Nov 1, 2006
Bercermin pada para penghuni bawah laut
Kira-kira satu atau dua tahun lalu, sebuah kartun ditayangkan di salah satu stasiun televise swasta. Kartun itu berlatar kehidupan para penghuni dasar laut, dengan tokoh utama sebuah (atau seekor atau seorang?) spons berbentuk kotak dan berwarna kuning. Yeap, Spongebob Squarepants. Kartun ini segera menjadi tontonan favorit.
Saya ingat ketika demam Spongebob sedang meradang dimana-mana, beberapa teman saya pun ikut mengubah ringtone HPnya dengan soundtrack Spongebob (yang sangat khas dengan pembuka “Are you ready kids?? Ay ay Captain!!”), background HP dan computer pun tak luput dari jamahan si muka kuning tersebut. Boneka Spongebob beserta teman-temannya (Patrick, Squidward, Mr. Crabs, dkk) terpajang di etalase-etalase toko. Yang menarik adalah banyak orang-orang dewasa yang ikut-ikutan menjadi penggemar Spongebob.
Apa menariknya Spongebob Squarepants?
Saya pribadi, menyukai Spongebob karena saya sungguh dapat tertawa dibuatnya. Dengan tingkah-tingkah konyol para tokohnya jugaa karena karakter-karakter yang ada pada film tersebut. Pada kartun Spongebob Squarepants, saya mendapati tokoh-tokoh berkarakter ekstrim. Spongebob misalnya, ia terlewat polos. Patrick, terlewat bodoh. Squidward terlewat sinis. Mr. Crab terlewat mata duitan.
Karakter-karakter inilah yang juga saya temui sehari-hari, meski tidak seekstrim itu, pada diri saya juga orang lain. Dan di film ini, saya diajak menertawakannya, melihat sisi lucu dari karakter seseorang, bukan kemudian membencinya atau memilahnya menjadi baik dan jahat. Tapi untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda.
Itulah yang membuat saya menggemari Spongebob. Sudah lelah saya menonton kartun-kartun semacam Sailormoon, Wedding Peach atau Dragon Ball yang intrik-intrik mulai terlalu kompleks. Seperti sinetron saja. Sinetron (pada umumnya) lebih parah lagi, karena tokoh-tokohnya adalah manusia sungguhan tapi ceritanya tetap tidak masuk di akal. Bahkan variasi karakter yang ada pun lebih miskin daripada karakter-karakter di Spongebob.
Kembali ke Spongebob, meskipun lucu, kadang tingkah penduduk Bikini Bottoms (kota tempat Spongebob tinggal) membuat saya sebal. Penduduk Bikini Bottoms adalah jenis masyarakat yang kalau diberi sesuatu jadi ngelunjak. Dikasih hati minta jantung. Tapi sekali lagi, karakter tersebut tidak asing lagi kan?
Pada salah satu episode, diceritakan bahwa Spongebob diminta mengisi acara komedi di Krusty Krab (restoran tempat Spongebob bekerja). Satu dua lelucon pertama yang dia lontarkan sama sekali tidak mengundang tawa. Gugup, akhirnya ia mengeluarkan apa saja yang terlintas di kepalanya hingga akhirnya ia membuat lelucon tentang tupai. Hasilnya? Semua orang tertawa.
Ralat. Tidak semua orang, karena sahabat Spongebob yang bernama Sandy (dan kebetulan seekor tupai) mulai merasa tersinggung. Melihat leluconnya disambut baik, Spongebob mulai meneruskan dengan semangat. Dan semua orang tertawa terbahak-bahak (kecuali Sandy tentunya) hingga akhir acara.
Sandy pun mendatangi Spongebob di backstage dan menyatakan keberatannya. Memang, di akhir episode Sandy dan Spongebob berbaikan kembali.
Tapi dari episode ini terlihat karakter lain masyarakat Bikini Bottoms, yaitu mereka senang membicarakan kejelekan atau membuat lelucon tentang orang lain. Tupai, yang notabene bukan penduduk asli Bikini Bottoms dan dari golongan minoritas, begitu enaknya dijadikan bahan lelucon.
Merasa familiar dengan karakter seperti ini juga?
