Oct 20, 2007

mati

Rasanya baru saja saya melintas di depan taman itu bersama teman-teman. Membicarakan seseorang yang beberapa waktu lalu meninggal di tempat tersebut.
Rasanya hanya dalam hitungan jam yang lampau saya duduk di meja itu, membicarakan tugas yang harus saya dan teman-teman selesaikan.
Rasanya, baru beberapa menit yang lalu saya berjalan di antara lorong-lorong buku di perpustakaan.

Dan sekarang, saya mendapati diri saya telah menjadi ruh tanpa raga. Ada yang bilang saya sudah meninggal. Entahlah. Soalnya, saya tak ingat bagaimana saya meninggal. Kapannya pun saya tak tahu pasti. Yang jelas baru-baru ini. Karena saya masih dapat melihat dunia yang berjalan saat ini masih sama keadaannya dengan terakhir kali saya hidup.

Sudahlah. Sejauh ini, kematian saya ini belum menjadi persoalan besar buat saya. Karena biarpun status saya sudah meninggal, arwah saya masih bebas pergi kesana kemari. Sudah begitu, orang terdekat saya juga masih bisa merasakan kehadiran saya, bahkan mereka masih bisa melihat dan mengobrol dengan saya.
Begitulah, keadaan saya saat ini tidak terlalu beda jauh dengan keadaan ketika saya masih hidup. Saya bahkan masih tetap mengerjakan tugas-tugas kuliah saya lho. Soalnya saya kan tetap mau diwisuda Juli nanti.
Oya, saya juga masih bisa mengendarai mobil saya. Seperti saat ini. Saya sedang melaju menuju rumah orang tua saya.
Namun di tengah perjalanan saya teringat, sepertinya saya belum shalat Ashar tadi. Saya kemudian singgah dahulu ke sebuah mushola. Shalat, sekalian istirahat dulu, pikir saya.
Begitu masuk ke mushola, ternyata ada orang lain yang sedang memakai mukenanya. Ya sudah, saya tunggu saja di pojok ruangan sambil baca-baca. Namanya juga mushola, jadi bacaan yang tersedia ya Al Qur’an.
Begitu membuka halaman pertama, tiba-tiba kalimat yang pernah berkali-kali diucapkan guru dan orang tua saya terlintas di kepala.
Putus amal ibadah orang yang telah meninggal kecuali 3 hal : ilmu yang bermanfaat, amal jari’ah dan doa dari anak saleh.

Saya tersentak. Kaget luar biasa. Rasanya seperti disiram air es di sekujur badan. Saya kan sudah meninggal… Artinya, amal ibadah saya saat ini tidak akan diterima lagi?! Saya belum pernah mengamalkan ilmu yang bermanfaat, saya tak punya amal jari’ah dan saya juga belum punya anak! Artinya, tak ada maknanya lagi saya shalat Ashar sekarang?! Tak ada lagi artinya saya mengucap taubat sekarang?! Saya akan membawa dosa sebanyak ini dan pahala sesedikit ini hingga kiamat nanti?!
Tidak! Tidak! Saya belum siap! Saya belum berani mati sekarang! Saya belum sanggup menghadap Sang Khalik dengan nilai rapor seperti saat ini! Ah celaka, saya pasti masuk neraka! Ya Tuhan, mana sanggup saya menahan siksa nerakaMu!

Saya merasakan gelombang kekalutan menjalari tubuh saya. Saya berdoa, saya berteriak, saya belum mau mati sekarang! Saya tidak berani menghadapi siksaanMu, ya Allah!
Saya segera lari sekencang-kencangnya menuju rumah orang tua saya. Saya butuh solusi. Harus ada solusi dari semua ini.
Percuma.

Orang tua saya hanya dapat memandangi saya dengan raut sedih. Saya menangis dan meraung sekuat-kuatnya. Berharap Tuhan akan iba pada saya dan menghidupkan saya kembali. Paling tidak berilah saya waktu 1 atau 2 tahun lagi. Banyak utang dan janji yang belum saya lunasi. Berjuta maaf yang belum sempat saya sampaikan. Dan masih banyak banyaaaaak sekali dosa yang belum saya tebus.
Saya menangis dan menangis. Meskipun saya tahu ini tak ada gunanya. Saya kan sudah mati. Tak mungkin saya bisa hidup lagi. Tapi tak ada lain yang dapat saya lakukan. Shalat sejuta kali pun, saat ini tak akan menghantar saya lebih dekat kepada surga. Maka saya hanya menangis… tak berhenti…

**

Suara pintu dibuka membangunkan saya. Ya Tuhan, itu tadi mimpi!
Saya lihat jam di dinding, sudah pukul setengah 6 pagi. Sayup-sayup saya mendengar suara takbir menggema. Hari ini Idul Fitri. Hari ini, saya masih hidup sehat wal afiat.
Tak berani saya membuang waktu untuk segera shalat Subuh, mohon ampun. Mumpung sempat. Mimpi yang sungguh terasa nyata sekali. Saya bahkan masih dapat merasakan sesaknya dada ini karena menangis.
Saya jadi ingat perkataan seseorang dulu. Bersiaplah untuk kematian, karena manusia hidup untuk mati.

11 comments:

  1. hidup untuk mati?? wow..
    anw, its a scary title..

    haha

    ReplyDelete
  2. Anonymous7:23 PM

    jadi bayangin, klo gw mimpi kayak lo, apa gw langsung sholat shubuh juga ya... ragu daku

    ReplyDelete
  3. hmmm...
    serem lho...
    tapi bagus buat ngingetin ^^
    gimana rasanya kembali hidup min? hehe

    ReplyDelete
  4. waktu saya mau minum milo.. loh kok gelasnya nggak bisa dipegang?

    wah wah wah.. saya pun menangis.. kencang sekali... saya harus minum milo Tuhaaan..!

    ReplyDelete
  5. serem miin. gilla lo.

    ReplyDelete
  6. Anonymous6:11 PM

    gw iri ama lo. kalo lo mimpi gitu berarti Tuhan masih sayang ama lo. Dia masih pengen lo inget bahwa lo akan menemui Dia suatu hari nanti dan ga pengen lo menemuiNya dalam keadaan 'apa adanya dan biasa-biasa saja'.

    ReplyDelete
  7. Anonymous6:17 PM

    parahh..serem banget..
    gw pikir mimpi gw yang ketemu nenek-nenek udah paling serem..

    ReplyDelete
  8. Min...

    Setidaknya sebelom lo mati, benerin dulu link blog gue...

    ReplyDelete
  9. Anonymous6:01 PM

    gile si ikram komennya ada-ada aja.
    =))

    ReplyDelete
  10. Anonymous6:41 PM

    keliatan kan, Wung? Mana komen orang calon penghuni surga, mana calon penghuni neraka. :P

    ReplyDelete

Humor me. Drop some comment.

The Other Blog

Dear all, This blog is not going to be updated often as I have created another one at www.floresianay.wordpress.com which will be focusi...