Kemarin adalah hari sibuk dan superrr melelahkan buat saya.
Ini gara-gara ada pengumpulan tugas-tugas seperti Laporan Kerja Praktek dan tugas Perancangan Tata Letak Pabrik (PLO) dari Pak Anas. Pluss, progress modul 6 PLO berupa ARC. Pluss, UTS Komunikasi Profesional.
Saya menginap di kosan Nadya malam sebelumnya lantaran minta diajarkan bahasa Perancis. Soalnya minggu kemarin saya bolos satu pertemuan CCF. Daripada nanti cengo di kelas, mending saya kejar dulu bahan kemarin, begitu menurut pemikiran saya.
Pagi-pagi, saya dan Desti (teman sekamar saya) pulang. Kenapa jadi ada Desti di kosan Nadya?
Itu karena Desti juga menginap di sana. Tapi bukan di kamar Nadya melainkan di kamar Galuh,
demi mengerjakan PLO.
Nah, jadi saya pulang ke rumah sekitar jam 7 lewat dikit. Sebelumnya mampir dulu ke Dipati Ukur untuk mengambil laporan KP kami yang baru dijilid terus beli kupat tahu dulu untuk saya sarapan (yang akhirnya dengan sukses tidak saya habiskan).
Sampai di rumah, saya menimang-nimang laporan KP saya. Senangnya sudah selesai... Jadi terharuuu... Hiks...
Lalu saya pun membaca-baca lagi laporan tersebut sambil senyum-senyum sendiri. Lalu tiba-tiba saya menangkap suatu keanehan yang terlalu panjang kalau saya jelaskan disini.
Intinya, ada data yang salah ketik!
Wah, gimana ya? Ya sudahlah, pasrah saja. Toh belum tentu dosen pengujinya ngeh. Begitu pikir saya.
Namun, ternyata hidup memang tidak mudah. Setelah saya baca dan cermati lebih dalam, ternyata itu bukan sekedar salah ketik, tapi juga salah hitung!
Mampus!
Akhirnya, sekitar jam 8 kurang, saya print ulang 2 halaman yang salah tersebut. Kemudian saya tergopoh-gopoh ke kamar teman saya untuk meminjam cutter. Setelah di potong pinggir kanan dan bawah, kemudian di tempel dengan double tape hasil perhitungan yang salah itu pun hilang tak berjejak.
Hore...
Karena penasaran, kok bisa-bisanya saya salah, saya lihat lagi data di komputer. Ternyata saya menemukan kenyataan yang sempat membuat saya lemas seketika. Hmm.. tapi tidak akan saya kasih tahu disini ah. Mana tahu ada dosen yang baca-baca blog saya. Hehe.
Tapi sudahlah, kesalahan itu saya yakin insyaallah tidak akan ketahuan. Amin.
Menjelang setengah 10, saya buru-buru mandi biarpun Desti menyarankan untuk absen mandi saja pagi ini. Tapi saya tidak mau ah. Daripada nanti waktu ujian nggak konsen gara-gara badan saya gatal. Oya, kekhawatiran Desti ini cukup beralasan mengingat waktu ujian kami adalah jam 10. Saya mandi secepat kilat, bersih tidak bersih yang penting kalau ada yang nanya saya bisa bilang saya sudah mandi.
Jam setengah 10 saya siap. Tapi saya tidak langsung berangkat ke kampus. Soalnya Nisa baru datang dan mau mengerjakan tugas PLO Pak Anas yang saya sebutkan tadi. Mengisi waktu kosong sementara Nisa mengerjakan tugas nya (dibantu Desti), saya berusaha mereview ulang bahan ujian.
Akhirnya, sekitar jam 10 kurang 15 kami ngebut ke kampus. Untungnya tidak telat.
Selama 105 menit kemudian, saya pun berusaha mengerjakan soal-soal ujian. Hanya satu kata : bingung.