Bagitulah Spongebob, Anda cukup duduk, nonton dan tertawa. Tak perlu terlalu banyak berpikir. Menghibur sekaligus terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari. Sebuah tontonan yang pas untuk yang butuh tertawa.
Baik saya maupun adik saya yang berusia 3 tahun selalu kompak setiap sore mengikuti kisah Spongebob Squarepants.
Oct 27, 2006
sebuah postingan yang terlambat
ya.. ya.. udah telat 5 harii... tapi sebenarnya postingan ini dimaksudkan untuk diposting tanggal 22. tapiii... waktu itu something wrong with the network.
just wanna say
. . . . . . h A p P y b i R t H d A y . . . . . . . . . .
untuk salah satu teman terbaikku. a girl (or woman) who has beauty, brain and behavior. (i mean it!! ga perlu membuktikan ke siapa pun karena kamu memang sudah mengagumkan, just the way you are. satu2nya inovasi yang saya sarankan adalah untuk mengubah sedikit cara pandangmu pada diri sendiri. supaya kamu tau kenapa teman2mu sering berdecak kagum melihat kamu)
hanya yang terbaik yang saya harapkan untuknya.
:)
just wanna say
. . . . . . h A p P y b i R t H d A y . . . . . . . . . .
untuk salah satu teman terbaikku. a girl (or woman) who has beauty, brain and behavior. (i mean it!! ga perlu membuktikan ke siapa pun karena kamu memang sudah mengagumkan, just the way you are. satu2nya inovasi yang saya sarankan adalah untuk mengubah sedikit cara pandangmu pada diri sendiri. supaya kamu tau kenapa teman2mu sering berdecak kagum melihat kamu)
hanya yang terbaik yang saya harapkan untuknya.
:)
Oct 21, 2006
end of the story
why do we fall? so we can learn to pick ourselves up.
[batman begins]
Saya 20 tahun, dan saya telah cukup mengalami banyak hal yang membuat saya tertawa, bahagia, terharu, marah, kecewa, sedih bahkan menangis sampai mata saya bengkak dan perih.
kadang saya bertanya-tanya, bagaimana mungkin ini menimpa saya? apa salah saya? bukankah saya selalu berbuat baik?
pada masa itu, saya timpakan semua kesalahan kepada orang lain. karena dia brengsek, karena dia jahat...
tapi, bagaimanapun, semua hal yang terjadi pada diri saya tidak terlepas dari apa yang telah saya lakukan. saya tidak akan maju kalau terus-terusan menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada hidup saya. saya tidak akan belajar untuk mengintrospeksi diri sendiri.
dan saya beruntung masih diberi kesempatan untuk menyadari kesalahan saya. saya menemukan satu missing part pada kehidupan saya dahulu. tentang bagaimana saya memandang diri saya dan orang lain.
akhirnya saya mengakui, ya, apa yang telah terjadi adalah akibat perbuatan saya di masa sebelumnya.
maka saya siap memaafkan. semua orang dan diri sendiri (yang tampaknya lebih sulit).
dan saya sepenuh hati memohon maaf kepada semuanya. saya pasti pernah menyinggung kalian. saya pasti pernah melakukan kesalahan. dan saya tidak dapat menjamin untuk tidak akan mengulanginya di kemudian hari.
tapi kapan pun saya melakukan itu, saya mohon kesediaannya untuk mengingatkan saya. jangan sampai saya harus mencari kalian diantara jutaan manusia di hari akhir nanti untuk meminta maaf. terimakasih.
....maaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaf....
met lebaran! semoga lebaran ini bisa menjadi titik balik yang positif bagi kita semua. amin.
