Ciwidey!
Akhirnya setelah bertahun-tahun tinggal di Bandung, saya pergi kesana juga. Biarpun awalnya saya ogah-ogahan. Beberapa minggu terakhir ini badan terasa remuk (maksudnya capeee berat), dan saya sedang tidak mood pergi ke suatu tempat yang belum pernah saya kunjungi, melalui jalur bis yang belum pernah saya kenal, sendirian, tanpa teman dan tanpa buku bacaan. Di waktu lain menjalani "petualangan" semacam itu mungkin exciting. Tapi untuk saat itu saya hanya: Argh!
Background story dulu. Hari Rabu, saya pergi ke Bandung (Bandung kota tentu saja) karena ada urusan yang mesti dibereskan sebelum musim liburan tiba. Lalu, Kamisnya keluarga saya dan keluarga tante saya berlibur ke Ciwidey. Sebelum pergi ke Bandung, saya sudah janji nih untuk menyusul ke Ciwidey. Janji yang dibuat dengan asumsi bahwa Ciwidey itu dekat-dekat Lembang. Hahaha. Setupit!
(Note for myself: Selalu cek asumsi sebelum berjanji!)
Kemudian, saya bertanya pada Nadya soal keberadaan Ciwidey itu. Yaa, dua jam lah dari Bandung. Jjjjiah. Tentu saja ini dengan menggunakan mobil pribadi.
Aduh, malasnyoo. Apalagi teman-teman SMP saya rencananya (tau kan apa artinya saya meng-italic kata 'rencana'?) mau main ke Bandung. Tapi karena satu dan lain hal (yang akan saya bahas pada post yang berbeda) akhirnya saya membulatkan tekad untuk memenuhi janji yang sudah saya buat.
Here we go.
Berkat info dari temannya sepupu saya, sampailah saya di terminal Ciroyom. Oya, by the way, di tengah jalan Aa' angkot Ciroyom pertama yang saya naiki keder ngeliat macetnya jalan sehingga dia memutuskan the easy irresponsibly way out: putar arah dan meninggalkan saya di jalan. Akhirnya saya harus berdiri di pinggir jalan kira-kira 10 menit sambil membawa tas tenteng besar hingga angkot ke Ciroyom berikutnya lewat.
Kembali ke terminal. Celingak celinguk, saya tak melihat bis jurusan Ciwidey disini. Bertanyalah saya pada Pak Tukang Parkir, orang baik pertama (OBP), kalau mau ke Ciwidey kemana ya Pak?
Bis ke Ciwidey mah adanya di Leuwi Panjang, Neng. Dari sini naik angkot dua kali.
Lalu Bapak OBP ini dengan baiknya menyetopkan angkot buat saya dan mengatakan pada supir angkot dimana saya harus turun. Terimakasih Bapak OBP!
Di dalam angkot hanya ada saya (duduk di belakang, dekat pintu), supir angkot dan seorang lagi yang duduk di depan. Tepat setelah angkot melewati rel kereta api, ada laki-laki melompat (yap, MELOMPAT!) masuk ke bibir pintu angkot. Entah mabok atau kurang waras, laki-laki ini bergumam-gumam tak jelas sambil bertepuk tangan keras keras.
Maksudnya ngamen ya Mas?
Baru juga 5 detik begitu, tiba-tiba dia mengulurkan tangannya kepada saya. Eh, saya jadi deg-degan. Ngeri deh orang ini. Buru-buru saya keluarkan uang dari saku celana. Huaaa... uangnya 5 ribuan! Enak aja saya kasih situ 5ribu! Lalu saya rogoh-rogoh lagi (dengan agak panik), hingga akhirnya saya menemukan uang 2 ribuan. Aah, masih nggak rela! Saya sudah akan mengobok-obok tas ketika orang ini, entah kenapa padahal dia diam saja sih, terasa lebih mengerikan. Mungkin karena tiba-tiba saya ingat cerita-cerita kriminal di dalam angkot.
Antara 2ribu dan nyawa, saya pilih nyawa. Saya ikhlaskan lah 2 ribu diambil.
Sebenarnya bukan masalah nominal uangnya, tapi masalah orang ini memaksa untuk dikasih uang. Dan saya mau saja dipaksa. Kalau dia sadar bahwa cara pemaksaan ini berhasil mendatangkan uang, kemarin itu tidak akan jadi hari terakhirnya melakukan pemaksaan. Sama seperti penipu yang berhasil menipu, tak akan puas hanya menipu satu kali. Lestarilah orang-orang jahat itu.
