Jul 31, 2009

Beni dan Inspirasi

Suatu hari saya sedang getol main sebuah game. Pokoknya rasanya penasaran kalau belum ditamatin. Adik kecil saya, si Beni, dengan setia menonton aksi saya di layar laptop. Kemudian saya sampai di satu level yang sulit. Beberapa kali saya gagal pada level ini. Beni pun akhirnya tampak bosan dan pergi dari ‘bangku’ suporter. Tak lama kemudian saya menemukan triknya, dan berhasil melewati level tersebut. Ketika Beni kembali, dengan gembira dia berseru senang karena saya sudah bisa melewati level sulit yang tadi. Kemudian si Beni kecil ini bilang, ‘Yang tadi susah ya, Mbak Yasmin? Tapi dicoba terus, ya? Biarpun susah kalau dicoba coba coba coba terus lama-lama bisa ya?’.
Ah, anak ini. Mendengar omongannya saya ingat peribahasa Jepang, fall seven stand up eight. Siapa yang menyangka ketika saya sedang main game (kegiatan yang nampaknya tidak berguna) bersama seorang anak berusia 7 tahun, saya malah mendapat inspirasi. Hingga sekarang kalau sedang menghadapi persoalan sulit, saya sering teringat kata-kata Beni di hari itu.

Saya menganggap demikianlah cara inspirasi muncul. Tidak diduga, bahkan kadang di saat ketika kita tidak sedang mengharapkannya. Semua hal pasti ada manfaatnya, saya yakin itu, tergantung apakah saya bisa melihatnya atau tidak. Pernah suatu kali saya membaca tabloid gosip. Apa pula manfaatnya baca tabloid beginian kan?
Saya ingat waktu itu beritanya tentang Mayang Sari. Hebohlah si tabloid ini cerita kesana kemari, memojokkan si objek gosip. Tak sekedar menulis hasil wawancara dengan pihak yang berseteru dengan si objek, pada artikel yang ditulis pun si penulis enak saja beropini macam-macam tak jelas dasarnya apa. (Sebenarnya wartawan majalah gosip bisa dikategorikan ‘wartawan’ ga sih?). Hiihh, saya gemas sekali baca artikel itu. Dan bukan cuma satu dua tabloid saja yang isinya begini, kayaknya hampir semua deh. Trus, apa manfaatnya dibaca?
Ternyata yang namanya menjelek-jelekkan seseorang (biarpun memang orang itu jelek, biarpun pada awalnya kita teraniaya olehnya) hanya akan merendahkan martabat sendiri. Soalnya ketika baca artikel yang menyerang Mayang Sari gila-gilaan itu saya malah kasihan sama doi. Entahlah si doi ini salah apa tidak, yang jelas yang menjelek-jelekkan orang lain itu salah. Hanya karena kita diselingkuhi (misalnya..), bukan berarti kita berhak berselingkuh, kan? Memangnya kalau banyak orang yang minum minuman keras (misalnya..), bikin perbuatan itu bukan lagi dosa? Salah ya salah aja.
Nah, begitulah inspirasi yang saya dapat dari membaca tabloid gosip.

Karena saya bukan orang yang senang mambaca buku-buku inspirasi (‘100 Kisah yang Akan Menginspirasi Anda’, misalnya), suplai inspirasi saya dapatkan dari sekitar. Pernah juga sih dulu saya keranjingan sama Oprah. Rasanya semua kata-kata doi bisa jadi inspirasi buat saya.
Tapi waktu itu Bapak saya pernah bilang, ‘Kagumi ideologinya, bukan manusianya. Karena ideologi itu abadi, sementara manusia itu nggak lepas dari kesalahan’. Maksudnya, jangan kelewat kagum sama orang sampai-sampai orang ini bilang apa saja ditelan bulat-bulat, orang ini melakukan apa saja dianggap itulah pasti yang benar. Karena manusia pasti pernah salah, sesempurna apapun.

Bahkan Nabi Muhammad pun pernah salah. Kalau beliau yang konon manusia paling sempurna saja bisa salah, apalagi orang-orang yang kita tonton di televisi kan?
Ada juga kan pasti masanya ketika si pencetus ideologi itu tidak bertindak sesuai dengan apa yang pernah dikatakannya. Namanya juga manusia. Begitu deh kira-kira maksud si Bapak.

Tapi selain dari Oprah, seperti saya bilang tadi, inspirasi itu datangnya darimana-mana. Kadang orang yang sudah memberi saya inspirasi juga tidak sadar kalau dirinya sudah menginspirasi. Tidak harus selalu seorang PhD atau buku best-seller untuk mengatakan hal yang dapat membangkitkan semangat Anda. Si kecil Beni saja bisa ‘mengerti’ filosofi “fall seven, stand up eight” melalui sebuah GAME.

Saya rasa itu tergantung seberapa peka dan lihai seseorang melihat makna dari kejadian dalam kesehariannya. Dalam hal ini, Beni berarti cukup peka dan lihai.

11 comments:

  1. Benito Musolini! Lucunyaaaa.

    ReplyDelete
  2. Beni Idolaku
    *maaf Bunga*

    ReplyDelete
  3. jangan-jangan, Floresiana Benito anak Indigo min??

    ReplyDelete
  4. Maaf agak OOT. Indonesia kaya peribahasa juga loh, Min. Kenapa musti mengutip yang dari Jepang, sih.

    *If you know what I mean.

    ReplyDelete
  5. Anonymous9:07 AM

    setara sama mati satu tumbuh seribu bukan sih?

    btw, gamenya apa min? bagi dong?

    ReplyDelete
  6. Hmm.. inspirasi bisa dari mana saja.. hanya butuh sedikit kepekaan untuk menangkap dan melihatnya.. btw salam kenal yah..

    ReplyDelete
  7. @bat: huahahaha. lo belum tauu aja bat kalo dia lagi nyebelin.

    @nadya: fufufu. saingan sama bunga. Nekat!!

    @sigit: kok Floresiana Benito??

    @ikram: eh, ngerti kok maksud lo Kram (ga ada maksud implisitnya kan?).
    Misalnya apa yaaa...?

    @ray: kok "mati satu tumbuh seribu" sih ray? itu kan kayak "masih banyak ikan di lautan". haha. nyambung ga sih?
    hmm... yang lebih cocok misalnya..
    apa ya?
    gamenya game cewek kok. lo ga suka deh.

    @jodie: halo jodie. salam kenal juga!

    ReplyDelete
  8. maksut tersirat dari Ikram adalah: "Kenapa sih Batari harus ke Jepang?"

    gitu yaaa kraam???
    benar-benar OOT

    ReplyDelete
  9. ooooohhh...
    soalnya beasiswa kram. bisa jadi PhD lagi umur 28 tahun. kereeeen. hehehehe.

    ReplyDelete
  10. Anonymous7:48 PM

    ketawa gue meledak, pas baca balesan komentar Yasmin atas Ray.
    Lebih meledak lagi pas baca balesan komentar Sigit atas Ikram.
    hahahahaha.

    ReplyDelete
  11. Anonymous4:33 PM

    lho... bukannya mirip ya? 7 jatuh, berdiri 8 => 1 mati, 1000 hidup.

    *lebih hebat orang Indonesia malah. :D

    ReplyDelete

Humor me. Drop some comment.

The Other Blog

Dear all, This blog is not going to be updated often as I have created another one at www.floresianay.wordpress.com which will be focusi...