Tweet itu cukup bikin saya kepikiran dan mengingat-ingat pengalaman meminta dan memberi maaf. Dan setelah saya renungkan selama 7
Tapi untuk mampu memaafkan, sincerely forgiving, dibutuhkan keikhlasan. We know that it ain't easy, yes? I think it's not about forgetting but more about letting go. Pun, ketika misalnya kita bilang sudah memaafkan seseorang tapi masih merasa senang kalau dengar kabar buruk tentang orang tersebut atau merasa dengki saat mendengar kabar baiknya, apakah masih bisa dikatakan sudah ikhlas memaafkan? For me, I think can say that I have sincerely forgiven someone when I no longer feel any hint of bitterness when I heard that he/she is doing well and happy. Let bygones be bygones. Kita tahulah untuk sampai pada tahap itu seringkali tidak mudah dan cepat. Ramadhan dan Lebaran mestinya menjadi momen untuk membiasakan hati dengan keikhlasan. Ikhlas memaafkan dan ikhlas juga bila
Oh, dan ikhlas swallowing the pride untuk meminta maaf. :P
Having said that, saya ikhlas nih swallowing my pride (if I have any...) dan mengucapkan:
Selamat hari raya Idul Fitri 1433 H. Mohon maaf lahir batin, ya.
Kalau diantara orang-orang yang baca blog ini ada yang merasa punya salah sama saya, insyaallah sudah saya maafkeun (bukannya saya merasa ada yang merasa salah lho yaa)
:)