Aug 8, 2011

Shadow of the Pomegranate Tree

Sebagian orang mengaku malas membaca buku terjemahan. Alasan utamanya, katanya, alurnya jadi tidak lancar, pemilihan katanya tidak enak, intinya seakan-akan mendegradasi mutu asli dari buku tersebut. Harus saya akui, saya juga sih seringkali gemas membaca buku terjemahan. Terutama kalau saya habis membaca buku dalam bahasa Inggris, lalu membaca terjemahan. Rasanya sembari membaca saya terus membayangkan kata-kata aslinya dalam bahasa Inggris.

Tapi menerjemahkan itu memang sulit. Di kantor yang dulu, karena managernya kebanyakan expat, kadang-kadang saya harus menerjemahkan potongan berita yang tersaji dalam bahasa Indonesia. Masalahnya adalah menemukan kata yang sesuai dengan konteks. Berita-berita yang penting mostly related to energy or government policy. And using Google Translator is a big no no. Google Translator translates the words, not the context. As an online dictionary it is great, but it is an awful translation program. My friend used it once and no one understood what was the information about. Seringkali saya benar-benar mengubah struktur kalimatnya. Dua tiga kalimat saya gabungkan jadi satu. Habis, bahasa Indonesia yang terutama digunakan di media Internet ini sungguh seringkali redundan. Pokoknya, menerjemahkan artikel saja sulit, apalagi menerjemahkan buku. Benar-benar harus hapal cover to cover itu buku isi dan maksudnya apa. Makanya kalau ada buku terjemahan yang bagus, penerjemahnya patut dipuji.

Salah satu buku terjemahan yang baru-baru ini saya baca adalah Shadows of The Pomegranate Tree, diterjemahkan menjadi Iman dan Cinta di Bawah Bayang-Bayang Pohon Delima. Buku ini adalah bagian pertama dari pentalogi yang ditulis Tariq Ali, meskipun menurut orang yang sudah membaca buku-buku lainnya, ceritanya tidak bersambung. Hanya saja latarnya memang tentang sejarah Islam.Diterjemahkan oleh Julkifli Marbun, menurut saya hasilnya cukup memuaskan. Mengikuti gaya penulisan Ali, terjemahannya pun menggunakan kata-kata yang sedikit kuno, klasik, dan somewhat poetic. I mean, bukan kata-kata yang biasa digunakan sehari-hari.

Tariq Ali sendiri, menurut saya, berhasil membangun cerita dan karakter yang kuat. Ceritanya disetting di Andalusia di abad 15 dengan sebuah keluarga muslim bangsawan sebagai sentral cerita.

Kisahnya dimulai di suatu malam yang dingin dimana seorang rahib Kristen memerintahkan para ksatrianya untuk membakar buku-buku umat Islam di Gharnata. Peristiwa ini kemudian menandai mulainya pergolakan di Andalusia yang pada saat itu sudah dikuasai Roma. Biarpun sudah dikuasai Roma atau Kristen sejak beberapa tahun sebelumnya, hingga momen pembakaran buku tersebut, umat Islam masih hidup dengan tenang dan damai di bawah perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Pembakaran buku tersebut yang kemudian menjadi titik baliknya.Cerita lalu bergulir tentang keluarga muslim di sebuah desa yang tak jauh dari Gharnata. Pada dasarnya buku ini menggambarkan pergolakan yang terjadi di masa tersebut.

Islam maupun para pemeluknya tidak digambarkan sebagai kesempurnaan. Kebiasaan-kebiasaan para muslim yang menyimpang di masa lalu pun digambarkan, demikian juga dengan teguhnya niat mereka untuk bertahan pada agama. Buku ini menceritakan sejarah dari sebuah sudut pandang namun tidak berat sebelah, which is good.

Buku-buku sejarah seperti ini yang membuat saya bertanya-tanya, berapa banyak waktu yang diperlukan penulisnya untuk melakukan riset? Sehingga bisa digambarkan kebiasaan yang berkembang masa itu, gaya bicara dan kata-kata yang lazim digunakan, hingga mengilustrasikan lokasinya hingga detail dinding bangunannya. Sepertinya menuliskan kata-kata hanyalah secuil dari rangkaian perkerjaan membuat buku. Sebagian besar adalah untuk riset. Thus I truly appreciate any writer who writes such book with a very deep research. Thanks to the hard work, I got to see a glimpse of another era in another world I had never seen before. I believe that great writers work just like great architects, they design every detail and plan a lot. Execution (in this case, writing) is only the last part of everything else. They must be very organized, if not very smart, people.

3 comments:

  1. Anonymous10:43 PM

    habis baca buku bahasa inggris lalu ke terjemahan, tulisan blog dikau juga jadi pake bahasa campur2 nih. T_T

    ReplyDelete
  2. @ray: hahaha. iya ya. maaphh....

    ReplyDelete
  3. I love this book. And i`ll visi alhamra someday...ammin

    ReplyDelete

Humor me. Drop some comment.

The Other Blog

Dear all, This blog is not going to be updated often as I have created another one at www.floresianay.wordpress.com which will be focusi...