Jun 26, 2006
Time heals..????
Gue punya pengalaman buruk dengan dokter gigi. Atau dengan gigi, tepatnya.
Masa kecil gue, gigi2 gue kuning2 dan jarang2 karena gue malessss sikat gigi… apalagi sebelum Pepsodent Junior rasa strawberry ada.
Entah berapa ratus kali gue menderita sakit gigi yang konon lebih sakit daripada sakit hati.
Masa kecil gue sampe usia 12 tahun penuh dengan pengalaman tambal-menambal gigi. Sampe gue tau nama2 peralatan dokter gigi yang biasa dipake. Ada kali sekitar 10 dokter gigi yang pernah ngintip2 ke dalam mulut gue.
Emang sih, gigi gue parah banget, pernah salah satu (atau salah dua) gigi gue bolong sampe ke syarafnya!
Kalo kumat gue bisa guling2 di lantai, kasur, dimana aja sambil narik2 sprei atau apapun yang bisa dipegang. Sakitnya itu jo, ruarrrrr biasa!!!
(hmm, kalo dipikir2 emang lebih sakit daripada sakit hati sih..)
sampe akhirnya, saraf gue itu mati rasa. Waaaa…
yah begitulah, selama beberapa minggu atau bulan [ga inget euy!] gue menjalani perawatan gigi secara intensif.
Sampai akhirnya case closed dan dokter gue menyatakan tambalan sudah permanent dan perawatan selesai [hooray!!]
Selesailah era tambal-menambal, dan dimulailah era baru : kawat-mengawat.
Nah nah, sakitnya sih ga pernah sesakit waktu gigi gue bolong sampe saraf itu. Tapi rutin bo! Selama 4 tahun!
Belum lagi gue juga merasakan operasi atau bedah mulut demi mengambil jabang gigi gue yang belum tumbuh.
Jadi, terbayangkan dong betapa senangnya gue ketika era itu lewat!!
Saking senangnya, gue sampe ogah mesti balik2 lagi ke dokter gigi untuk pemeriksaan rutin [itu lho, yang tiap 6 bulan sekali. Hayooo, syapa yang ga ke dokter gigi 6 bulan sekalii??].
Ulah yang tidak bertanggung jawab itu menyebabkan karang gigi gue menumpuk. Hingga akhirnya setelah mengumpulkan segenap keberanian, hari ini gue pergi ke dokter gigi.
Toh, hanya ngbersihin karang.
Ternyata eh ternyata. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak.
Menurut dokter yang membersihkan karang gue, ternyata tambalan gue yang masa kecil itu rusak. Bukan Cuma satu tambalan [secara yah.. gue punya banyak tambalan di gigi gue..], tapi dua tambalan!!
Jadilah gue dioper ke ruang roentgen untuk di roentgen. Kemudian dioper lagi ke dokter gigi spesialis saraf.
Setelah nunggu 1 jam lebih, akhirnya giliran gue tiba. Jreng jreng… kenangan masa kecil gue yang menyeramkan pun bangkit lagi. Jiwa anak kecil berusia 12 tahun yang ada dalam diri gue mulai merengek2 nyuruh kaki gue buru2 ambil langkah 1000 aja.
Tapi otak 20 tahun gue yang mulai agak karatan ini berusaha ber-positive thinking.
Tarik napas… hembus… tarik napas… … … … hembusss…
Jadilah gue digarap. Ga ngerti dah diapain. Pake jarum2an gitu.
Dokternya bilang, “gusi kamu udah mati rasa jadi ga akan sakit”.
Kok kata2 itu ga bikin gue tenang ya?
Setengah jam yang menegangkan pun berlalu. Saatnya pulang!!! [hooray!!!]
Tapi tak dinyana, sang dokter bilang “tanggal 4 kesini lagi ya. Butuh perawatan intensif”.
HUUUUUWAAAAA….!!!!
Era apa lagi yang gue hadapi sekarang?? Era tambal sulam??
