Apr 23, 2007

Journey to Arab


Gara-gara kemarin melihat blognya temannya teman saya, saya jadi ingat Jeddah.
Aaaaah... Saya jadi ingin ke Arab lagi!!
Bukan hanya Jeddah, tapi juga Madinah dan Makkah. Uhuhuhuwww... kangen sekali ingin kesana lagiiii!!

Daripada ke Eropa, mending coba dulu deh kesana. (mwaahaha... padahal saya juga belum pernah ke Eropa).
Saya kesana bulan Oktober tahun lalu. Mengorbankan teman-teman kelompok PTI I saya untuk mngerjakan PTKTK bertiga saja, dan mengorbankan jadwal UTS PPC yang akhirnya diundur 1 minggu (hihihi...).
Jadi ceritanya ketika saya kesana itu lagi di penghujung musim panas. Suhunya 40 derajat Celcius! Alamak!
Sudah terbayang banget sejak jauh-jauh hari sebelum hari H, kalau saya bakal seperti kelinci panggang disana (iya, kelinci.. kan imyyuuuut...).
Ternyata... memang panas! Tapi ternyata panasnya tidak benar-benar membuat saya jadi masak. Yah, paling jadi setengah matang.
Mendarat di bandara King Abdul Azis (Jeddah) sudah hampir tengah malam. Gawatnya, petugas disana tampaknya tidak terlalu mengerti bahasa Inggris. Dan karena saya pun juga tak terlalu fasih berbahasa Inggris, jadilah yang keluar hanya A I U E O.
Bagian ini tidak penting. Skip saja.

Naaaah, dari Jeddah itu saya langsung ngacir ke Makkah. Jadi malam itu bener-bener keluar bandara langsung naik bus dan keluar bus udah di depan hotel. Dan hotelnya itu di depan Masjidil Haram (entah pintu berapa, pokoknya yang di bukit Marwah). Saya sungguh sungguh sungguuuuuuuh takjub. Masjidil Haram yang selama ini hanya bisa saya lihat di tv atau menjadi motif sulaman dan hiasan dinding, sekarang berada di depan mata kepala saya.
Luaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaas sekali. Pantas saja kalau ada yang sering tersesat di dalamnya.
(oya, btw, waktu itu lagi bulan puasa)
Sampai di Mekkah itu sekitar jam 1 pagi. Kami (saya, adik, dan ortu) langsung disuruh mandi, wudhu dan makan sedikit (karena perginya dengan ikut rombongan tour jadi ada koordinatornya) lalu langsung bertawaf.
Subhanallah!
Di sepertiga malam itulah untuk pertama kalinya saya melihat langsung Ka’bah. Rasanya tidak ada kata yang dapat terucap kecuali syukur karena saya telah diberi kesempatan mengunjungi rumahNya.
Percaya deh, saya dulu menganggap bangunan Ka’bah yang hanya berbentuk kubus itu tidak terlalu istimewa. Bagusan juga Petronas atau Eiffel tower atau Pisa atau Colloseum. Tapi begitu saya hanya beberapa meter jaraknya dari Ka’bah itu, rasanya ia menjadi bangunan paling indah seduuuuuuuunia.
Dan yang bikin tambah keren (indah) lagi adalah kumpulan manusia yang sedang bertawaf mengelilingi Ka’bah.
Wah, kalau dilanjutkan disini, tidak akan habis kata-kata untuk memujinya. Mari kita skip lagi bagian ini.

Nah, di Mekkah ini memang super duper panas tralala. Sampai-sampai saya harus pakai payung kalau mau sekedar ke toko kelontong di seberang hotel. Toko-toko disana juga seru.

Kalau siang, di seberang hotel ada sederetan toko kelontong yang menjual barang-barang yang kurang lebih sama. Namanya juga cewek, mau niatan ibadah tetap saja kami (saya, adik dan mama) meluangkan waktu untuk melihat-lihat. Siapa tahu dapat oleh-oleh lucu. Sayang, di Mekkah sendiri tokonya tidak terlalu banyak.

Lebih menyenangkan lagi ketika malam tiba. Kami pergi berjalan-jalan ke sekitar hotel. Disana, apabila seorang perempuan pergi harus ada muhrim yang menemani.
Yang paling ingin saya coba sudah tentu makanannya. Seperti apa sih kebab Arab? Apa sama dengan Donner Kebab di mal-mal Jakarta? Fuh, ternyata daging disana lebih keras. Saya sih tidak suka dagingnya. Tapi saya suuuuuuuuuuka sekali es krimnya!!
Sluuuuurrrppp... mmmm.... enak banget bo! Yah, mungkin karena pengaruh panas juga sih jadinya es krim itu terasa enak sekali. Btw, kalo malam sih tidak terlalu panas kok.

Oia, ada juga pengalaman lucu yang menyebalkan. Jadi suatu hari setelah selesai sa’i, kami berniat menggunting rambut (aturannya adalah setelah selesai sa’i agar menggunting rambut minimal 3 helai). Karena saat itu adalah sa’i perdana kami dan manasik pun kami tidak pernah ikut, jadinya kami tidak mempersiapkan gunting. Lalu datangkah seorang anak laki-laki Arab menawarkan gunting.
Waduuuuuh, anak ini sudah cakep baik hati pula! Saya doakan kamu bahagia dunia akhirat deh! Batin saya waktu itu.
Selesailah acara gunting menggunting rambut. Kemudian si anak datang kembali meminta guntingnya. Sudah tentulah kami kembalikan berikut ucapan terimakasih dan senyum selebaaaaar mungkin.
Eh, ternyata si anak meminta bayaran. Ibu saya pun memberikan 5 real (1 real = Rp. 2500). Eh lagi, ternyata tidak cukup menurut si anak. Lha, gimana ini? Masa pinjam gunting 5 menit saja bayarnya mahal?
Ya sudah, akhirnya di kasih lah 5 real lagi. Jadinya 10 real = Rp. 25000. Eh eh, ternyata masih belum cukup. Si anak minta 10 real lagi. Berarti 20 real = Rp. 50000 untuk pinjam gunting selama 5 menit. Tapi berhubung itu sedang di rumah Tuhan, maka saya mendorong ibu saya : udahlah kasih aja...
Biarpun jelas terlihat Ibu saya tampak dongkol setengah mati.
Nah, setelah diberi selembar 10 real lagi barulah anak itu tampaknya puas dan pergi.

Omigod, seandainya saja kami ikut manasik maka kami akan tahu kalau kami akan butuh gunting maka kami tidak akan kehilangan 20 real. Yah, kalau dicari maknanya, mungkin selama ini kami kurang ikhlas berzakat. Jadinya ditegur dengan cara seperti ini.

Eh, kok udah panjang banget nih ceritanya? Waaah, padahal masih banyak yang ingin saya ceritakan. Yasudahlah untuk sementara postingan ini to be continued. Kapan-kapan akan saya lanjutkan cerita saya di Madinnah dan Jeddah. (hhihihi... kayak sinetron aje)

3 comments:

  1. Anonymous4:12 PM

    kalo gw min, pasti ngebatin:
    "udah gw puji ganteng, gue doain, eh malah nyusahin.." Hahaha.

    ReplyDelete
  2. coba selain digunting ada aturannya boleh juga dicabut. pasti bangkrut total tuh usaha persewaan gunting.

    ReplyDelete
  3. ahh.. betapa inginnya saya ke arab..

    ReplyDelete

Humor me. Drop some comment.

The Other Blog

Dear all, This blog is not going to be updated often as I have created another one at www.floresianay.wordpress.com which will be focusi...