Selesai ujian, saya pun mengumpulkan tugas PLO dan kembali ke rumah. Karena tidak membawa mobil, saya pulang naik angkot. Selama perjalanan, hanya satu hal yang memenuhi pikiran saya...
**
Begini, kira-kira beberapa waktu lalu, ISENG-ISENG saya menanyakan kepada salah seorang teman, "Gimana lo sama si X (nama pacar teman saya)?".
"Baik baik.."
"Kapan nih nikahnya", sekali lagi saya tegaskan bahwa saya menanyakan itu hanya untuk ISENG. Namun ternyata pertanyaan iseng itu punya jawaban serius,
"Paling cepet setelah wisuda Juli depan"
Hah??
"Eh, lo beneran udah mau nikah?", saya tak menyangka akan mendapat jawaban seyakin itu.
"Hehe. Doain ya. Tapi rencananya sih 2009, paling cepet ya Juli 2008".
OMG.
Ini gara-gara ada pengumpulan tugas-tugas seperti Laporan Kerja Praktek dan tugas Perancangan Tata Letak Pabrik (PLO) dari Pak Anas. Pluss, progress modul 6 PLO berupa ARC. Pluss, UTS Komunikasi Profesional.
Saya menginap di kosan Nadya malam sebelumnya lantaran minta diajarkan bahasa Perancis. Soalnya minggu kemarin saya bolos satu pertemuan CCF. Daripada nanti cengo di kelas, mending saya kejar dulu bahan kemarin, begitu menurut pemikiran saya.
Pagi-pagi, saya dan Desti (teman sekamar saya) pulang. Kenapa jadi ada Desti di kosan Nadya?
Itu karena Desti juga menginap di sana. Tapi bukan di kamar Nadya melainkan di kamar Galuh,
demi mengerjakan PLO.
Nah, jadi saya pulang ke rumah sekitar jam 7 lewat dikit. Sebelumnya mampir dulu ke Dipati Ukur untuk mengambil laporan KP kami yang baru dijilid terus beli kupat tahu dulu untuk saya sarapan (yang akhirnya dengan sukses tidak saya habiskan).
Sampai di rumah, saya menimang-nimang laporan KP saya. Senangnya sudah selesai... Jadi terharuuu... Hiks...
Lalu saya pun membaca-baca lagi laporan tersebut sambil senyum-senyum sendiri. Lalu tiba-tiba saya menangkap suatu keanehan yang terlalu panjang kalau saya jelaskan disini.
Intinya, ada data yang salah ketik!
Wah, gimana ya? Ya sudahlah, pasrah saja. Toh belum tentu dosen pengujinya ngeh. Begitu pikir saya.
Namun, ternyata hidup memang tidak mudah. Setelah saya baca dan cermati lebih dalam, ternyata itu bukan sekedar salah ketik, tapi juga salah hitung!
Mampus!
Akhirnya, sekitar jam 8 kurang, saya print ulang 2 halaman yang salah tersebut. Kemudian saya tergopoh-gopoh ke kamar teman saya untuk meminjam cutter. Setelah di potong pinggir kanan dan bawah, kemudian di tempel dengan double tape hasil perhitungan yang salah itu pun hilang tak berjejak.
Hore...
Karena penasaran, kok bisa-bisanya saya salah, saya lihat lagi data di komputer. Ternyata saya menemukan kenyataan yang sempat membuat saya lemas seketika. Hmm.. tapi tidak akan saya kasih tahu disini ah. Mana tahu ada dosen yang baca-baca blog saya. Hehe.
Tapi sudahlah, kesalahan itu saya yakin insyaallah tidak akan ketahuan. Amin.
Menjelang setengah 10, saya buru-buru mandi biarpun Desti menyarankan untuk absen mandi saja pagi ini. Tapi saya tidak mau ah. Daripada nanti waktu ujian nggak konsen gara-gara badan saya gatal. Oya, kekhawatiran Desti ini cukup beralasan mengingat waktu ujian kami adalah jam 10. Saya mandi secepat kilat, bersih tidak bersih yang penting kalau ada yang nanya saya bisa bilang saya sudah mandi.
