“Latar Belakangnya mesti diperbaiki”, ujar Beliau setelah beberapa saat membolak-balik laporan Kerja Praktek saya. “Kamu catat ya!”.
Siap Pak!, saya segera mengeluarkan pensil dan buku. Tak butuh waktu lama untuk memenuhi lembar kosong kertas tersebut dengan berbagai catatan seperti:
- Metodologi terlalu rinci
- Gap masukkin ke latar belakang
- Data produk masukkin ke latar belakang
- Value! Bukan pedoman
- Batasan masalah : metode jangan dibatasi
- Dll
Saya tidak kaget atau heran. Berdasarkan kesaksian beberapa orang yang presentasi sebelum saya, rata-rata memang diminta merevisi Bab I dan II atau tata tulis laporan.
Beliau melanjutkan ke halaman-halaman belakang.
“Tidak bisa pakai metode ini”, vonis Beliau.
Dan sejak kata-kata itu keluar, saya berhenti mencatat. Berusaha mengerti apa yang Beliau katakan. Saya akui, saya memang tidak yakin 100% metode yang saya gunakan benar. Tapi saya juga tidak yakin metode yang Beliau usulkan juga dapat diterapkan.
“Saya tidak diberi data keuangan oleh perusahaannya, Pak”, saya berkata karena tidak mengerti bukan karena ingin membantah.
“Anda bisa asumsikan dengan cara begini..”, kemudian Beliau menuliskan rumus di laporan saya.
Rasanya serba salah. Di satu sisi, saya benar-benar tidak yakin data tersebut dapat diasumsikan. Namun, menimbang saran dari sejumlah teman, tidak seharusnya saya membantah dosen yang satu ini. Lagipula, apalah arti pengetahuan mahasiswa undergraduate dibandingkan seorang profesor?
Revisi metode. Begitu keputusannya. Kumpulkan minggu depan.
Saya pulang dengan agak linglung.
**
Maa… Laporan KP ku mesti revisi nih. Sebel.
Saya kirimkan SMS tersebut kepada Mama. Ya, sesampainya di kosan dan membaca buku yang bersangkutan, saya makin uring-uringan. Ditambah sakit kepala yang belum reda juga sejak semalam, saya jadi kesal. Entah kepada siapa.
Tak lama, Mama menelepon.
“Gimana, wuk?”
“Laporan KP ku mesti revisi nih Ma. Dari metode lagi. Itu sih sama aja ngerjain ulang”, saya nyerocos tanpa peduli Mama tidak familier dengan persoalan dan istilah yang saya gunakan.
“Kenapa kata dosennya? Susah ya kalau direvisi?”
“Salah metode katanya. Padahal aku ga dikasih data keuangan sama perusahaannya”
“Oo.. ya bilang dong sama dosennya?”
“Udah. Tapi katanya suruh diasumsiin aja. Aku ga ngerti ini apanya yang bisa diasumsiin”
“Sama dosen yang satunya ga apa-apa?”
“Nggak papa. Kemarin baik-baik aja”
“Oo… dosen yang ini memang sulit ya?”
Mama adalah seorang dokter. Wajar bila Beliau tidak familier dengan asumsi, laporan, revisi atau data keuangan. Tapi saya tahu Beliau berusaha mengerti apa yang saya katakan agar dapat mengatakan sesuatu yang dapat menenangkan saya.
Dan entah bagaimana, pipi saya mulai basah oleh air mata. Sudah lama sekali sejak terakhir saya menangis, saya bahkan tak ingat lagi kapan itu. Dan saya memang tergolong perempuan yang jarang menangis.
Saya tak tahu apa yang saya tangisi. Mungkin karena saya harus merevisi laporan KP, mungkin karena sakit kepala saya tidak sembuh-sembuh, mungkin karena akumulasi kelelahan minggu ini. Mungkin saya kesal karena hari ini Bandung macet luar biasa.
Mungkin karena saya kangen rumah, mungkin saya tersentuh karena Mama begitu berusaha mengerti dunia seorang mahasiswa, mungkin saya merasa bersalah karena sebelum hari ini saya tak ingat untuk menghubungi Mama. Mungkin semuanya.
**
Empat jam kemudian, revisi pengolahan data akhirnya selesai. Dan hanya ada satu orang yang ingin saya SMS saat itu.
Maa.. revisi pengolahan datanya udah selesai. Aku senaaang. :)
Nov 17, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
The Other Blog
Dear all, This blog is not going to be updated often as I have created another one at www.floresianay.wordpress.com which will be focusi...
-
Have you ever watched kids On a merry-go-round? Or listened to the rain Slapping on the ground? Ever followed a butterfly's erratic flig...
-
[...karena satu dan lain hal, selama liburan ini gue ga bisa dihubungin lewat hp. maaf ya, buat sms2 lebaran yang ga akan terkirim...] here...
-
This afternoon, I was driving on Kalimalang road when a taxi in front of me suddenly stop. Naturally, I swerved to the right. Then a motorcy...
semangaat miin.
ReplyDeletelaptopku udah beneeer. aku juga senaang. hehe.
hoooo...
ReplyDeletecepat amat beresnya 4 jam doang.
sukses terus ya.
wow hebat lo min, empat jam dah beres..
ReplyDeleteAh, ada yang bantuin tuh :)
ReplyDelete**Siapa, min? Terus terang :) :)
haha...
ReplyDeletejadi tersinggung saya dengan post ini..
udah sebulan ga hubungi nyokap...
.. ke wartel mo nelpon..
Dalam perkancahan dunia laporan-laporan TI, asumsi itu maknanya hampir mirip sama 'masukin data seenak hati', gyahahha... ya nggak min?
ReplyDeletehahahah. jangan nangis dong ah. kasian amat. tapi super jg ya lo min, cm 4 jam benerin begituan?
ReplyDeletebat : batari saya rinduuu...
ReplyDeletesigit : hoho.. itu jadi sekenanya dan belum dibikin grafik lalala giiiit....
anonymous : idem sigit
echi : hmmmm.... ;P
leksa : haha. makanya jangan lupa dong kalo masih jadi anak orang.
ika : yup! dan gue masukkin aja data itu SESUKA hatiiii hehehe.
aldud : idem sigit. yaa, gimana ya dud, gue kesal luar biasa hari ituu..
kok judulnya "maaf"?? ;)
ReplyDeleteAh si yasmin ini... diforsir banget sih... slow aja min hahaha. siapa sih si bapak dosen itu?
ReplyDeleteWah.. disebut dong merk dosennya..
ReplyDeleteDebat akademis kok sampai dimasukin ke hati sih neng..
he..he..he..