Jun 24, 2006
coz life's not always good, dear...
tau ga?
ternyata ga lulus sebuah mata kuliah itu ga apa2 lho..
ternyata gue masih bisa ketawa ketiwi sana sini. ternyata gue masih bisa ngomong dengan ringannya "OR gue E lho...".
ternyata gue masih bisa senyam senyum ketika sadar kalo sepertinya gue harus menghabiskan paling enggak 5 tahun di kampus ini.
well, reaksinya memang bisa berbeda buat setiap orang. hahaha...
what am i trying to say?
hmm, maksud gue, gagal itu biasa kan?
dulu jamannya SPMB, semua temen2 gue (gue ga termasuk, karena beberapa bulan sebelum SPMB gue udah keterima di ITB. hahaha...) mati2an belajar.
ngomongnya "duh, ga tau deh mau gimana kalo ga lulus SPMB".
tapi, ternyata, setelah mereka ga nemuin nama mereka di koran, life still goes as well.
ternyata pada akhirnya mereka senang2 aja kok kuliah di PTS.
bukannya gagal itu beneran 'ga apa2' yah.. tapi kalo pun setelah kerja keras ternyata tetap ga berhasil, itu bukan akhir dunia kok.
kemaren gue baca di koran, ada 4 orang siswa SMU yang nyoba bunuh diri karena ga lulus UN. padahal katanya mereka termasuk siswa yang pintar dan selalu rangking di sekolah.
entah kenapa sampai terpikir bunuh diri. padahal dunia dan hidup itu kan jauuuuuh lebih besar dan hebat dari Ujian Nasional. mungkin karena pandangan masyarakat tentang orang yang ga lulus ujian artinya bodoh atau pecundang? karena malu? karena ga tau mau ngapain kalo ga sekolah?
ujung2nya, orang tua murid pada demo.
menurut gue sih, standarisasi itu penting. sama aja kayak nglamar kerja. yang ga layak ga akan diterima. dan memang hidup itu seperti itu kan?
bukannya jahat, tapi mau jadi manja terus?
menerima kegagalan memang ga segampang ngomongnya. tapi toh, itu sesuatu yang ga bisa dihindarin kalo mau survive.
kalo pun lulus ujian SMA, masih banyak ujian lain yang mesti dihadapin.
ancaman drop out dari kuliah lah, di-PHK waktu kerja lah, usaha yang bangkrut lah, macem2.
yang bikin anak2 ini ga bisa nerima kegagalannya, mungkin karena sekolah dan yah... siapapun yang berwenang itu, ga nyiapin konseling dari awal.
sejak sebelum ujian misalnya, dikasih konseling atau apa kek tentang psikologis gitu bahwa ga lulus ujian itu bukan akhir dunia.
mungkin dari situ jadi bisa tau potensi yang sebenernya dimana.
Kadang2, manusia mau aja diperbudak sama nilai. kerja keras untuk dapat nilai bagus demi pengakuan. dan kalo gagal, berasa jadi orang paling ga berguna sejagad raya.
padahal kota bukan hanya jakarta, negara bukan hanya Indonesia dan planet bukan hanya Bumi. (halah... wat am i trying to say sih..?? maksudnya 'dunia itu luas jo!!!'... ko endingnya ga oke ya?)
Jun 14, 2006
friendster, communication, and.... indonesian...
Kembaliiii lagiiii!!!
Sebagai bukti betapa gue tak ada kerjaan di pagi hari ini, maka dengan ini gue resmikan postingan ketiga gue dalam tiga hari ini!!
(GOOOONGGGG….!*suara gong is on*)
hm.. topic kita kali ini adalah (duh.. udah kayak talkshow) FRIENDSTER!
Iyah… FRIENDSTER dan bukannya FRIENDASTER. Soalnya waktu itu gue pernah salah ngetik alamat, eh taunya ada aja dunk situs bernama friendaster. Isinya juga semacam situs pertemanan gitu. Hah, bukan itu yang mau gue bahas!
Jadi, alkisah jaman dahulu kala (yah… kira2 24 jam yang lalu…) gue membulatkan tekad untuk ‘membersihkan’ friendster gue dari orang2 yang tidak gue kenal.
