Apr 28, 2009

Hari Bosan

Jauh sebelum saya sidang Tugas Akhir, saya sudah membayang-bayangkan kehidupan macam apa yang akan saya jalani kelak. Tidak ada kuliah, tidak ada TA, tidak ada ngerjain tugas, tidak ada belajar semalam suntuk buat ujian, tidak ada apa-apa... Kayaknya bosan juga ya..

Ternyata masa-masa pasca kelulusan itu menyenangkan. Bisa main kesana kemari. Bisa nonton film sepuasnya. Bisa baca buku sesukanya. Bisa tidur sepanjang hari. Pokoknya suka-suka. Diam-diam, saya merasa ini adalah guilty pleasure. Soalnya saya jadi tidak produktif dan bermalas-malasan sepanjang hari. Namun kemudian seorang sahabat saya yang lulus dengan predikat cum laude mengatakan, wajar saja menikmati liburan beberapa bulan toh kita sudah kuliah selama 4 tahun (lebih!). Hati pun jadi tenang.

Hingga hari ini.

Hari ini saya bosan luar biasa. Sejak pagi. Kemudian mencapai klimaks di tengah hari.
Sebenarnya saya bisa mengisi waktu dengan membaca buku-buku kado ulang tahun kemarin. Tapi setelah membaca buku ke-15 yang saya baca sejak lulus, saya jenuh melihat huruf. Mood membaca saya sedang cuti.
Alternatif lain tentu saja nonton serial. Tapi lantaran saya tidak lagi disupplai oleh si bandar film, saya jadi harus download sendiri episode-episode itu. Dan itu lamaaaaa..... Capek deh nungguinnya. Untuk satu episode saya harus sabar menunggu 1 hingga 1,5 jam. Kan enakan tinggal transfer dari harddisknya si bandar.

Maka saya menuju alternatif terakhir: ngemil.
Berangkatlah saya siang hari bolong ke tempat paling hip di kompleks rumah: BetaMart (semacam adiknya AlfaMart mungkin?). Belum juga masuk ke dalam saya berpikir lagi, seperti saya tidak akan puas hanya dengan snack-snack ringan. Saya ingin sesuatu enak, mewah, kenyang. Saya mau Black Forrest.
Maka saya berjalan kaki hingga depan kompleks dilanjutkan berojek hingga toko kue dekat kompleks. Saya beli dua lho! Satu Black Forrest, satu cake coklat biasa. Hihihi.

Usai dari toko kue, saya kembali ke BetaMart. Dengan brutal saya penuhi keranjang dengan Ring-O, 2 Hello Panda, roti tawar, susu bendera strawberry dan 4 batang Cadburry Zip.
Saya pulang dengan hati gembira.

Ya, saya tetap gembira biarpun barang-barang diatas saya beli dengan uang yang saya ambil dari my sacred savings (MSS). MSS adalah sebundel uang tabungan yang malas saya setorkan ke bank. Saya simpan uang tersebut dengan baik, lengkap dengan ikatan karet gelang.
Tak pernah saya pakai sebelumnya.
Bahkan ketika tante saya accidently donated my favorite jeans, saya tidak mengambil sepeserpun untuk membeli yang baru. Atau ketika sandal saya satu-satunya rusak, saya pun tidak menyentuh MSS demi membeli penggantinya.
Saya bersabar saja hingga Mama saya akan jatuh kasihan dan membelikan yang baru. Hahaha.

The point is, MSS is s.a.c.r.e.d.
Tapi hari ini berbeda. Ini adalah hari terbosan yang saya lalui sejak lulus kemarin. Jadi patut dirayakan dengan makan-makan.
Yeah.

Apr 19, 2009

Fight

I consider myself as a writer. Maybe not a good one, but still.
I can express my feelings and thoughts best on writings instead of talking, songs, or anything.
Here I go.

**

My relationship with my sister was one of things that I was proud of. We were close, we shared secrets, we had private jokes, we were good friends. Or maybe even bestfriend.

