Menurut saya ada dua hal krusial yang dihadapi mahasiswa baru terutama yang perantauan : ospek dan kosan.
Saya ingat betul sulitnya mencari kosan pertama bulan Agustus 2004 silam. Berbekal pengetahuan pas-pasan soal kota Bandung, saya dan Bapak mengubek-ubek daerah sekitar kampus mencari kemungkinan tersedianya ruangan untuk menampung saya.
People said practices makes perfect. Jika benar begitu, maka mestinya saya sudah mendekati sempurna. Karena saya tidak hanya dua, tiga, atau empat kali mencari yang namanya kosan. Tidak kawan. Selama 47 bulan saya hidup di Bandung, saya telah merasakan 6 kosan yang berbeda. Kalau dirata-rata, maka kira-kira setiap 8 bulan saya punya kosan baru. Bukan karena hobi, tapi memang selalu ada alasan untuk pindah.
Lagipula, seperti kata Steve Jobs: If you haven’t found it yet, keep looking. Don’t settle. As with all matters of the heart, you’ll know when you find it.
Hehehe.
Maka ijinkan saya berbagi sedikit pengetahuan saya tentang kos-kosan. Semoga berguna.
Mencari Kosan
Sejauh yang saya alami selama ini, ada tiga cara mencari kos-kosan.
Pertama, lewat agen.
Saya pernah mencoba menggunakan jasa agen kos-kosan La Maison. Anda bisa langsung datang ke kantornya di Jl Dr Eyckman atau minta dikirimkan (tentunya ada ongkos kirim).
Dulu sih dengan 25 ribu rupiah saya memperoleh daftar alamat kos-kosan di lokasi-lokasi yang telah saya pilih sebelumnya. Dilengkapi berbagai keterangan seperti kosan cewek/cowok/campur, luas kamar, fasilitas, peraturan (seperti ada/tidaknya jam malam dsb), harga plus nomor telepon agar Anda bisa langsung berhubungan dengan si induk semang.
Mudah sekali ya? Ya, Anda tinggal menyesuaikan criteria Anda dengan criteria kosan yang ditawarkan, bila Anda berminat tinggal ditelepon atau didatangi.
Sayangnya, info yang tersedia kurang akurat.
Contoh, saya pernah tertarik dengan profil kamar berukuran 6x4 meter. Namun begitu saya jambangi alamat yang bersangkutan, ternyata yang ada adalah kamar berukuran 6x4 meter dibagi 2. Sial!
Harga yang tercantum pun kadang tidak sesuai setelah saya mengecek ke pemiliknya. Demikian pula dengan fasilitas.
Memang ada juga sih yang sesuai antara kenyataan dan profil, tapi mungkin belum saya temukan saja. Haha.
Cara kedua adalah lewat teman.
Yap, disinilah the power of networking diterapkan. Haha, berlebihan.
Modalnya adalah sering-sering berkunjung ke kosan teman-teman Anda. Mungkin suatu kali Anda akan menemukan bahwa kosan teman Anda ini tidak beda jauh atau bahkan sama persis dengan kosan impian Anda. Bila Anda sudah menemukan kosan impian ini, maka segeralah katakan pada teman Anda bahwa Anda ingin ingin ingiiiiin sekali tinggal di kosan itu. Dengungkan terus keinginan Anda itu tiap kali Anda bertemu teman Anda.
Niscaya lama kelamaan ia akan ngeh dan langsung menghubungi Anda bila ada kamar di kosannya yang akan kosong.
Kalau Anda tidak punya cukup waktu untuk sering-sering berkunjung ke kosan teman, Anda bisa coba cara ini:
di tengah perbincangan yang melibatkan cukup banyak orang, lontarkan keinginan Anda untuk mencari kosan baru. Lalu ungkapkan apa saja kriteria yang Anda inginkan dari kosan impian Anda. Kamudian, langsung tembak asal saja “Eh, kosan si Anu itu enak gak ya?”, tentunya si Anu ini adalah orang yang juga dikenal oleh orang-orang dalam perbincangan. Mungkin Anda akan mendapat jawaban, “Nggak tau deeeehh…”atau “Nggak kayaknya”, it’s okay.
Karena meskipun Anda mendapat jawaban negatif, umumnya setelahnya orang-orang akan mulai memberi saran kepada Anda, seperti begini, “kosan si Itu kayaknya lumayan tuh”.
