At first I wanted to write a review about Sophie Kinsella's lastest novel: Twenties Girl (actually the latest one is a Shopaholic series, but I think it hasn't been published yet in Indonesia), but then I thought why didn't I write about Kinsella's novels? I always love them anyway.
So here we go.
No wait, I'll change to Indonesian first (I am always amazed at people who can write very well in Indonesian, so I want to start learning).
Jujur saja, masa-masa saya menggilai Chicklit tampaknya telah berakhir seiring dengan lepasnya seragam putih abu-abu. Bukannya saya tidak suka juga sih, saya masih suka baca Chicklit sampai sekarang, tapi saya bukan Chicklit mania yang senang memborong semua buku berlabel "Chicklit".
Dari semua pengarang Chicklit, ada satu yang selalu saya ikuti novelnya - sadar maupun tak sadar -, si Mbak Sophie Kinsella ini. Novel pertama Jeng Sophie yang saya baca adalah Confession of a Shopaholic (...novel sejuta umat), pada waktu saya SMA atau awal-awal kuliah kalau tidak salah. Lalu saya pernah baca juga Can You Keep a Secret? tak lama setelahnya.
Kemudian, tahun-tahun berjalan dan saya tidak lagi membaca novel Kinsella. Hingga tahun lalu.
Thanks to Mbak Erma yang menitipkan bukunya di ReadingWalk, saya bisa membaca buku Undomestic Goddes gratis (hahaha, senangnya punya online book rental!). Saya suka sekali buku ini, hingga saya review di blog ini juga. Kemudian, secara maraton saya baca seluruh seri Shopaholic (again, thanks to Mbak Erma. Hihi.)
Lalu saya baca Remember Me?, yang juga saya suka banget. Dan terakhir, Twenties Girl yang tadinya mau saya tulis reviewnya disini.
Atas kesukaan saya pada novel-novel Kinsella, saya sering beralasan: bahasanya kocak, fun dan segar!
Tapi bahkan saya sendiri pun tidak puas dengan jawaban itu. Masa hanya karena itu sih sampai saya tidak lagi berpikir 2 kali untuk membeli novel-novelnya Kinsella?
Ternyata memang tidak. Entah bagaimana menggambarkannya, tapi usai membaca novel-novel Kinsella, saya selalu merasakan emosi tertentu, atau berpikir tentang sesuatu.
Hari ini saya paham kenapa saya begitu suka dengan novel-novel itu. Karena setiap tokoh dalam ceritanya memiliki "kehidupan". Maksud saya dengan "kehidupan" adalah mereka memiliki pekerjaan (dan berbagai masalah di dalamnya), mereka memiliki hubungan tertentu dengan orang tuanya, mereka memiliki sahabat, dan yaa tentu saja mereka punya cerita asmara. Yang menarik buat saya adalah Kinsella tidak hanya menitikberatkan ceritanya pada kisah asmara tokoh-tokohnya tapi juga aspek-aspek lain dalam hidup masing-masing tokoh.
Membaca novel-novel Kinsella tidak membuat saya berpikir "ya ampun, orang ini kerjanya pacaran doang apa?". Mereka memiliki masalah-masalah lain selain percintaan. Beberapa buku memang dikhususkan untuk memotret sisi percintaan saja, tapi novel Kinsella tidak demikian.
Selain itu, karakter para tokoh dalam novel Kinsella ini berkembang seiring jalannya cerita. Mereka belajar sesuatu dalam perjalanannya dan itu berarti saya diajari sesuatu oleh mereka. Saya bisa merasa bahwa fokus cerita tetaplah pada seorang tokoh utama, bukan dua (seperti yang banyak terjadi pada novel percintaan).
Saya senang membaca novel-novel itu karena disitu life is not only about finding Mr. Right. Hmm, maksudnya, iya sih, menemukan Mr. Right itu mungkin memang menjadi salah satu tujuan terpenting dalam hidup, tapi kan ada hal-hal lain yang tak kalah pentingnya. Saya percaya bahwa kita-kita ini tetap harus memiliki porsi untuk fokus pada diri sendiri dan pengembangannya.
Dengan isi cerita yang macam-macam, Sophie Kinsella tetap mampu membungkusnya dalam bahasa yang mudah, renyah, mengalir dan konyol, hingga disaat saya membaca halaman terakhirnya saya akan merasa sedikit sedih. Rasanya seolah seperti salah seorang teman baik saya berhenti bercerita tentang hidupnya. :)
PS. Btw, saya baru menemukan official website Sophie Kinsella di http://www.sophiekinsella.co.uk/
Atauu, kalau Anda jadi penasaran pengen baca bukunya, ReadingWalk punya kok semua koleksinya. Hahaha. Cari saja "kinsella" di search engine kami. :)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
The Other Blog
Dear all, This blog is not going to be updated often as I have created another one at www.floresianay.wordpress.com which will be focusi...
-
Have you ever watched kids On a merry-go-round? Or listened to the rain Slapping on the ground? Ever followed a butterfly's erratic flig...
-
This afternoon, I was driving on Kalimalang road when a taxi in front of me suddenly stop. Naturally, I swerved to the right. Then a motorcy...
-
[...karena satu dan lain hal, selama liburan ini gue ga bisa dihubungin lewat hp. maaf ya, buat sms2 lebaran yang ga akan terkirim...] here&...
Mamiin, kalau lo suka Sophie Kinsella lo pasti lebih suka Marian Keyes! Nanti aku bawa novelnya ke Jakarta yaa September! :)
ReplyDeleteyasmin, kapan2 mo pinjem bukunya ahhh :D
ReplyDeletebtw, biaya deliverynya gratis y?
ReplyDeleteudah include biaya sewa?
@bat: Marian Keyes. Noted Bat! Asiiiiiikkk dikasih novel. *ge-er
ReplyDelete@ita: pinjem dong Taa.. Iya biaya delivery gratis kok. Ayo ayo daftar. hihiihihi.
gw kira gw aja yang berpikir gitu, yasmin. soalnya gw merasa seperti itu juga waktu baca novelnya Tante Kinsella ini *tapi rata-rata gw juga mengalami perasaan serupa kalau baca beberapa chicklit yang dikarang novelis berkebangsaan inggris, entah kenapa mereka selalu menggambarkan wanita mandiri*.
ReplyDeletesayangnya gw gak suka yang confession of shopaholic series. Pertama baca itu yang can you keep a secret klo ndak salah judulnya. yg paling gw suka yang Undomestic Goddess :D