One day my mom was invited to this glamorous wedding party. Some said that the wedding's cost was almost 5 billion rupiahs. Well, no wonder because it took place in one of the most prestigious place in Jakarta where international mucisians usually held their concerts.
Me and my sister were excited. We were definitely going, with mom of course.

Then my mom had another wedding invitation for that date. This one came from a relative of a relative. While the other one came from someone my mom barely knew. So we split. Mom and my aunt went to the relative of relative, while my sister and I went to the glamorous one.

But then it turned out that my sister and I never came to any wedding.

We had fight. A big and bad one. The worst fight ever. While we drove to the place.

It was the day after my graduation day. I was quite exhausted from the day before. I just arrived at home at 6 pm. I had not eat anything since noon so I was starving. Plus, I had some problems with my boyfriend.
So, I was not in a good mood. Even though I was not in a bad one either. Or maybe I was but I didn't realize it.

My mood went worse when we had already on our way and I found out that my sister forgot to bring an envelope. I had reminded her right before we left.
Then my sister complained that she was exhausted and started to refuse directing the way. I was the driver, fyi. Well, it had been my biggest weakness that I couldn't remember routes (especially in Jakarta) easily. So I got tense.

And I did my biggest mistake. I yelled at my sister. Not the usual yells we had when we were fighting. It was loud and harsh.

At this point I should've known that I was wrong and started to appologize. But I felt good. Really. Yelling made me feel good like I loosed my burdens.

So I did my most biggest mistake. I didn't stop yelling.
When my sister yelled back at me, I yelled louder and harsher so that I felt a bit pain in my throat.

My sanity came back when the car queuing at the front gate and my sister got off the car. Damn me! SUPER DAMN ME!
I had the right to be mad at her for the envelope and her annoying attitude. But I had no damn right to yell at her. Hell no!

I parked the car and I ran to my sister, which was quite difficult because I wore a very tight wiron. I tried to convince her to get back to the car. She said no. She said she'd take a cab home. I appologized but it was useless. She was already hurt.
She went back home alone by cab.

I felt terrible. I had never felt so terrible since... I didn't know when. I made the person I loved walked away from me. I didn't know if she was going to forgive me or talk to me again.
But that was not my biggest fear. Because I knew that eventually my sister would forgive me and talk to me again, I just didn't know when it would be. My biggest fear were that she would never let it go and we wouldn't have the same relationship as we used to have. Life would be so much harder. Too hard.
I cried for a long time.

**

I am still begging for her forgiveness.
I was wrong. Very very wrong. Super very very wrong. I should've not yelled at you, especially when most things that upset me had nothing to do with you. I was inappropriate and childish and selfish. I lost control. I was terrible.
Really, I am sorry. I wish I could find a prettier way to say how sorry I am. But I am just not very good on asking forgiveness. So, again, I am sorry.


PS. I didn't regret to skip the glamorous wedding for ran to my sister and took a very slight chance that she would get back to the car and let me drive her home. If the time turned back, I'd take the same option in a heartbeat.

Apr 12, 2009

Karma

Orang bilang hidup itu seperti roda, kadang di atas kadang di bawah. Kadang kita mengalami sesuatu yang saya sebut in her/his shoes experience.
Misalnya saja saya nih. Beberapa tahun yang lalu saya punya seorang teman yang cukup dekat. Suatu saat teman saya ini melakukan kesalahan terhadap saya yang menurut saya fatal. Kemudian, saya mulai bertanya-tanya (pada diri sendiri), kenapa sih dia melakukan itu?
Saya rangkai kembali kejadian-kejadian yang pernah lewat, obrolan-obrolan yang pernah ada dsb hingga akhirnya saya merasa saya tahu alasannya namun saya tetap tidak mengerti mengapa teman saya ini melakukan kesalahan itu.

Lalu, selang beberapa masa, saya merasa roda berputar. Kali ini saya merasa berada di posisi (well, kind of) teman saya itu. I was in her shoes.
Ohlala. Saya kira saya jadi lebih mengerti sudut pandangnya dan tindakannya.

