Nov 20, 2009

Anything could happen

Awal mula cerita, HP saya rusak. Kacrut.
Padahal di HP tersebut ada beberapa catatan yang lumayan penting seperti tempat dan waktu wawancara yang harus saya hadiri, berikut nomor telepon contact personnya. Untung saja saya ingat nama gedungnya. Sedangkan waktunya, saya ingat sekitar pukul 3 atau setengah 4. Ambil jalan amannya, anggap saja jam 3.

Saya sampai di Jakarta (dari Bandung) pukul setengah 11 siang. Buka internet sebentar. Niatnya sebentar. Ternyata ada beberapa email yang harus dibalas. Akhirnya saya tancap gas dari rumah jam 2 lewat 5 menit.
Berbekal peta Jakarta yang akhir-akhir ini jadi barang favorit, saya melaju ke arah Kuningan menuju gedung yang dimaksud. Jam 2 mestinya lalu lintas tidak terlalu padat. Mestinya. Tapi tidak ada yang pasti tentang lalu lintas Jakarta. Apalagi waktu hujan. Jadilah si Mumun merayap macam siput.

Sampai di perempatan Kuningan, sudah jam 3 kurang 10. Peta menunjukkan gedung tersebut ada di antara perempatan Tendean dan Kuningan, tapi tidak jelas masuknya lewat mana karena letaknya tidak di pinggir jalan. Thanks to technology, saya tinggal menelepon 108, minta nomor, lalu telepon ke gedung yang dituju. Setelah diberi arahan saya pun sampai di tempat sekitar pukul 3 lewat 10.

Buru-buru, saya berhasil membujuk Pak Satpam untuk membiarkan saya parkir di depan pintu (bukan pintu utama tapi). Buru-buru, saya segera menghambur ke arah gedung. Saya tanyakan pada Satpam yang berjaga di depan pintu.
PT. X, di lantai berapa ya?
PT. X? Dia memeriksa daftar sejenak. Tidak ada PT. X disini Mbak. Memang alamatnya disini?
Iya, gedung XX kan? setengah bergurau saya menambahkan, memang ada berapa gedung XX?
Dua. Oow.. Satu lagi di Casablanca.
Saya kembali menemukan sedikit keyakinan. Nggak kok Mas, katanya tempatnya di Kuningan. Dalam hati saya berpikir, Casablanca kan Kuningan juga ya..
Bentar saya telepon dulu ke atas ya. Dia menelepon. Nggak ada Mbak.
Gedung yang satu lagi itu dimana sih Pak? Aduh, aduh.
Di Casablanca. Pas di tikungan dari Rasuna Said mau ke Casablanca.
Yee.. bilang kek di Rasuna Said. Buru-buru, saya kabur menuju gedung "yang satu lagi".

Sembari menuju kesana, saya berusaha menelepon untuk memberitahukan keterlambatan saya. Maaf pulsa Anda tidak cukup....
Kamfret.
Maka segala daya upaya saya kerahkan untuk mencapai gedung yang satu lagi (GYSL).
Hujan. Macet. Jakarta. *sigh*
Akhirnya sama sampai GYSL jam 3 lewat 20. Tergesa-gesa saya parkir di basement lalu setengah sprint menuju lift. Kok lama ya liftnya? Saya kira cuma saya doang yang merasa begitu karena lagi buru-buru. Eh ternyata Mas-mas yang kayaknya sih kerja di sana juga mengeluarkan keluhan yang sama dan ditanggapi persetujuan oleh temannya. Kacrut.

Liftnya berhenti di lantai satu. Saya segera menuju resepsionis.
PT. X di lantai mana?
Hmm.. 17.
Tergesa-gesa saya menuju lift. Ada lift untuk lantai 1-17 ada lift untuk lantai 17-entah berapa. Pikir-pikir, kayaknya lebih cepat kalau saya pakai lift kedua. Dengan yakin saya pun naik lift kedua.
Syuuut. Lantai 17. Pintu lift membuka. Lah loh lah loh, kok isinya ruangan yang masih berantakan beserta tukang-tukangnya? Seorang tukang tampak melihat saya dengan aneh. Saya sendiri juga sebenarnya melihat dia dengan aneh. Ini kayak gini semua satu lantai Mas? Saya bertanya. Iya Mbak, katanya.

Saya masuk lagi ke dalam lift. Ooohh.. Mbak Resepsioniiiis. Tekan satu. Syuuut. Lift sampai di lantai satu lagi. Tapi kok pintunya nggak kebuka-buka ya? Saya tekan tombol buka. Pintu lift masih anteng begitu saja. Saya tekan angka 1 lagi. Pintu langsung terbuka. Wiiih.. horor.

Untung di dekat situ ada Satpam. Langsung saja si Bapak saya berondong, PT. X di lantai berapa Pak?
15, katanya. Naiklah saya ke lift pertama lalu turun di lantai 15. Ada Satpam lagi disitu.
Saya mau interview, kemana ya Pak?
Ke lantai 12 dulu Mbak.
Omigod. Jam 3 lewat 40. Sedari tadi otak saya sudah bekerja mencari alasan apa ya yang akan saya bilang untuk keterlambatan saya.. Tapi tidak ada yang terlihat masuk akal apalagi terkesan intelek.

Akhirnya saya sampai lantai 12. Akhirnya saya bertemu orang yang memegang daftar nama dengan punya saya terselip diantaranya. Silakan tunggu ya, katanya.
Saya tidak bisa menahan diri untuk bertanya, sebenarnya saya interview jam berapa sih Mbak?
Jam 4.

Oh...


Moral of the story:
Anything, anything could happen indeed. Hujan. Macet. Salah gedung. Resepsionis error. Terjebak di lift. Salah lantai.
Mungkin ada untungnya juga HP saya rusak. Kalau enggak, saya nggak akan lupa waktu wawancara. Saya akan berangkat jam 3. Mengalami kejadian yang sama, dan berakhir di tempat yang benar pada jam 4 lewat 40. Maybe everything does happen for a reason, don't you think so?

9 comments:

  1. ckckck...beneran udah kelamaan meninggalkan jakarta lo :D

    ReplyDelete
  2. semoga lancar miinn.. gw bacanya capek.. hoshhosh

    ReplyDelete
  3. wah, kayanya seru banget min :D

    ReplyDelete
  4. @mala: huahaha. kayaknya cuman elo mal yang berpendapat begitu..

    ReplyDelete
  5. @jofa: kan kayak kata lo Jof. Udah kelamaan di Perancis gue. Hehehehe.

    @atiek: hoo, udah berapa kalori terbakar tiek? *garing ala atiek*

    ReplyDelete
  6. gue juga ngos2an baca ini =p

    ReplyDelete
  7. Anonymous10:00 AM

    wow..what a day!!

    ReplyDelete
  8. terus gimana min? tembus? hihiii

    ReplyDelete
  9. yasmiin, itu henpon bikin lo heboh yaak. hahaha.

    ReplyDelete

Humor me. Drop some comment.

The Other Blog

Dear all, This blog is not going to be updated often as I have created another one at www.floresianay.wordpress.com which will be focusi...