Dec 16, 2009

Undomestic Goddes


Membaca Undomestic Goddes tidak bisa tidak membuat saya tertawa geli. Untuk satu alasan, Samantha Sweeting, tokoh utama dalam buku ini, entah mengapa mengingatkan saya pada salah seorang sahabat (saya tidak bilang mirip lho yaa..). Alasan lain, well, gaya bercerita Sophie Kinsella yang konyol dan segar memang selalu sukses menghibur saya.

Samantha adalah seorang pengacara korporat papan atas. IQ-nya 158 (aha, ini mungkin sebabnya tokoh ini mengingatkan saya pada teman di atas), menempatkannya dia ambang batas jenius.Ia baru berumur 29 tahun tapi sudah diangkat menjadi partner di Carter Spink, salah satu firma hukum papan atas. Pokoknya kariernya mantap lah.

Samantha adalah workaholic akut yang tidak bisa berpisah dengan BlackBerry-nya selama lebih dari 30 detik (konon, banyak yang terjadi dalam 30 detik). Sementara ia adalah seorang bintang di kantornya, apartemennya terbengkalai tak terurus. Samantha bahkan punya segudang peralatan dapur canggih yang belum pernah digunakan karena ia tak punya waktu belajar bagaimana cara menyalakannya.

Kurang lebih, Samantha memang cerminan manusia modern jaman sekarang. Ia sangat terpaku pada kariernya dan melupakan hal-hal lain di hidupnya. Kerja dan karier adalah alasan ia menjalani hidup. Maka ketika karier tersebut hancur, hilanglah pijakan Samantha. Mendadak hidupnya tak bertujuan.

Frustasi, ia naik kereta tak tentu arah hingga berakhir di rumah pasangan Geiger yang salah mengiranya sebagai pembantu rumah tangga mereka yang baru! Disinilah cerita bergulir semakin konyol dan seru. Disini pula Samantha bertemu Nathaniel dan ibunya, Trish, yang membantunya membangun hidup kembali.

Kinsella seolah ingin mengatakan bahwa hidup tak melulu tentang satu hal. Tak melulu soal karier atau uang atau pacar. Karena bila kita terpaku terlalu dalam pada satu hal saja, ketika pegangan tersebut hilang, ia akan membawa serta alasan kita hidup.

Buku ini juga menyiratkan bahwa tidak pernah terlambat untuk mengatur ulang hidup. Samantha yang 29 tahun saja masih merasa ia bisa hidup sebagai apa pun yang dia mau, dimana pun ia ingin tinggal, kemana pun dia ingin menuju. Life has unlimited possibilities to offer.

Singkat cerita, buku ini mengingatkan kembali kalau saya masih sangat sangat muda. Hahaha.

5 comments:

  1. Gue ambil itu sebagai pujian min!! Hahaha. Tapi ya.. sebenarnya gue juga merasa tokoh ini agak-agak mirip gue. Bukan dari segi IQ ya, bukaaan, sama sekali bukan. Tapi dari segi sifat control freak-nya itu lho. So uptight and can't let everything go.

    Kok bisa sih lo masih mau temenan sama gue, kadang2 gue mikir. hahaha.

    Ada lagi min Sophie Kinsella yang baru! Yang tokohnya hilang ingatan, gue lupa judulnya. Beli ya! Biar tambah banyak nih koleksi
    ReadingWalk. Asiik!

    ReplyDelete
  2. buku ini jadi pembelaan diri saya kalo ada yang nanya kenapa rumah berantakan dan gas gak kunjung habis di dapur. Padahal, karier saya juga gak gemilang amat. Hehe

    ReplyDelete
  3. @bat: iya bat. Setelah lo bilang, bener juga sebenernya sifat Samantha yang itu juga ngingetin gue sama elo.
    Haha, dasar control freak!

    Itu Bat, judulnya "Remember Me?". Gue udah ngiler banget pengen baca, tapi ga ada duit, harganya 55rb.
    *berharap ada yang mau nitipin buku itu di ReadingWalk*


    @erma: haha, tapi tau cara nyalain oven kan??

    ReplyDelete
  4. Waktu dulu gue baca buku ini.. gue masih bener2 bingung sama konsep "aaaappppa itu blekberi?????"

    sekarang.. ooooooooooooo...

    ReplyDelete
  5. Anonymous1:35 AM

    batari tukang control? hahaha

    ReplyDelete

Humor me. Drop some comment.

The Other Blog

Dear all, This blog is not going to be updated often as I have created another one at www.floresianay.wordpress.com which will be focusi...