Pertanyaan pentingnya adalah, selanjutnya apa?
Setelah saya mengalami in her shoes experience, setelah saya berada pada kondisi yang kurang lebih mirip-mirip dengan apa yang dialami teman saya beberapa masa yang lalu, apa saya akan melakukan apa yang teman saya lakukan dulu?
Masalahnya, meskipun sekarang saya lebih paham akan tindakannya dulu serta alasan-alasannya, tindakan tersebut tetap saja salah.
Saya tidak mau melakukannya. Atau terjerumus melakukannya.
Maka saya berusaha keras untuk menjalaninya dengan berbeda agar saya mendapat ending yang berbeda pula.

Kadang in her/his shoes experience kasusnya kebalikan dari yang diatas. Misalnya, saya melakukan suatu tindakan yang merugikan orang lain. Kemudian, selang beberapa saat orang lain yang melakukan tindakan tersebut terhadap saya. Saya berbalik menjadi pihak yang dirugikan.

Dalam kasus begini, banyak orang menyebutnya Karma. Mungkin juga, saya tidak tahu sih..
Saya pun terpikir untuk menjalani saja keadaan sebagai pihak dirugikan ini dengan pasrah, toh saya pernah merugikan orang lain dengan cara yang sama. Semacam menjalani hukuman lah.
Saya tidak tahu apakah itu adalah hal yang benar untuk dilakukan, tapi ada hal lain yang harus dipertimbangkan: we have to fight hard and surrender. Berusaha sekuat tenaga, kemudian pasrahkan pada Yang Diatas, begitu kata pak ustadz. Pasrah adalah mata rantai yang terangkai dengan berusaha.

Jadi, kalau menurut saya sih, hanya karena kita pernah melakukan sesuatu yang kurang baik di masa lalu, bukan berarti kita harus lekas-lekas menyerah bila kita dalam posisi objek penderita. We make mistakes all the times. The important things are to learn and forgive ourselves. Merelakan diri menjadi korban keadaan hanyalah sebuah cara untuk membalas dendam pada diri sendiri, karena kita belum bisa memaafkan diri sendiri atas kesalahan yang pernah kita lakukan.
Kalo iklan The Damages di AXN bilang: revenge is a confession of weakness (haha, banci tv!).

The shoes are hers/his, but the steps are yours. Kalau memang nggak mau punya ending yang sama dengan empunya sepatu, berarti Anda harus melangkah ke arah yang berbeda.

:)

Apr 8, 2009

Iklan?

Sebuah iklan untuk Microsoft Excel pada tahun 1990 berbunyi:
9 out of 10 Excel users are very satisfied. What are we doing wrong?

Dalam iklan tersebut Miscrosoft menjanjikan bahwa mereka tidak cepat puas, bahwa mereka akan bekerja lebih giat lagi untuk customernya.

Makanya saya heran, waktu nonton iklannya PDIP. Kok bisa-bisanya sih PDIP bikin iklan SENDIRI yang isinya berterimakasih terhadap DIRI SENDIRI?



Di luar ketidakkonsistenan mereka tentang BLT, menurut saya dalam iklan itu PDIP justru terkesan bahwa mereka sudah puas dengan pencapaian saat ini dan rakyat bukan saja diajak untuk menerima kenyataan itu namun juga dihimbau untuk berterimakasih.
Dimana-mana juga penjual yang berterimakasih sama pembelinya. Kan pembeli ada raja. Voters adalah raja dong.

Kok mereka tidak menjanjikan untuk berbuat lebih baik? Ya lebih baik dari pemerintah sekarang, ya lebih baik dari apa yang mereka lakukan sekarang.
Siapapun yang bikin iklan itu mungkin lupa kalau orang yang sukses seharusnya tidak cepat puas diri.
Ya nggak sih?

PS. mungkin ada juga iklan-iklan parpol lain yang sama kasusnya, cuman sayang saja saya cuma liat yang satu ini.

Recent Book (1)

FYI, postingan ini saya bagi menjadi 2 bagian karena terlalu panjang. Yang ini adalah bagian pertamanya.