Ceritanya gue mau membuat friendster gue menjadi PRIVATE. Jadi orang2 yang gue bahkan ga tau asal-usulnya, merasa tidak pernah berkomunikasi, gue CUT alias DELETE dari friends list. Mau dia satu kampus kek, satu sma kek, satu smp kek (secara yah *diucapkan dengan gaya gaul ala jakarta*, satu angkatan di smp gue ada 500 sekian orang gitu loohh..), satu sd kek, satu pengajian kek, satu madrasah, kalo gue ga merasa pernah kenal, tau dan berkomunikasi, yah gue delete ajah…
Sebenernya kegiatan pembasmian ini udah pernah berlangsung beberapa tahap sebelumnya. Tapi belum pernah sampai tuntas. Barulah kemarin, JRENGJRENGGGG selesai sudah misi yang satu ituu!! Jadi sekarang lo mau tunjuk yang mana aja yang ada di friendlist gue, pasti gue kenal!! Hahaha…
Kemarin gue men-delete sekitar 25 orang. Kalo ditotal2 sama yang tahap2 sebelumnya, keseluruhan ‘korban’ mungkin mencapai 100 orang lebih.
Halah, bayangkan lah berapa duit yang terbuang untuk melaksanakan proses itu. Gue jadi terheran2 sendiri, buat apa pula gue mengapprove sekian banyak orang yang ga gue kenal??
Nah, siap2 yah… cerita akan sedikit berbelok.. coba temukan hubungannya… (eits, serius ini!!)
Jadi, akhirnya kemarin malam gue ikut sebuah workshop komunikasi. Di workshop itu, melalui proses tertentu, peserta dibagi menjadi 4 kelompok yang mewakili 4 kelompok besar tipe manusia dalam berkomunikasi di dunia.
Kelompok 1 : CONTROLLER. Artinya tukang control (nenek2 juga tau!). dominant, senang pada kekuasaan, terfokus pada hasil dan lain2 (haaa,,, kalo mau tau banyak mesti ikut workshopnya duluuu).
Kelompok 2 : PROMOTOR. Senang jadi pusat perhatian, dominant, passionate, dll.
Kelompok 3 : ANALYZER. Senang menganalisa dan melihat segala sesuatu dari sisi logis tidaknya, banyak berpikir, teliti, dll.
Kelompok 4 : SUPPORTER. Terfokus pada hubungan dengan orang2, mau melakukan apa saja untuk menyenangkan orang lain, ga enakan sama orang lain, etc.
Yaaah, bisa ditebak ga mayoritas orang Indonesia masuk kelompok yang mana?
Definitely, supporter. (hahaha… tapi gue ga masuk kelompok ituu!!).
Salah satu sifatnya adalah, seorang supporter akan berkata “iya” biarpun sebenarnya mereka tidak setuju.
Kenapa? Ya, karena mereka selalu pengen menyenangkan orang lain dan paling takut kalo hubungannya dengan orang lain rusak.
Nah, kembali ke soal friendster.
Kenapa waktu itu gue mau aja mengapprove 100 sekian orang yang ga gue kenal??
Karena, meskipun gue bukan termasuk golongan supporter, gue tetap orang Indonesia.
Sebagai bukti betapa gue tak ada kerjaan di pagi hari ini, maka dengan ini gue resmikan postingan ketiga gue dalam tiga hari ini!!
(GOOOONGGGG….!*suara gong is on*)
hm.. topic kita kali ini adalah (duh.. udah kayak talkshow) FRIENDSTER!
Iyah… FRIENDSTER dan bukannya FRIENDASTER. Soalnya waktu itu gue pernah salah ngetik alamat, eh taunya ada aja dunk situs bernama friendaster. Isinya juga semacam situs pertemanan gitu. Hah, bukan itu yang mau gue bahas!
Jadi, alkisah jaman dahulu kala (yah… kira2 24 jam yang lalu…) gue membulatkan tekad untuk ‘membersihkan’ friendster gue dari orang2 yang tidak gue kenal.
