Jun 14, 2010

Virus Menikah Muda

Ada notifikasi Facebook baru di inbox saya. Setengah mengantuk saya pilih open.
Ah, wedding invitation. Berarti ini adalah invitation ke-2 untuk bulan Juli. Sementara untuk bulan Juni sendiri, sudah ada 4. Betapa sibuknya sang pembuat janur kuning.

*

Syahdan, di sebuah waktu di masa yang lampau saya pernah bercita-cita ingin menikah di usia 27 atau 28. Mengapa?
Errr... Entahlah. 27 atau 28 terdengar matang dan, ketika itu sih, terdengar masih lama dari masa kini. :P

Maka ketika room mate saya memutuskan untuk menikah tahun 2008 silam, I can't help but wonder why does she want to tie the knot so quick?
Tak hanya sekali dua kali saya bertanya, setengah bercanda juga sih, lo yakin mau nikah?. Pertanyaan yang seandainya didengar oleh calon suaminya akan berakibat pada melayangnya sebuah panci ke arah kepala saya.
Dan room mate saya menjawab, kenapa enggak?

Quick facts tentang room mate saya:
1. Ia dan pacarnya sudah pacaran (ketika itu) sekitar 3 atau 4 tahun.
2. Ia setahun lebih tua dari saya dan pacarnya beberapa tahun lebih tua dari dia.
3. Ketika itu pacarnya sedang S3 di Eropa.
4. Pacarnya sudah punya penghasilan tetap.
5. Teman saya akan melanjutkan S2 di tempat yang sama dengan pacarnya.

Intinya saya jadi bingung juga dengan jawaban kenapa enggak itu. Sebenarnya saya punya tanggapannya sih, tetapi saya urungkan niat mengutarakannya karena terdengar kekanak-kanakkan dan labil. Fufufu.
Maka saya mengganti pertanyaan dengan kok lo bisa yakin sih mau nikah sama dia?
Kali ini mungkin yang melayang kompor, lengkap dengan gasnya dan api yang menyala.
Dan room mate saya lagi-lagi menjawab pertanyaan dengan pertanyaan, emang mau cari yang gimana lagi?

Yang gimana kek.
It was not because I didn't like his guy. Saya yakin kok pacar teman saya ini baik dan mereka cocok dan seterusnya. Saya hanya amazed pada fakta bahwa teman saya ini, yang ketika itu usianya belum 23 tahun, bisa yaqqiiin mbuliqqiin (istilah Mama untuk benar-benar yakin) untuk berkomitmen pada satu pria ini ini. Seumur hidup. For better for worse.

Ini sebenarnya tanggapan kekanak-kanakan dan labil yang tadi ingin saya sampaikan: kalau beberapa tahun kemudian teman saya ini menemukan pria lain yang lebih ia sukai, bagaimana?

Tapi teman saya ini terlihat yakin dan mantap. Tercermin dari caranya yang santai menjawab pertanyaan-pertanyaan bodoh saya sambil disambi dengan menyetrika baju, minum teh, atau berkebun. Tak sekalipun ia tampak jadi gusar atau ragu karenanya.
Ya sudahlah, saya pikir ketika itu, mungkin saya memang belum sampai pada tahap itu atau memang saya belum menemukan orang yang bisa membuat saya seyakin teman saya itu.

*

Dua tahun berlalu sejak saat itu dan saat ini berita pernikahan teman hampir sama seringnya dengan iklan menjual mobil Avanza (perumpamaan yang aneh...). Virus menikah muda menyebar hampir sama cepat dengan influenza. Lagi-lagi, can't help but wonder, usia yang sedang hip untuk menikah sudah bergeser ke middle twenties ya?

Seorang teman mengatakan bahwa semua itu tergantung fokus hidup seseorang. Hmm, I can't completely agree with her. Saya rasa orang menikah ketika mereka telah sampai di tahap seperti room mate saya, kenapa enggak?

Saya punya analisa sendiri tentang mengapa orang-orang jaman sekarang (atau paling tidak orang-orang di sekitar saya) banyak yang menikah di usia middle twenties ke bawah.
Ini karena saat ini pendidikan dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif lebih cepat daripada dulu. Ambilah contoh ITB yang konon-konon dulunya untuk bisa selesai kuliah dalam 7 tahun saja sudah bagus. Sekarang, lewat dari 6 tahun sudah kena DO. Sebagian besar selesai 4 tahun atau 4,5 tahun. S2 pun sekarang banyak yang 1 atau 1,5 tahun.