Saya suka baca buku. Kira-kira sebulan terakhir ini banyak buku yang saya baca. Ahahaha, efek samping dari pengangguran (sial!). Daripada saya simpan sendiri, mendingan saya bagi pengalaman saya dengan masing-masing buku. Mana tau berguna buat Anda yang sedang bingung memilih bahan bacaan.


THE BROKER, John Grisham
Ini adalah salah satu buku Grisham favorit saya. Biarpun saya juga baru baca sekitar 4 atau 5 bukunya Grisham sih. Haha.


Seperti biasa, ceritanya tentang konspirasi yang dipadu dengan petualangan. Latar ceritanya banyak mengambil di US dan Italia.
Italia, dear!


Menurut saya buku ini bagus, alurnya lumayan cepat, penokohannya juga bagus. Tokoh utamanya, seperti di novel Grisham pada umumnya, adalah manusia bercela.

Ini adalah buku yang tepat kalau Anda suka cerita konspirasi yang melibatkan level atas pemerintah, intrik politik, rahasia kenegaraan, dan.. itu tadi, petualangan melarikan diri. Meskipun di bagian tengah buku alurnya agak melambat, tapi secara umum buku ini bikin gregetan kok. Ah, John Grisham memang pintar.


TWILIGHT SAGA (TWILIGHT, NEW MOON, ECLIPSE, BREAKING DAWN), Stephanie Meyer
Awalnya karena penasaran, kenapa sih semua orang pada baca buku-buku ini? Maka ketika ada seorang teman saya yang berbaik hati memijamkan novelnya, langsung saja saya sambar.

Setelah membaca, keempat serinya, saya mengerti sih mengapa orang-orang menggandrungi buku ini. Ceritanya ringan, mudah dicerna, dan penulisnya memang story-teller yang bagus. Ditambah ada unsur vampir-vampiran disini jadi imajinasi pembaca membayangkan dunia vampir bisa lepas. Mungkin kalau isinya cuman cerita cinta-cintaan saja memang jadi tidak menarik.

Kalau Anda mencari bacaan yang romantis, agak naif dan ringan, buku ini bisa jadi pilihan yang tepat. Jangan keburu malas dulu melihat tebalnya halaman, karena alur berceritanya mengalir. Kalau Anda pengangguran seperti saya, mungkin Anda bisa menyelesaikan satu buku itu kurang dari satu hari.
Anyway, saya sih merekomendasikan untuk membaca versi bahasa Inggrisnya, karena dalam bahasa Indonesia, kata-katanya jadi gombal banget.



THE DEVIL'S DNA, Peter Blauner
Saya butuh beberapa hari untuk menyelesaikan membaca buku ini. Kenapa ya? Saya rasa karena terjemahannya agak mengganggu deh. Meskipun begitu ceritanya yang bagus tetap dapat saya tangkap kok.

Ceritanya tentang pembunuhan seorang dokter muda, Allison, di tahun 1983. Untuk kasus tersebut, seorang siswa sekolah Katolik, Julian, yang masih berusia 17 tahun ditahan. Pada tahun 2003 Julian dibebaskan, kalau tidak salah karena kasusnya ditinjau ulang. Nah, tak lama setelah Julian dibebaskan, ada lagi pembunuhan dokter muda lain yang memiliki ciri-ciri fisik mirip dengan Allison. Anehnya, pada kuku dokter muda yang terbunuh tahun 2003 ini, ditemukan DNA milik Allison, korban pembunuhan 20 tahun silam.

Secara umum, novel ini menampilkan dua tokoh utama. Julian, dan seorang polisi yang menyelidiki kasus Julian di tahun 1983 dan 2003, Loughlin. Kedua orang ini membenci satu sama lain. Tapi pembaca tidak diminta mengambil pihak. Karena buku ini menyajikan sisi kemanusiaan dari dua orang yang bermusuhan ini. Sehingga tidak bisa dibilang siapa peran antagonisnya di buku ini.

Kalau Anda senang cerita detektif dengan penokohan yang kuat, berarti buku ini cocok buat Anda. Sebenarnya tak hanya tentang pembunuhan yang dibahas disini, tapi juga bagaimana proses seorang narapidana 20 tahun berusaha kembali ke masyarakat serta tentang kehidupan seorang polisi yang kadang tercela dan menjadi korban keadaan.