Istilah (terlalu) kerennya Focus Group Discussion. Dengan cara begini, Anda memanfaatkan pengalaman orang lain yang sudah pernah ke kosan si Anu, si Itu, dan si lainlain.
Cara ketiga, door to door.
Ini adalah cara paling desperate tapi sebenarnya cukup efektif. Simpel saja, datanglah ke sebuah kawasan, lalu datangi satpam yang ada disana, kemudian tanyakan disekitar lokasi tersebut dimana saja ada kosan. Kalau tidak ada satpam, Anda bisa bertanya pada ibu-ibu warung, tukang ojeg, tukang lontong kari, atau tukang-tukang lain yang ada di sekitar sana.
Mereka umumnya adalah orang-orang yang paling aware tentang keberadaan sebuah kosan karena pelanggan mereka juga anak-anak kosan.
Kalau kebetulan lokasi yang Anda tuju sepi dan tak tampak keberadaan orang-orang yang saya sebutkan di atas, Anda bisa lakukan ini: pilih satu rumah yang menurut Anda paling mirip kosan. Misalnya rumah tingkat, rumah dengan beberapa motor dan mobil, rumah dengan dua pintu masuk dsb. Tekan bel nya, lalu tunggu hingga ada orang keluar. Setelah ada orang yang keluar, maka bertanyalah: “Ini kosan Pak/Bu?”, bila Anda beruntung maka orang tersebut akan menjawab iya atau menganggukkan kepala. Bila ia tidak melakukan dua hal di atas, setidaknya tanyalah kembali: “Ou, maaf. Kalo di sekitar sini ada kosan nggak ya? Dimana?”. Kalau Anda sial, maka ia akan berkata tidak tahu atau melengos pergi tanpa mengatakan apa-apa. It’s okay. Masih ada rumah di sebelahnya kan?
**
Berdasarkan pengalaman, saya tidak pernah sukses dengan cara pertama. Dengan cara kedua saya sukses 3 kali. Dan 3 kali juga dengan cara ketiga.
Satu hal penting yang harus Anda perhatikan sebelum mencari kosan adalah menentukan kriteria kosan seperti apa yang Anda mau. Yang biasanya menjadi pertimbangan adalah lokasi, fasilitas, bangunan fisik, harga dll. Prioritasnya tergantung kondisi Anda. Saya akan jelaskan lebih lanjut di postingan berikutnya. Sekarang saya lapar dan mau makan siang dulu.
Dadah.
Jul 22, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
The Other Blog
Dear all, This blog is not going to be updated often as I have created another one at www.floresianay.wordpress.com which will be focusi...
-
Have you ever watched kids On a merry-go-round? Or listened to the rain Slapping on the ground? Ever followed a butterfly's erratic flig...
-
[...karena satu dan lain hal, selama liburan ini gue ga bisa dihubungin lewat hp. maaf ya, buat sms2 lebaran yang ga akan terkirim...] here...
-
This afternoon, I was driving on Kalimalang road when a taxi in front of me suddenly stop. Naturally, I swerved to the right. Then a motorcy...
kalo yang perantauan ditambah uang kiriman min... hehhee
ReplyDeletewaktu daku nyari kosan bareng sodara, tau2 dapet di taman hewan. udah bagus sih. cuma orang2nya pada jorok... hahhaa
jadi pindah ke dago asri, yey naik kasta. kalo yang ini pake cara kedua dikau min.
nice tips anyway, buat dikasih ke junior2 daku yang baru lulus dari gorontalo.
iya min, soal mencari kosan elo lah suhu nya.
ReplyDelete*memberi hormat pada suhu
kalo sekarang, internet jadi masuk list kriteria ya, min.
itu di manipulasi yaaaaaaaaaa?
ReplyDeleteelo udah ngerasain tujuh kosan miiiiiiiiiiiiiiiiiin!!!
busetdah! hahaha.
jadi sekarang pindah lagi min?
ReplyDeletekemana?
;))
heh 7 nad?
ReplyDeletebentar2..
wira anggun2, munding laya, sawunggaling, batari, plesiran, kanayakan.
enam woooi enaaaaaammm!!! (kayak vijay aja gue)
salam kenal,
ReplyDeletekesandung masuk ke blog ini gara2 om google.. :)
saya lagi nyari kosan juga, kebetulan pengen coba2 pake jasa la maison tapi kok ga ketemu ya..
masi ada nomer telponnya ngga?
makasi banget lho :D