Sep 24, 2006
Sep 16, 2006
SHOPPING time!
shopping!!
kapan ya terakhir kali gue nglakuin ritual cewek itu?
sepertinya... sudah lama... sekali...
well, gue emang bukan gila belanja (duitnya mana??!). akhir2 ini, biasanya kalo mau berangkat ke kampus, gue memandangi tumpukan baju gue di lemari. hmmm... kok itu-itu aja ya?
trus, biasanya gue akan berpikir, 'yah, nanti beli deh kalo lagi di jakarta, kalo lagi sama mama'. trus, biasanya pikiran itu terlupakan begitu saja.
hari ini hasrat belanja itu terkuak lagi. ceritanya, abis manasik umrah di mampang, gue ke citos dulu sama adek gue sambil nungguin nyokap reunian.
namanya juga ngisi waktu, jadilah jalan2 muter2 sana sini. ternyataaaa... entah kenapa gue menemukan banyak sekali barang2 lucu. ada sandal putih-pink St.Yves, celana 3/4 yang keren pisan, dompet panjang yang tampak begitu elegan di etalase, pewangi mobil berbagai aroma (yang ini pengen gue beliin untuk nyokap), lighter buat rokok berbagai rupa (nah, yang ini gue bingung buat siapa...), sepatu seharga 35ribuan, gantungan HP, sampe buku 'Its called breakup because its broken' (tampak seru!! penulisnya 'He's just not that into you').
beberapa barang di atas emang ga penting sih. tapi ada juga barang2 yang penting!
Tapi apa mau dikata kalo budget memang terbatas. jadilah gue sempet berkhayal seandainya gue punya uang 100 juta dollar, kayaknya gue ga akan berpikir sekeras ini untuk beli antara celana, sandal, dompet atau buku.
sekalian aja gue beli citosnya kalee...
yeah... i know... i should be grateful karena banyak orang lain yang ga seberuntung gue. tapi, uh, membayangkan betapa enaknya belanja tanpa batas bahkan tanpa harus ngliat label harga adalah lamunan indah bagi semua wanita.
kembali berpijak ke bumi, gue harus memilih diantara 3 kandidat terkuat. Celana, sandal atau buku?
nah, ketika gue lagi berpikir2, mana yang lebih baik gue beli, eh tiba2 nyokap nelpon minta dijemput. Tralalalala.... ya sudahlah, mungkin emang gue ga diijinkan Tuhan untuk belanja.
Sep 11, 2006
and then i threw up
Chatterbox, Pasaraya Grande. 16:21.
Finally I met her.
Kami memang belum pernah benar-benar 'bicara' sebelumnya. Komunikasi kami hanya lewat sms, atau friendster message, dan pernah telepon sekali waktu.
Disanalah kami berdua. Di meja pojok dekat jendela. Kami bercerita tentang banyak hal. Semua yang terjadi sejak satu setengah tahun yang lalu.
Ya, kami memang terhubung melalui banyak hal. Kami punya banyak cerita untuk dikeluarkan. Ada banyak klarifikasi untuk diungkap. Because we had been involved into the same guy, at the same time.
Is it about women solidarity? Sometimes I could feel something hit me inside when she told me about how she cried, or angry (mostly this one) or even when she told me how she laughed in pain.
Well, I’ve been there too, dear.
However, i am proudly say that, last evening both of us didn't looked like two desperated women. We were a couple of friend that shared our stories and sometimes laughed at it. Ga sedatar itu juga sih... karena saya merasa sedikit mual pada perut saya.
The meeting ended at 7 pm. I had another appointment, so did she.
Home. 22:30.
I just arrived. I ran to the bathroom. And then… I threw up.
Finally I met her.
Kami memang belum pernah benar-benar 'bicara' sebelumnya. Komunikasi kami hanya lewat sms, atau friendster message, dan pernah telepon sekali waktu.
Disanalah kami berdua. Di meja pojok dekat jendela. Kami bercerita tentang banyak hal. Semua yang terjadi sejak satu setengah tahun yang lalu.
Ya, kami memang terhubung melalui banyak hal. Kami punya banyak cerita untuk dikeluarkan. Ada banyak klarifikasi untuk diungkap. Because we had been involved into the same guy, at the same time.
Is it about women solidarity? Sometimes I could feel something hit me inside when she told me about how she cried, or angry (mostly this one) or even when she told me how she laughed in pain.
Well, I’ve been there too, dear.
However, i am proudly say that, last evening both of us didn't looked like two desperated women. We were a couple of friend that shared our stories and sometimes laughed at it. Ga sedatar itu juga sih... karena saya merasa sedikit mual pada perut saya.