Ceritanya gue mau membuat friendster gue menjadi PRIVATE. Jadi orang2 yang gue bahkan ga tau asal-usulnya, merasa tidak pernah berkomunikasi, gue CUT alias DELETE dari friends list. Mau dia satu kampus kek, satu sma kek, satu smp kek (secara yah *diucapkan dengan gaya gaul ala jakarta*, satu angkatan di smp gue ada 500 sekian orang gitu loohh..), satu sd kek, satu pengajian kek, satu madrasah, kalo gue ga merasa pernah kenal, tau dan berkomunikasi, yah gue delete ajah…
Sebenernya kegiatan pembasmian ini udah pernah berlangsung beberapa tahap sebelumnya. Tapi belum pernah sampai tuntas. Barulah kemarin, JRENGJRENGGGG selesai sudah misi yang satu ituu!! Jadi sekarang lo mau tunjuk yang mana aja yang ada di friendlist gue, pasti gue kenal!! Hahaha…
Kemarin gue men-delete sekitar 25 orang. Kalo ditotal2 sama yang tahap2 sebelumnya, keseluruhan ‘korban’ mungkin mencapai 100 orang lebih.
Halah, bayangkan lah berapa duit yang terbuang untuk melaksanakan proses itu. Gue jadi terheran2 sendiri, buat apa pula gue mengapprove sekian banyak orang yang ga gue kenal??
Nah, siap2 yah… cerita akan sedikit berbelok.. coba temukan hubungannya… (eits, serius ini!!)
Jadi, akhirnya kemarin malam gue ikut sebuah workshop komunikasi. Di workshop itu, melalui proses tertentu, peserta dibagi menjadi 4 kelompok yang mewakili 4 kelompok besar tipe manusia dalam berkomunikasi di dunia.
Kelompok 1 : CONTROLLER. Artinya tukang control (nenek2 juga tau!). dominant, senang pada kekuasaan, terfokus pada hasil dan lain2 (haaa,,, kalo mau tau banyak mesti ikut workshopnya duluuu).
Kelompok 2 : PROMOTOR. Senang jadi pusat perhatian, dominant, passionate, dll.
Kelompok 3 : ANALYZER. Senang menganalisa dan melihat segala sesuatu dari sisi logis tidaknya, banyak berpikir, teliti, dll.
Kelompok 4 : SUPPORTER. Terfokus pada hubungan dengan orang2, mau melakukan apa saja untuk menyenangkan orang lain, ga enakan sama orang lain, etc.
Yaaah, bisa ditebak ga mayoritas orang Indonesia masuk kelompok yang mana?
Definitely, supporter. (hahaha… tapi gue ga masuk kelompok ituu!!).
Salah satu sifatnya adalah, seorang supporter akan berkata “iya” biarpun sebenarnya mereka tidak setuju.
Kenapa? Ya, karena mereka selalu pengen menyenangkan orang lain dan paling takut kalo hubungannya dengan orang lain rusak.
Nah, kembali ke soal friendster.
Kenapa waktu itu gue mau aja mengapprove 100 sekian orang yang ga gue kenal??
Karena, meskipun gue bukan termasuk golongan supporter, gue tetap orang Indonesia.
Jun 13, 2006
the baby sitting stufffs...
hyaaahh... baru kemaren posting, sekarang udah posting lagi... ketauan banget yah gue ga ada kerjaan?
seperti rangga bilang "posting panjang banget, beneran keliatan lagi ga ada kerjaan"... huaaa... yasudahlah. memang pada dasarnya sayah ini sedang dalam status pengangguran. kecuali kalo mengasuh anak itu dihitung sebagai pekerjaan.
ngomong2 soal mengasuh anak ato baby sitting (bener ga ya tulisannya?). Hari2 belakangan ini sayah diperbantukan di rumah sebagai pengasuh untuk adik sayah sendiri yang baru berumur 3,5 tahun.
yahhh.. begitulah, ada suka ada dukanya (sapa yang nanyaa??).
jadi begini loh kira2 hidup sayah sebagai pengasuh anak.
pagi2 bangun tidur... anaknya sudah bangun duluan (haha).. dan dia sudah menguasai TV dan dengan sewenang2 menguasai remote! Yah, jadilah sayah sering ketinggalan nonton infotainment pagi [tapi sayah masih cukup up to date dengan gosip seputar taufik hidayat].
