Orang bilang hidup itu seperti roda, kadang di atas kadang di bawah. Kadang kita mengalami sesuatu yang saya sebut in her/his shoes experience.
Misalnya saja saya nih. Beberapa tahun yang lalu saya punya seorang teman yang cukup dekat. Suatu saat teman saya ini melakukan kesalahan terhadap saya yang menurut saya fatal. Kemudian, saya mulai bertanya-tanya (pada diri sendiri), kenapa sih dia melakukan itu?
Saya rangkai kembali kejadian-kejadian yang pernah lewat, obrolan-obrolan yang pernah ada dsb hingga akhirnya saya merasa saya tahu alasannya namun saya tetap tidak mengerti mengapa teman saya ini melakukan kesalahan itu.
Lalu, selang beberapa masa, saya merasa roda berputar. Kali ini saya merasa berada di posisi (well, kind of) teman saya itu. I was in her shoes.
Ohlala. Saya kira saya jadi lebih mengerti sudut pandangnya dan tindakannya.
Pertanyaan pentingnya adalah, selanjutnya apa?
Setelah saya mengalami in her shoes experience, setelah saya berada pada kondisi yang kurang lebih mirip-mirip dengan apa yang dialami teman saya beberapa masa yang lalu, apa saya akan melakukan apa yang teman saya lakukan dulu?
Masalahnya, meskipun sekarang saya lebih paham akan tindakannya dulu serta alasan-alasannya, tindakan tersebut tetap saja salah.
Saya tidak mau melakukannya. Atau terjerumus melakukannya.
Maka saya berusaha keras untuk menjalaninya dengan berbeda agar saya mendapat ending yang berbeda pula.
Kadang in her/his shoes experience kasusnya kebalikan dari yang diatas. Misalnya, saya melakukan suatu tindakan yang merugikan orang lain. Kemudian, selang beberapa saat orang lain yang melakukan tindakan tersebut terhadap saya. Saya berbalik menjadi pihak yang dirugikan.
Dalam kasus begini, banyak orang menyebutnya Karma. Mungkin juga, saya tidak tahu sih..
Saya pun terpikir untuk menjalani saja keadaan sebagai pihak dirugikan ini dengan pasrah, toh saya pernah merugikan orang lain dengan cara yang sama. Semacam menjalani hukuman lah.
Saya tidak tahu apakah itu adalah hal yang benar untuk dilakukan, tapi ada hal lain yang harus dipertimbangkan: we have to fight hard and surrender. Berusaha sekuat tenaga, kemudian pasrahkan pada Yang Diatas, begitu kata pak ustadz. Pasrah adalah mata rantai yang terangkai dengan berusaha.
Jadi, kalau menurut saya sih, hanya karena kita pernah melakukan sesuatu yang kurang baik di masa lalu, bukan berarti kita harus lekas-lekas menyerah bila kita dalam posisi objek penderita. We make mistakes all the times. The important things are to learn and forgive ourselves. Merelakan diri menjadi korban keadaan hanyalah sebuah cara untuk membalas dendam pada diri sendiri, karena kita belum bisa memaafkan diri sendiri atas kesalahan yang pernah kita lakukan.
Kalo iklan The Damages di AXN bilang: revenge is a confession of weakness (haha, banci tv!).
The shoes are hers/his, but the steps are yours. Kalau memang nggak mau punya ending yang sama dengan empunya sepatu, berarti Anda harus melangkah ke arah yang berbeda.
:)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
The Other Blog
Dear all, This blog is not going to be updated often as I have created another one at www.floresianay.wordpress.com which will be focusi...
-
Have you ever watched kids On a merry-go-round? Or listened to the rain Slapping on the ground? Ever followed a butterfly's erratic flig...
-
This afternoon, I was driving on Kalimalang road when a taxi in front of me suddenly stop. Naturally, I swerved to the right. Then a motorcy...
-
[...karena satu dan lain hal, selama liburan ini gue ga bisa dihubungin lewat hp. maaf ya, buat sms2 lebaran yang ga akan terkirim...] here&...
hehehehe, bagus banget dah ni tulisan.
ReplyDeleteeven gw gak ngerti apa hubungan revenge sama weakness. ntar gak bisa LAN lagi dong, hahahaha
dan gw msh ga ngerti knp lo bisa blg gw ga lbh mungil dr lo...
ReplyDeletehehehe... OOT bgt gw yak...
wah wah wah
ReplyDeleteini ini ini
c i e
@nadya: hahaha. nad.. nad... LAN!!
ReplyDelete*lokal banget yak?
@danu: emang iya kok. emang enggak? iya kok!
*ngotot
@yasmin: ngga lah...
ReplyDeletegw kan dulu suka minder kl sebelahan sama lo, krn lo lbh gede dr gw, huehehehe....
gw nya aja sih yg kelewat mungil buat ukuran cowo... x_x
@nadya: itu comment dua2nya lokal bgt ya? ga ngerti sama skali gw...
*danu-yg-blm-kenal-udah-sok-akrab-ngajak-ngobrol
;p
hahaha, tenang aja nu. nadya ini rajanya SKSD via comment blog.
ReplyDelete*cie cie nadya..
beneran ga ada kerjaan ya min?
ReplyDeletengecek blog mulu kerjaannya...
kl gw sih emg, hehehehe.... ^^
kok lo malah ga menanggapi komen gw yg buat lo sih min? mencoba mengalihkan pembicaraan ya? ;p
gue lebih mungil dari elo nu. titik.
ReplyDelete*haha, super ga ada kerjaan.
OOT juga. Yang di atas itu siapa? Genteng?
ReplyDelete@Danu:
ReplyDeletebuahauhauahuahuaaa. gajah di samping yasmin jg keliatan kecil!!
wakakakakkakkak..
@Yasmin:
nah ya Min nah ya Min
wah wah wah
bisa2 diangkat ini!!
huahauhauhauhaa
*bener2 omongan lokal
@yasmin: kl gt next time kita ktm gw mau minta foto brg ah, buat jd bukti, hehehehe....
ReplyDelete@nadya: kok lokal mulu sih ngmng nya? ga nyambung niih...
and btw, salam kenal ya nadya.. ^^
@ikram: kl ga salah kita udah pernah bbrp kl ktm lho kram, cuma emg blm sempet kenalan aja, gw srg baca blog lo jg, sejak ribut2 soal indon itu.. ;p
salam kenal ikram...
kl gw ganteng lo mau daftar? gw jobmlo lhoo...
*geleuh....
waduh, ada salah ketik gw, alamat dicela2 nih sama proofreader...
ReplyDeletemin, link blog gw dong...
ReplyDeleteawonderfuljourney.blogspot.com
JIYEH!!!
ReplyDeletetapi Yasmin emang besar kok, jadinya kurang portable.
ReplyDelete*ngomongin apaan sih ini
Eh, maaf Danu.. Maksud gua ungkapan yang sering diucapkan orang "Yang di Atas" itu ...
ReplyDeleteMaksudnya siapa sih? Genteng? Pohon? Antena televisi?
Hehhe.
Tapi boleh deh daftar, gratis kan? Haha.