Jam setengah 10 saya siap. Tapi saya tidak langsung berangkat ke kampus. Soalnya Nisa baru datang dan mau mengerjakan tugas PLO Pak Anas yang saya sebutkan tadi. Mengisi waktu kosong sementara Nisa mengerjakan tugas nya (dibantu Desti), saya berusaha mereview ulang bahan ujian.
Akhirnya, sekitar jam 10 kurang 15 kami ngebut ke kampus. Untungnya tidak telat.
Selama 105 menit kemudian, saya pun berusaha mengerjakan soal-soal ujian. Hanya satu kata : bingung.
Selesai ujian, saya pun mengumpulkan tugas PLO dan kembali ke rumah. Karena tidak membawa mobil, saya pulang naik angkot. Selama perjalanan, hanya satu hal yang memenuhi pikiran saya...
**
Begini, kira-kira beberapa waktu lalu, ISENG-ISENG saya menanyakan kepada salah seorang teman, "Gimana lo sama si X (nama pacar teman saya)?".
"Baik baik.."
"Kapan nih nikahnya", sekali lagi saya tegaskan bahwa saya menanyakan itu hanya untuk ISENG. Namun ternyata pertanyaan iseng itu punya jawaban serius,
"Paling cepet setelah wisuda Juli depan"
Hah??
"Eh, lo beneran udah mau nikah?", saya tak menyangka akan mendapat jawaban seyakin itu.
"Hehe. Doain ya. Tapi rencananya sih 2009, paling cepet ya Juli 2008".
OMG.
Nah, kejadian tersebut sudah lewat beberapa minggu lalu. Kemudian beberapa hari kemarin, di sela-sela gladi resik wisuda, saya mendapat kabar dari teman saya yang lain.
"Eh, lo tau gak si Z (nama teman saya yang mau nikah 2009) kan mau nikah"
"Oh iya, waktu itu dia bilang. Katanya paling cepet setelah lulus" saya merasa senang karena bisa terkesan up to date.
"Bukannya mau bulan Mei?"
"Hah? Masa? Siapa yang bilang?" saya mulai merasa out of date.
"Dari...."
Pembicaraan selanjutnya tidak saya tulis karena menyangkut kepentingan banyak orang terutama para agen suplai gosip yang sedang menyamar.
Nah, kemarin itu, saya tidak sengaja bertemu teman saya itu (yang tadi kita namakan Z). Saya langsung tembak saja, "Eh denger-denger mau nikah bulau Mei?"
Yang ditanya kemudian nyengir lalu menjawab, "Hehe. Ya doain ya Min". OMG.
"Lho, berarti sebelum lulus dong?"
"Iya"
"Oh, gitu ya... Udah mulai bikin persiapan dong?"
"Ya, tapi sebelumnya kita harus menghadap ke orang tua dulu"
"Oooh... Jangan lupa undang gue ya", saya tak tau lagi mau ngomong apa.
"Pasti pasti. Lo harus dateng!". OMG.
**
Nah, hal tersebutlah yang kemudian menggelayuti pikiran saya selama beberapa jam setelah selesai UTS. Sejak naik angkot, turun di gang plesiran, mampir beli makan siang dan jus tomat, minum jus tomat sambil melanjutkan perjalanan, sampai di kosan, nyuci baju, makan siang, jemur baju, sampai menjelang tidur siang.
Dulu waktu sepupu saya yang lebih muda menikah, saya mengerti karena ia dibesarkan di desa nenek saya dimana orang-orang disana cenderung untuk menikah muda. Ketika teman saya yang lain menikah, saya mengerti karena toh dia 3 tahun di atas saya lagipula calon suaminya sudah cukup matang a.ka berumur.
Tapi teman saya yang si Z ini, dia seumur dengan saya. Malah lebih muda dia beberapa bulan. Dia juga dibesarkan di Jakarta seperti saya. Calon suaminya pun setahu saya hanya satu tahun di atasnya.