Bila mengikuti siklus hidup yang standar, selesai kuliah berarti bekerja. Dan orang-orang jaman sekarang pintar sekali mencari uang. Peluangnya pun memang lebih besar dari jaman dahulu. Ide-ide menyebar dengan cepat via televisi dan internet.
Bisnis perusahaan-perusahaan yang mempekerjaan orang-orang ini juga berkembang lebih pesar. Ujung-ujungnya berpengaruh juga pada gaji yang dibayarkan pada karyawannya.
Dua tahun kerja, para new hires ini sudah bisa mencicil mobil atau bahkan mungkin rumah. Lalu datanglah fase itu ketika mereka mulai bertanya, kenapa enggak?

Ya, kenapa enggak? Gelar ada, mandiri iya, dewasa iya, tabungan banyak, rumah in progress. Lalu ada satu sentilan tambahan, mengapa menunda hal yang baik?
Menikah itu lebih baik daripada tidak menikah, jelas ada di Al-Quran.
Yah kecuali kalau memang belum ada orang yang diyakini bisa diajak menikah. :)
Lepas dari persoalan diatas, memang tinggal masalah perasaan dan keyakinan saja.

Saya pikir lagi sekarang, aneh juga ya dulu saya punya patokan menikah usia 27 atau 28. Kenapa umur yang dipatok? Bukannya seharusnya yang jadi patokan adalah kondisi dan stage hidup saya? Ketika saya sudah mencapai ini itu dan anu, saya akan mau menikah. Misalnya begitu.

Beberapa teman saya lebih beruntung bisa mencapai stage tersebut lebih cepat. Saya turut berbahagia untuk mereka.

18 comments:

  1. min gue pernah tanya ke you-know-who, kenapa mau nikah buru-buru. padahal orang ini dulu enggan sekali terikat, apalagi menikah.

    jawabnya, dia sudah yakin bahwa partnernya saat ini adalah 'the one'. dia bilang, ketika dia membayangkan hidupnya 5 tahun ke depan, dia ingin ada partnernya ini dalam bagian hidupnya.

    so my point is.. hehe.
    menurut gue, bukan cuma umur dan stage hidup yang bisa jadi patokan, tapi ketemu/tidaknya 'the one' juga menentukan :)

    ReplyDelete
  2. hehe..yasmin.. pikiran ttg rencana menikah di usia 27-28 itu mirip ky gw waktu awal-awal kuliah. nggak kepikiran sama sekali ttg istilah 'nikah muda' tadi. tapi,begitu lulus kok perasaan langsung banyak ya serbuan undangan2 nikah. sempet bikin stress sendiri juga, apa gw aneh ya gak kepikiran untuk merencanakan itu cepet2 juga. tapi ya kalo diliat-liat dan ngobrol2 lagi ama si temen2 ini, mungkin sbnrnya emang bukan 'nikah muda'-nya, tapi emang karena udah sampai tahap "this is the time and he is the one", yang mana nampaknya beda untuk tiap2 orang (iya lah ya), tapi mungkin aja untuk sebagian besar orang ato temen2 gw ya itu pas dia masih berusia muda (awal2 20an).
    jadi kalo gw rasanya akhirnya lebih milih berpatokan ama perasaan udah sampai di stage itu ato belum daripada ama umur :)

    ReplyDelete
  3. @bat: agree, Batskii! Iya memang itu juga salah satu faktor pentingnya.
    Cuman mungkin dulu orang banyak beralasan nunggu selesai kuliah dulu, nunggu punya duit dulu, blablabla. Sekarang si contraint-constraint itu udah lebih cepat diatasi.
    Tapi ya kayak kata lo, kalo belum ada keyakinannya ya ga maju2 juga.
    Oh, the-you-know-who who is soon to be off the market. *weep

    @bu widy: iya bu widy. gue dulu mematok itu juga ketika masih labil. ahahaha. kayaknya keren aja bercita2 nikah umur 27-28 (super ga penting. please kids, dont try this at home!).
    emang siapnya orang beda2 ya. dan ga bisa juga kita nge-judge orang ini menikah terlalu cepat atau enggak.
    doain aja semoga pilihan mereka membawa barokah. amin. :)

    ReplyDelete
  4. haha..aduh ini nih yang bikin gw takut pulang ke indo. peer pressure buat nikah :)

    tapi menurut gw, menikah itu commitment bukan achievement dan nikah muda should be no problem kalo emang udah siap, karena nikah juga ga seindah foto akad nikah dan resepsi di fesbuk (quote dari temen gw yang udah nikah. hahaha..)

    gw juga kepikirannya umur segitu min (provided ada yang ngajak yah) karena pgn financially settled & ready to put myself as a second most important thing, karena husband and future kids will go first in the priority list.