Dari nonton Dora the Explorer, trus Spongebob, trus Arnold atau Doraemon. jadilah sayah ikutan nonton. itung2 nambah pengetahuan.
trus siangan dikit, si anak mulai merengek2 minta makanan macem2. dari wortel yang masih batangan sampe es krim dilahap habis.
siangan dikit lagi [biasanya ketika sayah sedang ber-internet seperti sekarang] dia mau pup. Hyaaah, sekalian saja dimandikan.
Setelah itu, kegiatan simpang siur yang tidak jelas. seperti dia main dan sayah baca buku. ato kegiatan mencari TK, karena rencananya Juli nanti si anak mau masuk TK. biasanya ketika sayah nanya2 tentang TK yang bersangkutan ke si guru, si anak bermain jungkat-jungkit, ayunan, dan berbagai peralatan lain yan gada di halaman TK. Nah, repotnya, kalo sudah main, biasanya si anak ga mau diajak pulang.
Haduuhh... padahal matahari bersinar terik dan sayah bisa merasakan kulit sayah mulai menghitam. jadilah, sayah iming2i dia dengan kue atau apapun. alhasil, lama kelamaan uang sayah mulai menipis.
sampai rumah biasanya lalu kita sama2 ketiduran. pas bangun, hari udah mulai sore. dan mulailah lagi parade nonton Dora, Spongebob dan Arnold. Yah.. sayah jadi ketinggalan infotainment sore jugaa...
Lalu menjelang maghrib, si anak dimandikan. Setelah dimandikan, mulailah kegiatan main yang sesungguhnya. Kemaren kita main bola. [iyaa... sayah juga main bola... nendang kesana kemarii...]
Lalu dilanjutkan kegiatan makan. Makan apapun yang ada di lemari, kulkas, dan berbagai sudut rumah. Selesai makan, sayah mulai berdoa agar si anak segera mengantuk. Nampaknya sayah kurang beriman, karena biasanya si anak baru tidur di atas jam 10, setelah sebelumnya dipakaikan Pampers terlebih dahulu.
Barulah, di atas jam 10 sayah benar2 merdeka dan menjadi manusia bebas.
Makanya, ketika hari Minggu lalu di Oprah Show membahas tentang ibu yang bekerja, sayah memperhatikan baik2. itung2 menimba ilmu untuk bekal di masa depan. ketika sayah punya anak2 sayah sendiri. dan juga punya pekerjaan.
capeee tau, ngurusin anak. tapi kalo ngliat kakinya yang pendek. trus bahunya yang kecil. trus suaranya yang cempreng. trus mulutnya yang melongo kalo nonton tv. trus matanya yang tanpa dosa bilang "mau ee'....", kayaknya.... yaudahlah. :)
[haduhhh... posting ini juga panjang banget... begitu tampakkah gue yang ga ada kerjaan ini???]
seperti rangga bilang "posting panjang banget, beneran keliatan lagi ga ada kerjaan"... huaaa... yasudahlah. memang pada dasarnya sayah ini sedang dalam status pengangguran. kecuali kalo mengasuh anak itu dihitung sebagai pekerjaan.
ngomong2 soal mengasuh anak ato baby sitting (bener ga ya tulisannya?). Hari2 belakangan ini sayah diperbantukan di rumah sebagai pengasuh untuk adik sayah sendiri yang baru berumur 3,5 tahun.
yahhh.. begitulah, ada suka ada dukanya (sapa yang nanyaa??).
jadi begini loh kira2 hidup sayah sebagai pengasuh anak.
pagi2 bangun tidur... anaknya sudah bangun duluan (haha).. dan dia sudah menguasai TV dan dengan sewenang2 menguasai remote! Yah, jadilah sayah sering ketinggalan nonton infotainment pagi [tapi sayah masih cukup up to date dengan gosip seputar taufik hidayat].
Dari nonton Dora the Explorer, trus Spongebob, trus Arnold atau Doraemon. jadilah sayah ikutan nonton. itung2 nambah pengetahuan.
trus siangan dikit, si anak mulai merengek2 minta makanan macem2. dari wortel yang masih batangan sampe es krim dilahap habis.
siangan dikit lagi [biasanya ketika sayah sedang ber-internet seperti sekarang] dia mau pup. Hyaaah, sekalian saja dimandikan.