Dulu beberapa tahun yang lalu saya kadang suka main sama dia. Saya masih ingat dulu dia cerita tentang mantan pacar SMA nya, orang yang mendekati dia saat itu (dan orang itu bukan calon suaminya sekarang), dll. Entah dia ingat atau tidak, dulu kami pernah belanja di Superindo berdua. Yang dibeli ya barang-barang instan khas anak kos. Ternyata sekarang dia sudah mau menikah. Wah.. saya tak tahu mau ngomong apa.
Ada rasa senang, tapi juga ada rasa skeptis. Kok bisa ya? Kenapa mesti secepat itu sih? Memang nggak pengen seneng-seneng sendiri dulu? Memangnya sudah yakin benar? Bukannya baru satu atau dua tahun ya pacarannya? Pertanyaan-pertanyaan yang tentunya tidak berani saya tanyakan langsung kepada si Z. Mungkin benar seperti yang Novi dalam blog nya, time doesn't measure. Siapa bilang usia muda berarti belum siap menikah? Siapa bilang satu dua tahun pacaran belum cukup untuk memutuskan menikah? Toh saya tak tahu apa yang terjadi dibalik proses tercetusnya rencana menikah ini.
Tapi teman saya yang si Z ini, dia seumur dengan saya. Malah lebih muda dia beberapa bulan. Dia juga dibesarkan di Jakarta seperti saya. Calon suaminya pun setahu saya hanya satu tahun di atasnya.
Dulu beberapa tahun yang lalu saya kadang suka main sama dia. Saya masih ingat dulu dia cerita tentang mantan pacar SMA nya, orang yang mendekati dia saat itu (dan orang itu bukan calon suaminya sekarang), dll. Entah dia ingat atau tidak, dulu kami pernah belanja di Superindo berdua. Yang dibeli ya barang-barang instan khas anak kos. Ternyata sekarang dia sudah mau menikah. Wah.. saya tak tahu mau ngomong apa.
Ada rasa senang, tapi juga ada rasa skeptis. Kok bisa ya? Kenapa mesti secepat itu sih? Memang nggak pengen seneng-seneng sendiri dulu? Memangnya sudah yakin benar? Bukannya baru satu atau dua tahun ya pacarannya? Pertanyaan-pertanyaan yang tentunya tidak berani saya tanyakan langsung kepada si Z. Mungkin benar seperti yang Novi dalam blog nya, time doesn't measure. Siapa bilang usia muda berarti belum siap menikah? Siapa bilang satu dua tahun pacaran belum cukup untuk memutuskan menikah? Toh saya tak tahu apa yang terjadi dibalik proses tercetusnya rencana menikah ini.
Biarpun saya juga bukan orang yang bercita-cita menikah (terlalu) muda. (Haha. Kalau ini mah karena belum ada calon nya aja! *kidding)
Tapi teman saya yang satu ini memang penuh kejutan. Saya berharap dia mendapatkan yang terbaik.
Saya semakin mengantuk. Akumulasi dari kelelahan selama gladi resik dan hari H wisuda. Capek tau berdiri selama satu jam lebih sambil berkonsentrasi pada para wisudawan yang sedang bersalaman dengan rektor. Saya dituntut untuk mengabadikan semua momen tersebut. Biarpun pada akhirnya ada juga sih yang lewat dan jauh dari sempurna (maaaaffffff sekaliiii....).
Saya pun tertidur.
Tapi teman saya yang satu ini memang penuh kejutan. Saya berharap dia mendapatkan yang terbaik.
Saya semakin mengantuk. Akumulasi dari kelelahan selama gladi resik dan hari H wisuda. Capek tau berdiri selama satu jam lebih sambil berkonsentrasi pada para wisudawan yang sedang bersalaman dengan rektor. Saya dituntut untuk mengabadikan semua momen tersebut. Biarpun pada akhirnya ada juga sih yang lewat dan jauh dari sempurna (maaaaffffff sekaliiii....).
Saya pun tertidur.