AFTER THE HONEYMOON, Ollie
Anak LFM sering menyebut kata bloopers ketika membahas sebuah film. Misalnya ketika dalam suatu adegan gelas susu yang dipegang aktornya tinggal terisi 1/4 bagian. Namun di adegan berikutnya gelas susu tersebut malah terisi 3/4 bagian.
Atau ketika dalam satu adegan sebuah kursi diposisikan terlentang di lantai. Namun di adegan berikutnya kursi tersebut tegak kembali tanpa ada alasan, tanpa ada gerakan satu aktorpun yang menegakkan kembali kursi tersebut.
Intinya sih, sepertinya bloopers itu seperti ketidaksinkronan, ketidaklogisan urutan pengadeganan. Kebodohan-kebodohan kecil tapi fatal yang dilakukan film maker.

Nah, saya tidak tahu istilah apa yang digunakan kalau kasusnya adalah bloopers di dalam sebuah cerita novel. Seperti novel karangan Ollie ini. Seorang tokohnya di awal cerita disebutkan tidak bisa menyetir. Lalu di tengah cerita mendadak ada adegan tokoh tersebut menyetir mobil. Pada titik ini saya menghibur diri dengan berpikir, 'oh, mungkin di belakangnya akan ada penjelasan bahwa ia telah belajar menyetir..'.
Tapi tidak saja penjelasan itu tak kunjung ada, yang ada malah tokoh tersebut kembali diceritakan tak bisa menyetir mobil lagi. Itu bloopers kan? And it's a MAJOR one!

Mengganggu sekali rasanya kalau ada ketidaklogisan dalam sebuah novel. Memang nggak ada editornya? Memang penulisnya nggak membaca ulang naskahnya? Kayaknya siapapun yang membaca novel itu pasti merasakan ketidaklogisan itu deh.

Pasti. Kalau dibaca.

Atau mungkin ketahuannya terlambat? Setelah buku terlanjur dicetak? Lalu mereka berdoa saja supaya tidak ada pembaca yang menyadari bloopers tersebut?
Saya sih merasa dirugikan. Ibaratnya saya beli produk yang tidak pakai proses quality control dulu.
HAH!
Anyway, ide cerita dari novel ini sebenarnya bagus. Tentang sepasang pengantin baru dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Berbeda dengan kebanyakan buku yang ujungnya adalah pernikahan, di buku ini justru awalnya adalah pernikahan.
Sayangnya, alur ceritanya kurang mengalir. Mungkin tidak adil sih, soalnya sebelum novel ini saya baru membaca buku-buku dari pengarang kelas dunia. Kalau dibandingkan mereka, ya memang novel ini kurang mengalir. Tapi sebenarnya masih cukup enak dicerna.
Buku ini ringan, tidak ribet, tidak banyak mikir, tidak tegang.. pokoknya tipe bacaan santailah. Kalau Anda mencari bacaan yang bisa Anda sambi di sela-sela rutinitas, ini bisa jadi buku yang cocok (kecuali bagian bloopers yang tadi saya bahas). Memang kurang klimaks sih ceritanya, tapi kalau hanya untuk mengisi waktu luang sih boleh juga.
to be continued.

Apr 7, 2009

Recent Books (2)

FYI, postingan ini saya bagi menjadi 2 bagian karena terlalu panjang. Yang ini adalah bagian keduanya.

TEA FOR TWO, Clara Ng
Saya pinjam buku ini dari Batari. Entah kebetulan ataukah memang tema marriage life memang sedang hip. Bedanya, novel ini mengulas tentang KDRT. Saya memang tidak berekspektasi tinggi, tapi ternyata novel ini cukup heartbreaking.