Setelah itu, kegiatan simpang siur yang tidak jelas. seperti dia main dan sayah baca buku. ato kegiatan mencari TK, karena rencananya Juli nanti si anak mau masuk TK. biasanya ketika sayah nanya2 tentang TK yang bersangkutan ke si guru, si anak bermain jungkat-jungkit, ayunan, dan berbagai peralatan lain yan gada di halaman TK. Nah, repotnya, kalo sudah main, biasanya si anak ga mau diajak pulang.
Haduuhh... padahal matahari bersinar terik dan sayah bisa merasakan kulit sayah mulai menghitam. jadilah, sayah iming2i dia dengan kue atau apapun. alhasil, lama kelamaan uang sayah mulai menipis.
sampai rumah biasanya lalu kita sama2 ketiduran. pas bangun, hari udah mulai sore. dan mulailah lagi parade nonton Dora, Spongebob dan Arnold. Yah.. sayah jadi ketinggalan infotainment sore jugaa...
Lalu menjelang maghrib, si anak dimandikan. Setelah dimandikan, mulailah kegiatan main yang sesungguhnya. Kemaren kita main bola. [iyaa... sayah juga main bola... nendang kesana kemarii...]
Lalu dilanjutkan kegiatan makan. Makan apapun yang ada di lemari, kulkas, dan berbagai sudut rumah. Selesai makan, sayah mulai berdoa agar si anak segera mengantuk. Nampaknya sayah kurang beriman, karena biasanya si anak baru tidur di atas jam 10, setelah sebelumnya dipakaikan Pampers terlebih dahulu.
Barulah, di atas jam 10 sayah benar2 merdeka dan menjadi manusia bebas.
Makanya, ketika hari Minggu lalu di Oprah Show membahas tentang ibu yang bekerja, sayah memperhatikan baik2. itung2 menimba ilmu untuk bekal di masa depan. ketika sayah punya anak2 sayah sendiri. dan juga punya pekerjaan.
capeee tau, ngurusin anak. tapi kalo ngliat kakinya yang pendek. trus bahunya yang kecil. trus suaranya yang cempreng. trus mulutnya yang melongo kalo nonton tv. trus matanya yang tanpa dosa bilang "mau ee'....", kayaknya.... yaudahlah. :)
[haduhhh... posting ini juga panjang banget... begitu tampakkah gue yang ga ada kerjaan ini???]
Jun 12, 2006
ehm..ehm...
Belakangan ini ia tak terlalu menarik lagi bagiku. Aku tidak lagi selalu mencari-cari keberadaannya. Atau gelisah bila ia tak bersamaku.
Ia masih setia memanggilku. Dengan sapaan pendek, kadang dengan sapaan panjang. Tapi dengan kurang ajarnya, sering aku acuhkan. Bahkan kadang bila ia memanggil dengan sapaan panjang, aku suruh dia untuk diam.
Bukannya anti, hanya saja saat ini ia sedang tak terasa penting bagiku. Hanya sesekali saja aku melihatnya. Sambil lalu.
Padahal dulu aku tak ingin lepas darinya. Sedikit suara atau gerakan saja darinya, maka tersedotlah semua perhatianku kepadanya. Tak boleh ada yang terlewat. Mulai dari bangun tidur, sehabis mandi, mau berangkat ke kampus, selesai kuliah, mau makan siang, saat makan siang, setelah makan siang (dan makan2 yang lain), selesai shalat, hingga mau tidur, ia lah yang selalu aku cari.
Itu dulu.
Sejak beberapa minggu lalu ketika nenekku meninggal dan kami sekeluarga ke Solo, ia jadi lebih akrab dengan adikku. Sementara aku tak peduli. Banyak yang mesti dikerjakan saat itu hingga tak sempat lagi aku menengoknya. Kadang ia bahkan terasa menjadi beban sehingga kutinggalkan saja atau kusuruh adikku menjaganya.
