Dalam cerita Harry Potter, tersebutlah penjara sihir bernama Azkaban. Penjara ini sungguh menakutkan. Apa yang bikin penjara ini menakutkan?
Karena penjara ini dijagai oleh para dementor.
Apa yang menyebabkan dementor menakutka
n?
Karena dementor adalah makhluk yang doyan menyantap perasaan bahagia manusia. Ia senang menyedot energi-energi positif hingga manusia-manusia yang diserangnya hanya memiliki perasaan negatif dan putus asa.
Kembali lagi ke novel terbaru Ollie, tersebutlah Bu Ivan yang disebut sebagai dementor. Bu Ivan adalah tipe orang yang sering kita temui di kehidupan sehari: pengeluh, hobi menjelekkan hal-hal disekitarnya, intinya kemana pun ia pergi suasana menjadi gloomy, harapan terasa begitu jauh di awang-awang.
Saya terkikik-kikik ketika membaca bagian ini. Karena perumpanaan dementor ini oh so true!
Tentu saja kecewa, sedih, marah, kesal, paranoid adalah emosi-emosi yang natural ada dalam diri manusia. Rasanya tak pernah ada satu hari pun lewat tanpa satu pun emosi negatif mampir. Jakarta macet, jalanan becek, pekerjaan menumpuk, data belum siap, orang terlambat, minuman tumpah, komputer nge-hang, sebut saja, begitu banyak peristiwa yang bisa memancing berbagai emosi negatif.
That's the reality. Life is not always fun. Bear with it!
Saya selalu ingat kata-kata seorang teman: kita tidak bisa menolak emosi yang datang pada diri kita, tapi kita selalu bisa memilih bagaimana kita akan meresponnya.
Dan sungguh melelahkan bukan menghadapi orang-orang yang selalu merespon dengan makian, keluhan, tudingan, dsb?
Yang bikin paling gemas dari pada dementor ini adalah, ketika mereka mengeluh tentang keadaan, ya hanya itu yang mereka lakukan. Bukannya mencari solusi atau paling tidak berusaha mencari jalan keluar bagi dirinya untuk keluar dari situasi itu. Mereka bahkan tidak berusaha menyesuaikan dirinya dengan keadaan.
Dan yang paling berbahaya adalah mereka berusaha mencemari orang-orang di sekitarnya dengan virus-virus negatif ini. Ada bedanya antara memperingatkan dengan mencemari. Memperingatkan hanyalah mengungkapkan akibat-akibat yang mungkin terjadi atas suatu tindakan. Mencemari bertindak lebih jauh lagi, berusaha menanamkan pola pikir yang sama, kenegatifan yang sama diri orang lain.
Saya sendiri merasa bahwa para dementor ini menyukai drama. Semakin dramatis keadaannya, semakin senanglah mereka. Yah mereka punya pekerjaan paling buruk di dunia, yah mereka punya bos paling kejam sedunia, yah mereka punya hidup yang paling sulit di dunia, yah mereka punya adik paling rese sedunia. Drama drama drama.
Kadang-kadang ada juga tipe dementor yang hobinya mensabotase diri sendiri. Mereka mengeluh, kita tawarkan solusi, mereka bilang "tapi kan...". Satu dua tiga kali mungkin masih oke. Tapi kalau sudah 10 kali terjadi. Mereka terus-terusan datang dengan masalah yang sama. Terus-terusan menolak berbagai saran yang diberikan. Ah ya sudahlah. Pada satu titik saya hanya mendengarkan (masuk telinga kiri keluar kanan) tanpa komentar apa-apa.
Karena kalau ditanggapi terus, berempati terus menerus, lama-lama saya jadi merasa oh mama oh papa kejamnya hidup ini.
Ih, saya terdengar benci sekali dengan para dementor ya? Hahaha.
Padahal mungkin juga ada masa-masanya sih saya yang jadi dementor. Tapi iya sih, dementor-dementor itu menyebalkan. Saya tidak benci kok, cuma tidak ingin punya urusan saja. Cukup kenal dan saling sapa saja.