    ReplyDelete
  5. Yasmin,,tulisanmu bener2 sering menginspirasiku...
    terkadang memunculkan hal2 yang sebenernya sudah ada di hati kecilku, tapi ga keluar, hehe
    Jadi kangen desti ni
    huhuhu...

    -galuh-

    ReplyDelete
  6. umur bukan lagi patokan, Gelar ada, mandiri iya, dewasa iya, tabungan banyak, berarti yasmin juga bentar lagi dooong? hehehe...

    kapan min? ;p

    ReplyDelete
  7. @kethy: hihihi. Untung lingkungan gue ga menuntut untuk cepet2 nikah. Kalo pun ada yang nanya, kapan nikah? gue jawab aja, "kalo tante sponsorin, saya nikah besok deh". Super ngasal. Ahahaha.
    Sebenernya sih, diam2 (cie, diam2..), gue kagum sama orang2 yang, seperti kata lo, siap untuk berkomitmen itu. Sementara gue masih asik mikirin diri sendiri, mereka udah siap berbagi ego sama orang lain. Secara umum, married people punya tanggung jawab yang ga dipikul kita2 si orang2 single ini. Tapi ga berarti juga yang udah nikah lebih baik dari yang belum sih. Ada juga kan belum mapan sudah nikah dan yang sudah mapan tapi belum nikah. Ga bisa dipukul rata juga sih kalo udah nikah berarti udah mapan. Mengukur kemapanan memang ga bisa dari status menikahnya.
    Tapi at least, ya itu tadi, (generally speaking) they have the willingnes to share their egos, which I don't have (yet). :D

    @galuh: awww... Mbak Galuuuh. Aku jadi maluuu. *tersipu-sipu *guling-guling *tumpengan
    Emang yang ada di hati kecilnya apa Gal?
    Iya nih Desti, kalo kesini cuma numpang baca doang, ga pernah komen. Komen dong, Desss...
    Coba dong kita mau denger dari yang sudah pengalaman puluhan tahuun... Fufufufu.

    @danu: Gelar ada, mandiri belum, dewasa entahlah, tabungan belum banyak. Waduh, kapan dong ya, Nu?
    *malah balik nanya

    ReplyDelete
  8. blog ini mayan seru klo mnurut saya.. :p
    http://www.lajangdanmenikah.com/

    lajang dan menikah..
    sama enaknya sama ribetnya.. :D

    ReplyDelete
  9. kalo gw jawabnya, "kalo ga sabtu ya minggu." masa mau ngundang hari selasa? works everytime apalagi kalo buat org yang super kepo..hahaha..

    ReplyDelete
  10. Anonymous1:36 AM

    ya ampun.. pas gw dan temen gw lagi sebel bin geuleuh gara2 banyak wedding invitation *apalagi gw yg jobseeker gini, duit nyecep dari mana coba? :p*, eh ada yasmin yang nulis tentang nikah muda. tadinya gw sempet mau nulis tentang topik ini, tapi gak jadi, soalnya takut disangka sirik-kegatelan-pengen-kawin :p

    tapi, gw emang selalu bertanya2, ngapain sih ni orang2 buru2 nikah? ada temen yang baru usia 21 udah nikah, rata2 usia 23 udah pada nikah. temen gw di usia 24 udah momong anak. Gw masih gak ngerti aja alasannya. Mungkin karena gw sendiri gak ngerti dan gak begitu percaya konsep : finally find someone to spent whole life with.

    Dan mungkin karena orangtua gw berpikir menikah itu adalah keharusan. kayak klo gak nikah bakalan rugi, nanti sakit gak ada yang ngurus, dsb dsb.

    atau karena dalam pikiran gw, usia 20-30 itu harusnya dihabiskan untuk berkarir, bersenang2 dengan diri sendiri, baru setelah itu settle down. gw sendiri sampe sekarang masih berniat nikah di usia 27-28 *itu juga klo ada jodohnya, wakakak*

    ReplyDelete
  11. @ita: thanks, Ta! iya blognya menarik. gue sampe ikutan komen disitu. hehehe.