Saya adalah salah satu orang yang selalu bertanya-tanya, kenapa sih ada istri yang mau aja dipukulin suaminya?
Setelah baca novel ini saya jadi dapat sedikit gambaran. Saya bisa bayangkan sih kejadian seperti ini benar-benar menimpa seseorang. As my friend said, you can't be in love and smart at the same time.
Kadang-kadang keadaan memang seperti itu.
Selain temanya yang unik, alur ceritanya pun membuat saya terbawa dalam suasana hati Sassy, tokoh utamanya. Sedikit paham akan kegilaannya.
Kalau Anda senang cerita cinta (kalau bisa dibilang begitu), dengan bumbu persahabatan, sekaligus agak tegang, novel ini mungkin patut Anda baca. Setelah membaca novel ini saya jadi penasaran dengan novel Clara Ng yang lain. Untuk ukuran dalam negeri, saya rasa dia story-teller yang lumayan baik.
Yang agak kurang hanya penokohannya saya. Bagaimana latar belakang tokoh-tokohnya sehingga mereka menjadi pribadi seperti dalam cerita, tidak dijelaskan dalam novel ini.

YAKUZA MOON, Shoko Tendo
Konon, buku ini adalah kisah nyatanya si Shoko Tendo sendiri, seorang anak dari ketua yakuza di Jepang. Entahlah apakah kisah di buku ini dilebih-lebihkan dari keadaan nyata atau tidak. Tapi saya sih berharap kalau kisah dalam buku ini dilebih-lebihkan. Soalnya kalau benar jalan hidup Shoko Tendo persis seperti yang tertulis di buku ini, aduh kasihan benar orang itu..


Hidupnya penuh kenakalan, kekerasan, dan.. kekerasan. Tapi orang ini berani banget. Biarpun sudah dipukulin, dihantam-hantam ke lantai, tapi masih berani melawan. Huhuw, kalau saya sih mungkin akan mengikuti cara Nadya menghadapi krisis: pura-pura mati.
Ceritanya unik sih, soalnya tentang kehidupan yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Tendo disini bukanlah orang "baik-baik". Buku ini menawarkan sudut pandang dari posisi tersebut. Si pembuat onar, wanita simpanan, dsb.
Alurnya memang agak lambat tapi toh ini kan bukan fiksi (katanya).
Yah, kalau Anda senang dengan cerita-cerita kenakalan remaja, kekerasan, dan sisi gelap manusia, buku ini bisa jadi alternatif.

THE OTHER SIDE OF MIDNIGHT, Sidney Sheldon
Ini adalah kali pertama saya membaca novelnya Sidney Sheldon. Kalau kata review di bagian belakangnya sih, Sidney Sheldon adalah one of the best story-teller. Dan ternyata benar lho. Saya nggak tahu sih dia yang terbaik atau bukan, tapi cara penceritaannya memang lancar sekali.


Yang kuat dalam novel Sheldon adalah karakter tokoh-tokohnya. Tiap karakter penting memiliki cerita latar belakang yang jelas. Sejak lahir sampai dewasa. Anda mungkin mengira cerita latar belakang itu akan membosankan, saya juga kadang merasa begitu, tapi di buku Sheldon ini cerita tentang latar belakang karakter-karakternya itu malah menarik.


Dari ketiga novel Sheldon yang saya baca, di tiap ceritanya pasti ada beberapa tokoh yang merupakan big dreamers. Orang-orang yang berasal dari latar belakang terbelakang, miskin, yang punya mimpi besar dan akhirnya merangkak menuju kesuksesan itu.


Dalam novel yang ini, ada dua peran utama: Catherine Alexander dan Noelle Paige. Yang satu orang Amerika, yang lainnya Perancis. Latarnya berkisar antara dua benua itu. Kebanyakan sih Amerika, Perancis dan Yunani. Ceritanya mengambil masa pra hingga pasca Perang Dunia II.


Temanya seputar cinta, balas dendam dan kekuasaan yang dialurkan dengan intens, twisting dan menarik. Kalau Anda senang yang seperti itu, saya rekomendasikan untuk membaca buku ini.


