Nov 1, 2006

Bercermin pada para penghuni bawah laut


Kira-kira satu atau dua tahun lalu, sebuah kartun ditayangkan di salah satu stasiun televise swasta. Kartun itu berlatar kehidupan para penghuni dasar laut, dengan tokoh utama sebuah (atau seekor atau seorang?) spons berbentuk kotak dan berwarna kuning. Yeap, Spongebob Squarepants. Kartun ini segera menjadi tontonan favorit.
Saya ingat ketika demam Spongebob sedang meradang dimana-mana, beberapa teman saya pun ikut mengubah ringtone HPnya dengan soundtrack Spongebob (yang sangat khas dengan pembuka “Are you ready kids?? Ay ay Captain!!”), background HP dan computer pun tak luput dari jamahan si muka kuning tersebut. Boneka Spongebob beserta teman-temannya (Patrick, Squidward, Mr. Crabs, dkk) terpajang di etalase-etalase toko. Yang menarik adalah banyak orang-orang dewasa yang ikut-ikutan menjadi penggemar Spongebob.

Apa menariknya Spongebob Squarepants?

Saya pribadi, menyukai Spongebob karena saya sungguh dapat tertawa dibuatnya. Dengan tingkah-tingkah konyol para tokohnya jugaa karena karakter-karakter yang ada pada film tersebut. Pada kartun Spongebob Squarepants, saya mendapati tokoh-tokoh berkarakter ekstrim. Spongebob misalnya, ia terlewat polos. Patrick, terlewat bodoh. Squidward terlewat sinis. Mr. Crab terlewat mata duitan.
Karakter-karakter inilah yang juga saya temui sehari-hari, meski tidak seekstrim itu, pada diri saya juga orang lain. Dan di film ini, saya diajak menertawakannya, melihat sisi lucu dari karakter seseorang, bukan kemudian membencinya atau memilahnya menjadi baik dan jahat. Tapi untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda.

Itulah yang membuat saya menggemari Spongebob. Sudah lelah saya menonton kartun-kartun semacam Sailormoon, Wedding Peach atau Dragon Ball yang intrik-intrik mulai terlalu kompleks. Seperti sinetron saja. Sinetron (pada umumnya) lebih parah lagi, karena tokoh-tokohnya adalah manusia sungguhan tapi ceritanya tetap tidak masuk di akal. Bahkan variasi karakter yang ada pun lebih miskin daripada karakter-karakter di Spongebob.
Kembali ke Spongebob, meskipun lucu, kadang tingkah penduduk Bikini Bottoms (kota tempat Spongebob tinggal) membuat saya sebal. Penduduk Bikini Bottoms adalah jenis masyarakat yang kalau diberi sesuatu jadi ngelunjak. Dikasih hati minta jantung. Tapi sekali lagi, karakter tersebut tidak asing lagi kan?

Pada salah satu episode, diceritakan bahwa Spongebob diminta mengisi acara komedi di Krusty Krab (restoran tempat Spongebob bekerja). Satu dua lelucon pertama yang dia lontarkan sama sekali tidak mengundang tawa. Gugup, akhirnya ia mengeluarkan apa saja yang terlintas di kepalanya hingga akhirnya ia membuat lelucon tentang tupai. Hasilnya? Semua orang tertawa.
Ralat. Tidak semua orang, karena sahabat Spongebob yang bernama Sandy (dan kebetulan seekor tupai) mulai merasa tersinggung. Melihat leluconnya disambut baik, Spongebob mulai meneruskan dengan semangat. Dan semua orang tertawa terbahak-bahak (kecuali Sandy tentunya) hingga akhir acara.
Sandy pun mendatangi Spongebob di backstage dan menyatakan keberatannya. Memang, di akhir episode Sandy dan Spongebob berbaikan kembali.
Tapi dari episode ini terlihat karakter lain masyarakat Bikini Bottoms, yaitu mereka senang membicarakan kejelekan atau membuat lelucon tentang orang lain. Tupai, yang notabene bukan penduduk asli Bikini Bottoms dan dari golongan minoritas, begitu enaknya dijadikan bahan lelucon.
Merasa familiar dengan karakter seperti ini juga?

Bagitulah Spongebob, Anda cukup duduk, nonton dan tertawa. Tak perlu terlalu banyak berpikir. Menghibur sekaligus terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari. Sebuah tontonan yang pas untuk yang butuh tertawa.
Baik saya maupun adik saya yang berusia 3 tahun selalu kompak setiap sore mengikuti kisah Spongebob Squarepants.

The Other Blog

Dear all, This blog is not going to be updated often as I have created another one at www.floresianay.wordpress.com which will be focusi...