    @kethy: wakakakakak. bener juga ket. bisa gue pake itu line lo. kayaknya bisa nih kita2 ini bikin daftar jawaban dari pertanyaan "kapan". wakakakak

    @splendidofsuns: duh, jeng. gue ke blog lo tapi kok ga ada nama aslimu ya? hehehe.
    eh, tapi gue setuju lho nikah itu penting. i mean like eventually i will get married. that's for sure *semoga ada jodohnyaaa
    tapi soal kapannya itu ya terserah masing2 lah ya.iya sih, gue juga setuju kalo mending puas2in dulu being single. biar nanti pas udah married ga penasaran pengen single lagi (gawatttsss)

    ReplyDelete
  12. Anonymous2:10 PM

    heheh, dulu ceritanya mau anonim, makanya gak ada namanya. nama gw muthe :D *nama panggilan*. naah ntu die, gw selalu agak khawatir pas udah married tiba2 pengen single kan berabe. mungkin tadinya gw gak terlalu antipati sama nikah muda ini, tapi agak2 gimana gitu klo si temen2 yg menikah muda ini lantas tiba2 pasang status di fb gini : ternyata nikah itu indah

    padahal mereka baru nikah 2 hari yang lalu, which is menurut gw... jangan2 yang menurut dia indah adalah pengalaman malam pertama! wkwkw, no offense. karena menurut gw, seseorang baru bisa memutuskan pernikahannya indah atau nggak, setelah beberapa tahun atau bahkan beberapa puluh tahun. baru 2 hari mah atuh euh... encan nanaon. udah gitu, mentang2 udah nikah, enak aja bilang "kapan nyusul, ayo cepetan"

    ceileh.. klo gw bisa booking jodoh sama ngatur tanggal kapan ketemu dan kapan nikah dari jaman sebelum lahir, udah gw booking kali wakakakak.

    ReplyDelete
  13. menikah itu kalo menurut gw bukan cuma kita harus share ego Min, tapi sebaliknya kita juga bisa share beban. Ya nggak? ya nggak?

    Yah yang paling gampang itu contohnya buat pria mungkin beban hidup untuk bikin nyari makan akan di `bagikan` ke istri karena sekarang udah ada yang masakin, ngurus rumah juga. Buat wanita beban hidup buat mencari nafkah dishare ke suami.

    Yah.. itu semua tergantung kesepakatan tiap pasangan sih. Cuma kan normalnya gitu.

    Tapi yang bikin takut itu kan di bagian kedapetan beban pasangan itu ya.. yang akhirnya jadi kewajiban kita. hahaha.. yang namanya menjalankan kewajiban itu emang bikin malas ya..

    ReplyDelete
  14. @muthe: hihihi, gitu ya. untung gue jarang buka fb makanya ga terkontaminasi sama update2 seperti itu. wakakakak.

    @uqi: iyak, betul Qi. Humm. Dipikir2, nikah ini kok berat juga ya. hehe.
    Tapi mungkin karena itu menikah adalah ibadah ya? Soalnya ga mudah untuk menikah, apalagi pernikahan yang baik (yang ga selingkuh sana sini dsb dsb)

    ReplyDelete
  15. Anonymous8:54 PM

    pernah tuh, ada temen SD gw nikah. pertama2 heboh dgn foto2 prewed *yah, itu sih standar*, terus heboh menjelang akad nikah. eh 2 hari setelah nikah, dia tiba2 pasang status gitu. gw yg antipati pada pernikahan *at least sama pelaku nikah muda*, langsung ngamuk2 di tempat dan besoknya cerita ke temen gw dengan berapi2 *sampe temen gw ketawa2 :p*

    ReplyDelete
  16. Anonymous12:02 PM

    yang paling penting adalah menikah saat sudah punya calon min.

    example, daku udah punya ini, itu, anu, sudah bergelar itu, ini, una. punya bisnis disini, disitu, disanu.. kalo ga ada calon yaaa... gimana? :P

    ReplyDelete
  17. @ray: yah, asumsinya kan udah punya calon. Hihihi.

    Btw, bisnis lo yang "disini", "disitu" dan "disanu" itu apa aja??
    *kedipkedip
    *pengenkecipratan

    ReplyDelete
  18. Anonymous1:08 AM

    example doang itu min. hehe.
    *ikut kedip kedip*

    ReplyDelete

Humor me. Drop some comment.

The Other Blog

Dear all, This blog is not going to be updated often as I have created another one at www.floresianay.wordpress.com which will be focusi...