A STRANGER IN THE MIRROR, Sidney Sheldon
Ini buku hasil meminjam ke Ebi. Kata empunya bagus, jadi saya pinjam. Ternyata memang bagus. Seperti buku Sheldon yang sebelumnya, buku ini juga punya karakter yang kuat: Toby Temple dan Jill Castle. Keduanya punya mimpi jadi bintang besar di Hollywood. Buku ini menceritakan tentang sulitnya mewujudkan mimpi tersebut. Jadi bintang besar bukan keajaiban semalam atau kebetulan tapi rangkaian usaha keras yang sangaaaaaatt keras dan pengorbanan yang sangat besar.


Mirip dengan The Other Side of Midnight, tema dari buku ini seputar cinta, balas dendam dan kekuasaan. Waktu membaca buku ini emosi saya jadi ikut terbawa. Senang, sedih, sampai takut. Ceritanya memang tidak ringan sih tapi tidak berat juga kok.


BLOODLINE, Sydney Sheldon
Sebenarnya buku Bloodline yang saya baca sampulnya tidak seperti yang disamping ini. Tapi meski dengan bantuan search engine Google pun saya tidak bisa menemukan gambar cover yang persis dengan yang saya punya. Sudahlah.

Buku yang ini agak beda dengan kedua buku lain yang sudah saya baca sebelumnya. Temanya tentu saja masih seputar cinta dan kekuasaan tapi banyak terdapat unsur detektif-detektifannya juga. Plot ceritanya pun lebih miris kedua novel yang sebelumnya.
However, ini tetaplah buku yang bagus, dengan penokohan yang kuat juga.


Satu hal yang saya suka dari novel Sheldon atau Grisham adalah cerita mereka mencakup dunia. Buronan kelas dunia, perusahaan kelas dunia, entertainer kelas dunia, pengusaha kelas dunia, pokoknya tokoh-tokohnya adalah tokoh berkelas internasional. Menurut saya sih, itu membuat ceritanya lebih menggigit.

Kalau Anda suka novel cinta yang tidak hanya tentang cinta serta berbau misteri, maka buku ini bisa jadi pilihan yang tepat.


CLOSE ENOUGH TO KILL, Beverly Barton
Pertama kali membeli novel ini saya berharap akan sebuah cerita misteri detektif yang intens. Paling tidak seperti The Devil's DNA lah. Lihat saja sinopsis di cover belakangnya. Tentang pembunuhan berantai terhadap gadis-gadis cantik berambut cokelat yang populer. Hanya sekelumit disinggung tentang peranan sheriff wanita Bernie Granger dan chief deputi Jim Norton.
Tentu saja sinopsis itu memberikan harapan tentang sebuah cerita yang intens dan twisting yang menggambarkan penyelidikan cerdik atas sebuah kasus seperti di serial CSI atau novel-novelnya Agatha Christie.

Ternyata oh ternyata...

Buat saya sih novel ini lebih tepat dibilang novel cinta bernuansa detektif daripada novel detektif bernuansa cinta. Mulai dari tengah cerita saya malah jadi sebal sama pihak kepolisian yang kayaknya lamban dan bodoh amat siih.. Porsi cerita cinta-cintaannya ternyata cukup besar. Dan sayangnya, it's not a good one. Tidak bikin greget atau apa gitu..

Yah, mungkin ekspekstasi saya yang salah. Makanya, saya ingatkan Anda untuk tidak berekspektasi seperti saya. Menurut saya cerita novel ini mirip-mirip dengan novel-novelnya Sandra Brown. Jadi kalau Anda suka novelnya Brown, Anda mungkin juga suka novel ini.

****


Buat saya a good book is better than a good movie.
Karena buku membiarkan imajinasi pembacanya lebih lepas. Karena buku lebih long-lasting dibandingkan film yang hanya berdurasi kurang lebih dua jam.

A good book tidak hanya menawarkan cerita yang bagus tapi juga membutuhkan seorang story-teller yang piawai agar dapat menyentuh emosi pembacanya.

When something can be read without great effort, great effort has gone into its writting (Poncela)
Happy reading!!

The Other Blog

Dear all, This blog is not going to be updated often as I have created another one at www.floresianay.wordpress.com which will be focusi...