Nampaknya berlanjut hingga saat-saat ini. Meskipun ia tak lagi akrab dengan adikku. Dan hubungan kami juga tidak sejauh dulu. Setidaknya sekarang ini aku berkenan menengoknya beberapa kali dalam sehari.
Namun, tidak juga kami seakrab dulu. Aku tak lagi tidur dengannya.
Tapi jujur, aku sayang padanya. Sudah satu tahun lebih aku bersamanya. Aku sudah hapal setiap lekuk tubuhnya dan begitu nyaman menggenggamnya. Sampai saat ini aku belum ingin mencari yang baru biarpun banyak yang katanya lebih keren. Ia memang tidak super, namun semua yang aku butuhkan ada padanya. Dan untuk yang satu ini aku tak perlu lebih. Belum perlu, mungkin.
Papaku pernah bilang, jangan sampai punya ikatan batin dengan benda mati. Aku setuju itu. Supaya tetap rasional kalau mau menjual. Yah, kecuali kalau barang pemberian, itu lain persoalan lagi.
Tapi untuk dia, aku telanjur sayang. Beberapa kali ia rusak, selalu aku perbaiki. Tidak terpikir untuk menjual Nokia 6600-ku itu.
Ia yang tidak kurang dan tidak lebih.
Aku tidak butuh kamera ber-MegaPixel, toh aku punya digicam dan kamera SLR. Aku juga tidak butuh fungsi computer lengkap dalam HP-ku, toh aku punya computer sendiri. Aku juga tidak butuh HP dengan penampilan keren, toh aku suka paduan warna dan corak hitam-putihnya yang minimalis. Aku pun tidak butuh HP berbody mini, malah susah dicari dan gampang hilang (mengingat aku termasuk orang yang selebor, HP jenis ini jelas tidak cocok).
Buatku, kok kayaknya mubazir membeli barang multifungsi yang fungsinya jarang atau bahkan tidak pernah dipakai. Memang, aku bukan orang yang hi-tech atau penggila teknologi. Aku sadar betul itu.
Asal aku bisa mengabadikan momen-momen tak terduga dalam hidupku (termasuk berbagai pose narsis ku), menelepon dengan suara jernih, ber-sms tanpa harus jariku kapalan, menyimpan note-note penting, mencatat kegiatan dan ulang tahun teman-temanku, menyimpan beberapa lagu yang aku suka, dan bermain games di saat suntuk, itu sudah cukup.
Ia mungkin sudah agak ketinggalan jaman dibandingkan milik teman-temanku, tapi ya itu tadi. Ia punya semua yang aku butuhkan, jadi buat apa cari yang lain? Toh fungsi yang aku gunakan juga yang itu-itu saja.
Maka, sudah pasti ketidakakraban hubunganku dengannya saat ini bukan karena aku bosan atau apa. Hanya saja aku sedang ingin berlibur, jobless serta me-recharge energi, semangat dan ide-ide baru.
Ia masih setia memanggilku. Dengan sapaan pendek, kadang dengan sapaan panjang. Tapi dengan kurang ajarnya, sering aku acuhkan. Bahkan kadang bila ia memanggil dengan sapaan panjang, aku suruh dia untuk diam.
Bukannya anti, hanya saja saat ini ia sedang tak terasa penting bagiku. Hanya sesekali saja aku melihatnya. Sambil lalu.
Padahal dulu aku tak ingin lepas darinya. Sedikit suara atau gerakan saja darinya, maka tersedotlah semua perhatianku kepadanya. Tak boleh ada yang terlewat. Mulai dari bangun tidur, sehabis mandi, mau berangkat ke kampus, selesai kuliah, mau makan siang, saat makan siang, setelah makan siang (dan makan2 yang lain), selesai shalat, hingga mau tidur, ia lah yang selalu aku cari.
Itu dulu.
Sejak beberapa minggu lalu ketika nenekku meninggal dan kami sekeluarga ke Solo, ia jadi lebih akrab dengan adikku. Sementara aku tak peduli. Banyak yang mesti dikerjakan saat itu hingga tak sempat lagi aku menengoknya. Kadang ia bahkan terasa menjadi beban sehingga kutinggalkan saja atau kusuruh adikku menjaganya.
