FYI, postingan ini saya bagi menjadi 2 bagian karena terlalu panjang. Yang ini adalah bagian pertamanya.
Saya suka baca buku. Kira-kira sebulan terakhir ini banyak buku yang saya baca. Ahahaha, efek samping dari pengangguran (sial!). Daripada saya simpan sendiri, mendingan saya bagi pengalaman saya dengan masing-masing buku. Mana tau berguna buat Anda yang sedang bingung memilih bahan bacaan.
THE BROKER, John Grisham
Ini adalah salah satu buku Grisham favorit saya. Biarpun saya juga baru baca sekitar 4 atau 5 bukunya Grisham sih. Haha.
Seperti biasa, ceritanya tentang konspirasi yang dipadu dengan petualangan. Latar ceritanya banyak mengambil di US dan Italia.
Italia, dear!
Menurut saya buku ini bagus, alurnya lumayan cepat, penokohannya juga bagus. Tokoh utamanya, seperti di novel Grisham pada umumnya, adalah manusia bercela.
Ini adalah buku yang tepat kalau Anda suka cerita konspirasi yang melibatkan level atas pemerintah, intrik politik, rahasia kenegaraan, dan.. itu tadi, petualangan melarikan diri. Meskipun di bagian tengah buku alurnya agak melambat, tapi secara umum buku ini bikin gregetan kok. Ah, John Grisham memang pintar.
TWILIGHT SAGA (TWILIGHT, NEW MOON, ECLIPSE, BREAKING DAWN), Stephanie Meyer
Awalnya karena penasaran, kenapa sih semua orang pada baca buku-buku ini? Maka ketika ada seorang teman saya yang berbaik hati memijamkan novelnya, langsung saja saya sambar.
Setelah membaca, keempat serinya, saya mengerti sih mengapa orang-orang menggandrungi buku ini. Ceritanya ringan, mudah dicerna, dan penulisnya memang story-teller yang bagus. Ditambah ada unsur vampir-vampiran disini jadi imajinasi pembaca membayangkan dunia vampir bisa lepas. Mungkin kalau isinya cuman cerita cinta-cintaan saja memang jadi tidak menarik.
Kalau Anda mencari bacaan yang romantis, agak naif dan ringan, buku ini bisa jadi pilihan yang tepat. Jangan keburu malas dulu melihat tebalnya halaman, karena alur berceritanya mengalir. Kalau Anda pengangguran seperti saya, mungkin Anda bisa menyelesaikan satu buku itu kurang dari satu hari.
Anyway, saya sih merekomendasikan untuk membaca versi bahasa Inggrisnya, karena dalam bahasa Indonesia, kata-katanya jadi gombal banget.
THE DEVIL'S DNA, Peter Blauner
Saya butuh beberapa hari untuk menyelesaikan membaca buku ini. Kenapa ya? Saya rasa karena terjemahannya agak mengganggu deh. Meskipun begitu ceritanya yang bagus tetap dapat saya tangkap kok.
Ceritanya tentang pembunuhan seorang dokter muda, Allison, di tahun 1983. Untuk kasus tersebut, seorang siswa sekolah Katolik, Julian, yang masih berusia 17 tahun ditahan. Pada tahun 2003 Julian dibebaskan, kalau tidak salah karena kasusnya ditinjau ulang. Nah, tak lama setelah Julian dibebaskan, ada lagi pembunuhan dokter muda lain yang memiliki ciri-ciri fisik mirip dengan Allison. Anehnya, pada kuku dokter muda yang terbunuh tahun 2003 ini, ditemukan DNA milik Allison, korban pembunuhan 20 tahun silam.
Secara umum, novel ini menampilkan dua tokoh utama. Julian, dan seorang polisi yang menyelidiki kasus Julian di tahun 1983 dan 2003, Loughlin. Kedua orang ini membenci satu sama lain. Tapi pembaca tidak diminta mengambil pihak. Karena buku ini menyajikan sisi kemanusiaan dari dua orang yang bermusuhan ini. Sehingga tidak bisa dibilang siapa peran antagonisnya di buku ini.
Kalau Anda senang cerita detektif dengan penokohan yang kuat, berarti buku ini cocok buat Anda. Sebenarnya tak hanya tentang pembunuhan yang dibahas disini, tapi juga bagaimana proses seorang narapidana 20 tahun berusaha kembali ke masyarakat serta tentang kehidupan seorang polisi yang kadang tercela dan menjadi korban keadaan.
