Oct 16, 2008

'tolong' dan prasangka

Beni, adik saya yang paling bungsu, sekarang sudah masuk Sekolah Dasar. Sudah mulai pintar membaca, menulis dan sedikit Bahasa Inggris. Ia pun sudah mulai pintar menyuruh orang. Seperti,
"Mau makaaan!"
"Susu doong!"
dst.

Berulangkali orangtua saya mengingatkan, "Katakan 'tolong'!" tiap kali akan menyuruh orang lain melakukan sesuatu untuk kamu.

Kadang kita mungkin tidak sadar, betapa besarnya pengaruh kata 'tolong' atau 'minta tolong' dalam kalimat kita. Itu saya rasakan sendiri beberapa hari kemarin.

Beberapa hari kemarin saya dan seorang rekan datang ke sebuah kantor untuk urusan pekerjaan. Pendeknya, selesai berdiskusi dengan pejabat yang bersangkutan, saya print hasil diskusinya. Karena siangnya kami akan rapat, maka saya bertanya kepada rekan saya tersebut. Perlukah dokumen ini di fotokopi?

Lalu rekan saya menjawab, suruh saja si mas itu siapa namanya untuk fotokopikan.

Siang itu memang cukup panas. Mungkin hati saya jadi ketularan panas. Yang jelas kalimat itu terasa tidak enak saya dengar.
Mungkin bukan masalah besar bagi orang lain. Tapi kalau saya disuruh oleh sesorang yang bahkan lupa nama saya, rasanya sih saya kesal juga.
Lagipula menggantikan 'menyuruh' dengan 'minta tolong' it won't cost you anything.

Mungkin saya terlalu sensitif dan membesarkan masalah. Yah, entahlah mungkin saja begitu.
Karena menurut saya menyuruh seseorang tanpa nada yang sopan atau kata 'tolong' itu agak merendahkan. Yah, sepertinya saya memang berlebihan. Saya yakin rekan saya tidak berpikir sampai kesana.

But here's the funny part, ketika seseorang merendahkan orang lain, satu-satunya orang yang menjadi rendah justru orang itu sendiri.

Bicara tentang merendahkan orang lain, saya jadi ingat kata-kata seorang teman dulu. Dia bilang begini. Tidak ada orang yang merendahkan orang lain tanpa merendahkan dirinya sendiri.

Saya pun bingung, maksudnya apa?

Lalu dijelaskan oleh teman saya ini. Seseorang hanya merendahkan orang lain ketika ia merasa dirinya sendiri belum cukup tinggi. Karena ia merasa tidak tinggi, maka ia perlu membuat orang lain lebih rendah agar meskipun ia tidak menjadi yang tertinggi, setidaknya ia bukan yang terendah.

Tentu saja banyak cara merendahkan orang lain. Kadang tanpa sadar meskipun tidak terucap, kita merendahkan orang lain dalam pikiran kita. Itu terjadi pada saya. Bahkan di tulisan ini pun saya sedang menjudge rekan saya. Dan saya merasa itu sukar dikendalikan.

Saya rasa memang sudah sifat alamiah manusia untuk memberikan judgement kepada orang lain. Kadang terlalu dini dan dangkal.
Bahkan seorang Nabi pun pernah berprasangka kepada orang lain.

Di sisi lain, saya juga sering merasakan menjadi korban prasangka orang lain. Dan itu membuat saya sedih, marah, kecewa. Tapi lalu kalau saya pikir-pikir lagi, kenapa harus sedih, marah, kecewa?

Orang lain berhak berprasangka. Saya pun tak akan punya daya untuk membendung semua prasangka orang. Tapi saya punya kontrol atas apa yang akan saya lakukan dan pikirkan. Jadi selama saya pikir apa yang saya lakukan adalah benar, buat apa memusingkan prasangka orang?
Hidup ini terlalu singkat untuk selalu memikirkan pendapat orang lain tentang saya. Terutama dari orang-orang yang tidak dekat dengan saya, dan belum tentu punya niatan baik terhadap saya.

Itu sih menurut saya. :)

4 comments:

  1. sometimes, peoples and me also, judge person by it cover, but when you finally read and finish the book, you will get your own "A-ha!" moment and realize that you are truly wrong or maybe definitely right!

    memang min, hidup ini penuh dengan sejuta prasangaka..heuheu..

    ReplyDelete
  2. "Tidak ada orang yang merendahkan orang lain tanpa merendahkan dirinya sendiri"

    Yasmin ini banyak koleksi kalimat-kalimat bagus ya!

    ReplyDelete
  3. Anonymous4:14 PM

    yah,tergantung didikan keluarganya bukan sih?
    ada yang di keluarganya klo disuruh,gak pernah pake kata tolong. mungkin dy gak bakal merasa tersinggung dan biasa aja kalo disuruh (atau menyuruh orang lain).

    sama kayak daku yang gak pernah pake kata trima kasih. mungkin kalo gak masuk boul daku ga bakal ngerti arti sebuah terima kasih...

    ReplyDelete
  4. dea: emang de. hehe. gue juga ga bisa berhenti berprasangka dan diprasangkai.
    ditambah acara2 gosip di tv yang semakin membuat prasangka kita untku orang yang kita kenal semakin warna warni. hahahaha.

    ikram: mau di quote lagi ya kram? hehehe.

    ray: iya sih ray. sebenernya masalah kata2 itu memang tergantung didikan.
    ga bilang 'tolong' bukan berarti ga bermaksud meminta tolong. bilang 'tolong' pun bukan berarti bener2 mau minta tolong dengan sopan.
    hehe. lagi2, gue terlalu berprasangka sama orang lain ya?

    ReplyDelete

Humor me. Drop some comment.

The Other Blog

Dear all, This blog is not going to be updated often as I have created another one at www.floresianay.wordpress.com which will be focusi...