Nampaknya berlanjut hingga saat-saat ini. Meskipun ia tak lagi akrab dengan adikku. Dan hubungan kami juga tidak sejauh dulu. Setidaknya sekarang ini aku berkenan menengoknya beberapa kali dalam sehari.
Namun, tidak juga kami seakrab dulu. Aku tak lagi tidur dengannya.
Tapi jujur, aku sayang padanya. Sudah satu tahun lebih aku bersamanya. Aku sudah hapal setiap lekuk tubuhnya dan begitu nyaman menggenggamnya. Sampai saat ini aku belum ingin mencari yang baru biarpun banyak yang katanya lebih keren. Ia memang tidak super, namun semua yang aku butuhkan ada padanya. Dan untuk yang satu ini aku tak perlu lebih. Belum perlu, mungkin.
Papaku pernah bilang, jangan sampai punya ikatan batin dengan benda mati. Aku setuju itu. Supaya tetap rasional kalau mau menjual. Yah, kecuali kalau barang pemberian, itu lain persoalan lagi.
Tapi untuk dia, aku telanjur sayang. Beberapa kali ia rusak, selalu aku perbaiki. Tidak terpikir untuk menjual Nokia 6600-ku itu.
Ia yang tidak kurang dan tidak lebih.
Aku tidak butuh kamera ber-MegaPixel, toh aku punya digicam dan kamera SLR. Aku juga tidak butuh fungsi computer lengkap dalam HP-ku, toh aku punya computer sendiri. Aku juga tidak butuh HP dengan penampilan keren, toh aku suka paduan warna dan corak hitam-putihnya yang minimalis. Aku pun tidak butuh HP berbody mini, malah susah dicari dan gampang hilang (mengingat aku termasuk orang yang selebor, HP jenis ini jelas tidak cocok).
Buatku, kok kayaknya mubazir membeli barang multifungsi yang fungsinya jarang atau bahkan tidak pernah dipakai. Memang, aku bukan orang yang hi-tech atau penggila teknologi. Aku sadar betul itu.
Asal aku bisa mengabadikan momen-momen tak terduga dalam hidupku (termasuk berbagai pose narsis ku), menelepon dengan suara jernih, ber-sms tanpa harus jariku kapalan, menyimpan note-note penting, mencatat kegiatan dan ulang tahun teman-temanku, menyimpan beberapa lagu yang aku suka, dan bermain games di saat suntuk, itu sudah cukup.
Ia mungkin sudah agak ketinggalan jaman dibandingkan milik teman-temanku, tapi ya itu tadi. Ia punya semua yang aku butuhkan, jadi buat apa cari yang lain? Toh fungsi yang aku gunakan juga yang itu-itu saja.
Maka, sudah pasti ketidakakraban hubunganku dengannya saat ini bukan karena aku bosan atau apa. Hanya saja aku sedang ingin berlibur, jobless serta me-recharge energi, semangat dan ide-ide baru.
Jun 6, 2006
boulevard!
buka buka buka buka buka.... situs ini!!
tentang... IT... tentang... fashion... ITB!
yang paling penting:
ada tulisan gue disini!!! hahahaha.... buruan buka... sekarang....
tentang... IT... tentang... fashion... ITB!
yang paling penting:
ada tulisan gue disini!!! hahahaha.... buruan buka... sekarang....
jangan lupa dikasih komen yup!!!!!
(boulevard-nya... bukan blog gue...)
Subscribe to:
Posts (Atom)
The Other Blog
Dear all, This blog is not going to be updated often as I have created another one at www.floresianay.wordpress.com which will be focusi...
-
Have you ever watched kids On a merry-go-round? Or listened to the rain Slapping on the ground? Ever followed a butterfly's erratic flig...
-
[...karena satu dan lain hal, selama liburan ini gue ga bisa dihubungin lewat hp. maaf ya, buat sms2 lebaran yang ga akan terkirim...] here...
-
This afternoon, I was driving on Kalimalang road when a taxi in front of me suddenly stop. Naturally, I swerved to the right. Then a motorcy...