampai mereka-reka tokoh? Karena di dalam suatu tempat pada diri saya ada suatu ketidak percayaan diri atas diri saya yang sebenarnya. Maka saya merasa perlu menutupi bagian itu dengan berbagai kebohongan.

Keadaan akan kelihatan semakin ruwet jika orang-orang yang saya sayangi ternyata juga merupakan tokoh rekaan. Bagaimana jadinya kalau ternyata semua orang yang saya kenal sebenarnya juga merupakan rekaan dari tokoh aslinya?
Hwaduh, gawat pisan..

Apakah semua orang sudah mengatakan semua yang ingin dia katakan?
Apakah semua orang sudah tidak mengatakan hal-hal yang tidak ingin dia katakan?
Apakah semua orang tidak lagi merasakan ada pertentangan batin dalam dirinya?
Apakah semua orang sudah benar-benar merasa nyaman pada dirinya?

Manurut saya, akan selalu ada suatu celah bagi manusia untuk berbohong. Pertanyaannya adalah sejauh mana ia mampu mempertahankan ke-orisinilitas-an dirinya agar kebohongan-kebohongan itu tidak membentuknya menjadi tokoh yang berbeda.

Bahkan ketika Anda membaca tulisan ini, Anda tidak tahu kan apakah pemikiran ini berasal dari saya yang asli atau sekedar tulisan yang saya buat agar Anda berpikir bahwa saya memiliki pemikiran ini. ;)


Nb. Tentang kisah teman saya tadi, untung nya berakhir bahagia. Sang pacar akhirnya meminta maaf, dan mereka pun hidup bahagia hingga saat tulisan ini selesai dibuat.

10 comments:

  1. gyahahahahahaa...:DDD

    Sure everybody has his/her own "white lies".
    Maybe even big ones.
    But when the only reason everybody was keeping theirs was 'cause they didn't want to lose each other...,
    I believe it's totally allowed.

    uh..oh...soal temen lo crut,
    sepertinya SHE'S THE BIGGEST INFLUENCE IN YOUR LIFE!!!

    nyahahahahahahaa...=ppp

    ReplyDelete
  2. hoho...setelah gw baca ulang dan mencerna tulisan lo sampai halus,
    berikut komentar terbaru,
    kalo sampe bikin tokoh rekaan, memang siii...itu karena gak mau kehilangan *pacarnya atau siapalah.
    tapi bukan termasuk white lies itu mah!

    ahhh...lo pasti ngerti lah maksud gw crut.

    oh..yaa..temen lo itu tadi baca blog lo, dia bilang,
    "makasi atas 4 jempolnya!"
    *saya cuma menyampaikan...=ppp

    ReplyDelete
  3. miiiiinn
    bagus deh post nyaa.. (ngga bohong lo)
    membumi dan nyata banget.
    siapa ya yang sebenernya disayang sama orang2 terdekat saya?siapan sih yang disayang orang tua saya..teman-teman saya..pacar saya (kalo emang sayang)..
    kadang terpikir bahwa, bukankah tokoh rekaan kita itu sebenarnya "the person we want to be"? atau setidaknya kita yang "ideal" menurut versi kita sendiri.
    hmmh,,jadi berpikir...

    nice one.

    ReplyDelete
  4. saya suka bohong nggak ya?

    ReplyDelete
  5. kalo nggak ngomong kan gak bohong..

    ReplyDelete
  6. Anonymous6:59 PM

    tapi apa jadinya ya dunia kalo kita semua jujur?

    apa jadinya juga kalo semua rahasia kita, white or black, ga lagi ditutup2i dengan kebohongan?

    mungkin jadi kaya di surga, sangking jujurnya... ga ada lagi sehelai benang pun yang pantas menutupi tubuh kita. hohoho

    ReplyDelete
  7. gw baru tau nama belakang lo ada Supaat nya.

    o iya, mengenai topik ini. gw gapernah boong. hahaha.

    ReplyDelete
  8. Anonymous9:28 AM

    wuihhh postingan yg keren sekali bu!!
    klo gw sih lebih suka yang "palsu" min, soalnya yang "asli" selalu bikin sakit..

    ReplyDelete
  9. nad : haa... tidaklah.. she's not the BIGGEST influence in my life. the BIGGEST person that i ever known sih mungkin iya. huahahaha...
    ati2 tuh sama white lies. kadang2 orang bohong karena percaya (atau berusaha percaya) itu yang terbaik. hehe..

    als : iya al. kayaknya orang itu emang manusia ideal versi kita. tapi gue rasa sih sebenernya orang juga bisa tau kok lo itu fake atau engga. apalagi orang tua. ya kecuali lo bener2 pembohong lihayyy... hehe.

    bat : hah, sering bohong lo bat. ngaku deeeeh... hihihi...

    dimas : iya. gue juga suka gitu. daripada bohong ya diem aja. silence is gold man.. hehe.

    rangga : kalo semua orang jujur, ga perlu ada polisi. hehe.
    itu bakal menyenangkan atau enggak ya?
    soalnya kan, berarti gue ga bisa jaga imej lagi. tapi siapa tau juga ternyata orang2 lain juga ga sebagus imej nya. hehe.

    aldud : ah. ini barusan lo boong waktu lo bilang lo ga pernah boong. gendud lo dud!

    anonymous : ini siapa ya? kenapa yang asli bisa bikin sakit?

    ReplyDelete
  10. Anonymous12:53 AM

    hahaha,gw ketawa ngebaca artikel2 di blog ini.buat ukuran orang yang jarang nulis macem2 kaya gw,ni bener2 hiburan..apalagi di belakang dikasih teka-teki ini tulisan hasil pemikiran siapa..
    jadi nyesel gw baca,kalo ini cuman sekedar pemikiran yang lo buat agar pembaca berpikir bahwa kamu memiliki pemikiran seperti ini.
    cara lo jujur2an di tulisan2 lo baguss bgt,dan dalam tiap cerita punya alur yang enak dibaca dalam pandangan gw..

    gapapa lagipula min,ga terlalu masalah.semua orang pasti under influence dari individu laennya,walaupun tarafnya bisa kecil sedeng ato besar.yah mungkin panutan sebutannya yah..


    tetep jadi diri lo min,emang top abis lo!

    ReplyDelete

Humor me. Drop some comment.

The Other Blog

Dear all, This blog is not going to be updated often as I have created another one at www.floresianay.wordpress.com which will be focusi...