Dec 12, 2008

film and drama

Sebagai salah satu anggota unit kampus yang memiliki bidang videografi, kurang lebih saya mengerti bagaimana sulitnya membuat film yang bagus, meskipun saya sendiri tidak memiliki pengalaman dalam membuat film (kecuali ikut-ikutan membantu teman-teman saya membuat film OSKM). Dari hasil beberapa kali nonton sidang cakru videografi, saya menarik kesimpulan bahwa yang penting dari pembuatan film adalah persiapan pra serta pasca produksi, alur cerita, pemain, eksekusi dan tentu saja hindari bloopers (beginikah cara menuliskannya?).

Makanya, saya bersyukur hidup di zaman dimana banyak film bagus beredar (dan saya juga bersyukur tinggal di negara yang memperbolehkan warganya menonton film). Dari sekian banyak film yang sudah saya tonton, beberapa mempunyai kesan tersendiri.

Crash, misalnya, membuat saya menitikkan air mata di tengah cerita dan memberikan gejolak seperti putaran angin di dada saya setelah saya selesai menontonnya.
Batman: The Dark Knight, membuat saya terkagum-kagum hampir sepanjang hingga film selesai.
Lucky Number Slevin, membuat saya jungkir balik menyusun alur cerita.
Wanted, membuat saya... tidak percaya adegan terakhir si pelaku menembak sang penjahat adalah endingnya. OMG.
Transformer, membuat saya, sayangnya, sedikit kecewa.

Dan film terakhir yang saya tonton, Twilight, membuat saya tidak bisa menahan senyum setelah filmnya selesai. Entah mengapa. Tapi saya senang menonton film tersebut.
Biasanya saya tidak terlalu terpukau dengan drama, meskipun saya sering menontonnya. Well, kecuali mungkin If Only.

Menurut saya, membuat film drama itu sulit, sulit sekali. Karena tidak mengandalkan efek visual seperti layaknya film action. Drama yang terlalu cetek akan terlalu membosankan. Drama yang terlalu serius, akan membingungkan dan akhirnya tidak ditonton sampai selesai.
Saya pun setiap kali menonton film drama tidak berekspektasi tinggi.

Mungkin karena itulah mengapa saya justru senang sama Twilight ini. Soalnya saya belum pernah melihat trailer nya. Kemarin dulu saya lihat trailer nya 21 ternyata setelah nonton filmnya, eh below expectation.
Kecuali omongan adik saya yang bilang Twilight ini bagus, praktis saya tidak punya bahan pertimbangan lain. Untunglah, soalnya mungkin kalau saya keburu diracuni opini-opini orang lain yang membuat harapan saya melambung, bisa jadi saya tidak sesenang itu selesai menontonnya, seperti yang terjadi pada Nadya.

It's a good thing bahwa saya merasa senang sampai senyum-senyum sendiri setelah menonton film. Sudah lama saya tidak begitu.
:)

Thanks to Nadya and Aldud who let me joined them watched this movie.

8 comments:

  1. Jadi nyamuk 'Min? Hehe.

    ReplyDelete
  2. aku benci nonton twilight. edwardnya kayak bedakan ketebelan dan manjat2 pohon bak monyet :(

    ReplyDelete
  3. Baca novelnya min,lebih baguuus..ehehe ;p

    ReplyDelete
  4. Sepakat sama Upi. Udah gitu matanya suka membelalak tanpa keperluan yang jelas.

    ReplyDelete
  5. lahloh? ada keterangan yang tidak perlu di sini. hahahaha..

    abiiiiiiis, menurut gw kurang klimaks dah filmnya, though as you said, filmnya tidak menjual sensualitas layaknya film2 skarang..hehehhee..

    over all, not bad lah. =ppp

    ReplyDelete
  6. ah paling karna edward cullennya "lucu" kan min jadi senyum2 ? hihihihi

    ReplyDelete
  7. wahahaa,, kayaknya terbawa suasana gara-gara bioskopnya penuh sama orang pacaran deh. hehehe.

    nnnnggggggg.......
    *nyamuk sound

    ReplyDelete
  8. ampe kosan pun lo masih senyam senyum sendiri, aneh banget lo min.

    ReplyDelete

Humor me. Drop some comment.

The Other Blog

Dear all, This blog is not going to be updated often as I have created another one at www.floresianay.wordpress.com which will be focusi...