AFTER THE HONEYMOON, Ollie
Anak LFM sering menyebut kata bloopers ketika membahas sebuah film. Misalnya ketika dalam suatu adegan gelas susu yang dipegang aktornya tinggal terisi 1/4 bagian. Namun di adegan berikutnya gelas susu tersebut malah terisi 3/4 bagian.
Atau ketika dalam satu adegan sebuah kursi diposisikan terlentang di lantai. Namun di adegan berikutnya kursi tersebut tegak kembali tanpa ada alasan, tanpa ada gerakan satu aktorpun yang menegakkan kembali kursi tersebut.
Intinya sih, sepertinya bloopers itu seperti ketidaksinkronan, ketidaklogisan urutan pengadeganan. Kebodohan-kebodohan kecil tapi fatal yang dilakukan film maker.
Anak LFM sering menyebut kata bloopers ketika membahas sebuah film. Misalnya ketika dalam suatu adegan gelas susu yang dipegang aktornya tinggal terisi 1/4 bagian. Namun di adegan berikutnya gelas susu tersebut malah terisi 3/4 bagian.
Atau ketika dalam satu adegan sebuah kursi diposisikan terlentang di lantai. Namun di adegan berikutnya kursi tersebut tegak kembali tanpa ada alasan, tanpa ada gerakan satu aktorpun yang menegakkan kembali kursi tersebut.
Intinya sih, sepertinya bloopers itu seperti ketidaksinkronan, ketidaklogisan urutan pengadeganan. Kebodohan-kebodohan kecil tapi fatal yang dilakukan film maker.
Nah, saya tidak tahu istilah apa yang digunakan kalau kasusnya adalah bloopers di dalam sebuah cerita novel. Seperti novel karangan Ollie ini. Seorang tokohnya di awal cerita disebutkan tidak bisa menyetir. Lalu di tengah cerita mendadak ada adegan tokoh tersebut menyetir mobil. Pada titik ini saya menghibur diri dengan berpikir, 'oh, mungkin di belakangnya akan ada penjelasan bahwa ia telah belajar menyetir..'.
Tapi tidak saja penjelasan itu tak kunjung ada, yang ada malah tokoh tersebut kembali diceritakan tak bisa menyetir mobil lagi. Itu bloopers kan? And it's a MAJOR one!
Mengganggu sekali rasanya kalau ada ketidaklogisan dalam sebuah novel. Memang nggak ada editornya? Memang penulisnya nggak membaca ulang naskahnya? Kayaknya siapapun yang membaca novel itu pasti merasakan ketidaklogisan itu deh.
Pasti. Kalau dibaca.
Atau mungkin ketahuannya terlambat? Setelah buku terlanjur dicetak? Lalu mereka berdoa saja supaya tidak ada pembaca yang menyadari bloopers tersebut?
Saya sih merasa dirugikan. Ibaratnya saya beli produk yang tidak pakai proses quality control dulu.
HAH!
Anyway, ide cerita dari novel ini sebenarnya bagus. Tentang sepasang pengantin baru dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Berbeda dengan kebanyakan buku yang ujungnya adalah pernikahan, di buku ini justru awalnya adalah pernikahan.
Sayangnya, alur ceritanya kurang mengalir. Mungkin tidak adil sih, soalnya sebelum novel ini saya baru membaca buku-buku dari pengarang kelas dunia. Kalau dibandingkan mereka, ya memang novel ini kurang mengalir. Tapi sebenarnya masih cukup enak dicerna.
Sayangnya, alur ceritanya kurang mengalir. Mungkin tidak adil sih, soalnya sebelum novel ini saya baru membaca buku-buku dari pengarang kelas dunia. Kalau dibandingkan mereka, ya memang novel ini kurang mengalir. Tapi sebenarnya masih cukup enak dicerna.
Buku ini ringan, tidak ribet, tidak banyak mikir, tidak tegang.. pokoknya tipe bacaan santailah. Kalau Anda mencari bacaan yang bisa Anda sambi di sela-sela rutinitas, ini bisa jadi buku yang cocok (kecuali bagian bloopers yang tadi saya bahas). Memang kurang klimaks sih ceritanya, tapi kalau hanya untuk mengisi waktu luang sih boleh juga.
to be continued.
Hai GagasMedia. Butuh proofreader freelance?
ReplyDeleteRgds,
Ikram
hahaha, iya kram daftar giiihh..
ReplyDeleteuntuk mencegah konsumen2 kayak gue merasa dirugikan.
Pertanyaan yang sama untuk Ollie nih hihihi
ReplyDelete