Haaah, saya sudah melestarikan seorang pemaksa jalanan! Kalau lain kali dia mengambil tindakan lebih jauh dari kemarin, saya jadi ikut andil di dalamnya.
Pikiran stres tersebut tidak bertahan lama. Karena begitu turun di tempat yang disebut by pass, biarpun saya tidak melihat ada sesuatu yang bisa di-pass, saya sudah celingak-celinguk lagi mencari angkot ke Leuwi Panjang. Setelah bertanya pada ibu-ibu berjilbab, orang baik kedua (OBKd), tahulah saya bahwa ada angkot yang langsung menuju Leuwi Panjang lewat di jalanan itu. OBKd mewanti-wanti untuk melihat benar tulisan di depan angkotnya, cari yang tulisannya Leuwi Panjang ya, angkot disini mirip-mirip.
Sebenarnya tanpa diberitahu pun sudah jelas saya akan melihat dulu tulisannya. Tapi saya hargai niat baiknya. Terimakasih OBKd!
Dengan angkot yang ditunjuk OBKd, akhirnya saya sampai ke Leuwi Panjang. Hanya sekali saya ke terminal Leuwi Panjang sebelum ini, waktu saya naik bis dari Karawang untuk cek mata. Sebenarnya pengalaman naik bis ke Karawang itu juga yang membuat saya PD untuk berkelana sendirian ke Ciwidey. Kalau ke Karawang yang jauh saja gampang, maka masalah ke Ciwidey saja pastilah hanya perkara seujung kuku. Hahaha. Little did I know that those two are not comparable.
Setelah bertanya pada orang-orang terminal, akhirnya saya menemukan bis yang menuju Ciwidey. Melihat tulisan "Ciwidey" saja sudah bikin saya senang.
Ada dua kendaraan yang menuju Ciwidey. Satu adalah bis yang mirip-mirip Metro Mini. Satu adalah minibus yang ukurannya sedikit di bawah Elf-nya X-Trans.
Yang mana sajalah, yang penting cepat, begitu pikir saya. Atas saran seseorang di terminal, saya menuju minibus. Penuhnya lebih cepet jadi lebih cepet jalan, kata orang tersebut. Ha, good point!
Tapi waktu saya mengantri mau masuk. Eh eh eh. Kok kayaknya PENUH amat sih? Saya ragu mobil itu tidak akan oleng ketika meliuk-liuk di pegunungan. Padatnya mirip-mirip ketika saya naik bis ke Purwokerto bersama ikan-ikan dan daging mentah. Pelan-pelan saya pun keluar barisan.
Menuju bis yang lebih besar!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
The Other Blog
Dear all, This blog is not going to be updated often as I have created another one at www.floresianay.wordpress.com which will be focusi...
-
Have you ever watched kids On a merry-go-round? Or listened to the rain Slapping on the ground? Ever followed a butterfly's erratic flig...
-
[...karena satu dan lain hal, selama liburan ini gue ga bisa dihubungin lewat hp. maaf ya, buat sms2 lebaran yang ga akan terkirim...] here...
-
This afternoon, I was driving on Kalimalang road when a taxi in front of me suddenly stop. Naturally, I swerved to the right. Then a motorcy...
ga sabar menunggu episode nya... rameeeee...
ReplyDeleteepisode dua maksudnya *melirik keybord yang ketumpahan air ini..*
ReplyDeleteya ampun mimin. hati-hati min!
ReplyDeletehohoho, asiknya jalan2
ReplyDeletekok episode 2 nya ilang ya?
@suci: eeh, keyboard ketumpahan air??
ReplyDelete@bat: haha, itu kan udah lewat baat. telah deh lo berpesannya.
@ray: iyaa, tadi belum beres bener, ga sengaja ke-publish. liat aja lo ray..
Mana lanjutannyaaaa????!!!
ReplyDeleteMana mana mana mana mana mana mana mana mana mana mana mana mana mana mana mana mana mana mana mana mana mana mana mana mana mana mana mana mana mana mana mana?????
hahahahahaha iyaaa gue baru sadarrr. pasti pas tulisan ini dipublish lo udah sampai rumah dengan selamat. bodoh juga.
ReplyDelete