Aug 8, 2011

Harry Potter

Layaknya anak gaol ibukota yang ogah dicap ketinggalan jaman, beberapa hari setelah premiere nya di Jakarta, saya nonton potongan terakhir dari serial Harry Potter. Seperti ketika akan menonton film-film Harry Potter sebelumnya, ketika akan menonton yang terakhir ini pun saya sudah agak-agak lupa bagaimana ceritanya. Satu, sudah lama sejak saya selesai baca bukunya. Dua, makin lama cerita Harry Potter ini semakin complicated, saya sudah tak lagi hapal semua nama tokohnya. Namun seiring dengan berputarnya film, sedikit-sedikit ingatan saya akan buku tersebut tergali kembali.

Saya suka potongan terakhir film Harry Potter ini. Entahlah mengapa beberapa orang mengatakan filmnya mengecewakan. Mungkin karena tidak terlalu sesuai dengan buku? Berhubung saya lupa lupa ingat bagaimana kisah di bukunya, saya jadi tidak punya ekspektasi itu. Lagipula, sejak kunjungan saya di studio sound effect Stephen Spielberg di Universal Studio (apa ya namanya?), saya jadi lebih menghargai proses pembuatan film. Jadi menurut saya membuat film fantasi seperti Harry Potter adalah pekerjaan yang sangat sulit, maka saya apresiasi apa yang ada sekarang.

Biarpun demikian, ketika akhirnya film selesai, bukan para film makers nya yang pada akhirnya membuat saya kagum. Justru si penulis buku, JK Rowling. Harry Potter is a bunch of words written on papers. Yet she built a new world through her words. The imagination is crazy. Everyone who has read Harry Potter would have experienced holding their breath during the Quidditch match, imagining themselves in a train to Hogwarts, picturing some weird dragons illustrated in the books. Jadi pertama, imajinasi cerita Harry Potter sungguh tinggi sekali.

Tapi bukan imajinasi yang paling membuat buku ini spesial. What amazed me the most is how the writer built the story from the beginning to the very end with every detail related to each other. Saya tidak bisa membayangkan JK Rowling menulis buku pertama dan hanya membiarkan ceritanya mengalir begitu saja. Lebih mungkin kalau cerita Harry Potter ini sudah didesain dari awal sampai akhir, lalu koneksi antar detailnya dibuat dengan teliti, replicating life with its 'everything happens for a reason' concept.

Yang saya bayangkan juga adalah si penulis mempetakan setiap karakter dalam bukunya dengan sangat baik. Karakter-karakter ini pun tidak hanya konsisten tapi juga berkembang seiring dengan bertambahnya usia mereka di dalam cerita.

She created the universe, the people, the story, the rules, the possibles and impossibles. She's kinda like God in that universe.

3 comments:

  1. Gue suka sekali film terakhir HP ini!

    ReplyDelete
  2. iya bener... ga mungkin ceritanya mengalir begitu aja. Semua tokoh punya peran yang baru keungkap di buku keberapa. Dia pasti udah pasang plot dari awal. gilak. keren.

    ReplyDelete
  3. @bat: gue juga sukaaa....

    @iyra: gue ngebayangin gimana caranya dia ngebangun plot nya aja udah pusing. hahah.

    ReplyDelete

Humor me. Drop some comment.

The Other Blog

Dear all, This blog is not going to be updated often as I have created another one at www.floresianay.wordpress.com which will be focusi...