The meeting ended at 7 pm. I had another appointment, so did she.
Home. 22:30.
I just arrived. I ran to the bathroom. And then… I threw up.
Sep 5, 2006
slow dance
Have you ever watched kids
On a merry-go-round?
Or listened to the rain
Slapping on the ground?
Ever followed a butterfly's erratic flight?
Or gazed at the sun into the fading night?
You better slow down.
Don't dance so fast.
Time is short.
The music won't last.
Do you run through each day
On the fly?
When you ask How are you?
Do you hear the reply?
When the day is done
Do you lie in your bed
With the next hundred chores
Running through your head?
You'd better slow down
Don't dance so fast.
Time is short.
The music won't last.
Ever told your child,
We'll do it tomorrow?
And in your haste,
Not see his sorrow?
Ever lost touch,
Let a good friendship die
Cause you never had time
To call and say,"Hi"
You'd better slow down.
Don't dance so fast.
Time is short.
The music won't last.
When you run so fast to get somewhere
You miss half the fun of getting there.
When you worry and hurry through your day,
It is like an unopened gift....
Thrown away.
Life is not a race.
Do take it slower
Hear the music
Before the song is over.
--------------------
a friend of just e-mailed me this poem.
the poem was written by an ill young girl in a New York Hospital.
di tengah terjangan badai ABAU dan PTI, sepertinya waktu senggang jadi hal yang langka.
sekedar untuk janjian potong rambut aja mesti negosiasi sama kelompok. (bat, gimana ya??)
untuk cerita tentang masalah love life pun harus menunggu tengah malam. tapi ternyata dengan sekedar cerita aja, bisa bikin senang dan lebih ringan. makasih untuk ibu kosan!! :)
Sep 1, 2006
celotehan siang siang...
sebelumnya, thanks to batari, untuk mengizinkan gue ngekos di rumahnya.
yap! gue pindah kosan lagi. untuk keempat kalinya selama gue kuliah di ITB.
kalo dirata-ratain, sekitar 6 bulan sekali gue pindah kosan.
moga2 aja kali ini gue bakal betah. :)
a lot of things have changed in my life. in the beginning, it felt a bit strange for me. but lately, i'm enjoying it. i do still confuse sometimes. but, i try to not thinking about it too much.
que sera sera... (bener ga sih), kalo kata Ebi.
i was tired. but somehow, i didn't realize it. or maybe i forced myself to not feel it 'til finally i couldn't feel anything at all and let my brain controlled me.
well, it had already passed. however, i'm glad to had it in my life, especially as my past.
hahaha... ga ngerti kan gue ngomong apa?? yasudah ah... cuma ngisi waktu luang yang semakin jarang...
Aug 17, 2006
disguise
Have you ever felt some kind of emptiness inside
You will never measure up, to those people you
Must be strong, can't show them that you're weak
Have you ever told someone something
That's far from the truth
Let them know that you're okay
Just to make them stop
All the wondering, and questions they may have
I'm okay, I really am now
Just needed some time, to figure things out
Not telling lies, I'll be honest with you
Still we don't know what's yet to come
Have you ever seen your face,
In a mirror there's a smile
But inside you're just a mess,
You feel far from good
Need to hide, 'cos they'd never understand
Have you ever had this wish, of being
Somewhere else
To let go of your disguise, all your worries too
And from that moment, then you see things clear
I'm okay, I really am now
Just needed some time, to figure things out
Not telling lies, I'll be honest with you
Still we don't know what's yet to come
"Disguise", by Lene Marlin
i like this song, since i was in high school. and i like it even more now.
nyepet.. dikit.. hehe...
You will never measure up, to those people you
Must be strong, can't show them that you're weak
Have you ever told someone something
That's far from the truth
Let them know that you're okay
Just to make them stop
All the wondering, and questions they may have
I'm okay, I really am now
Just needed some time, to figure things out
Not telling lies, I'll be honest with you
Still we don't know what's yet to come
Have you ever seen your face,
In a mirror there's a smile
But inside you're just a mess,
You feel far from good
Need to hide, 'cos they'd never understand
Have you ever had this wish, of being
Somewhere else
To let go of your disguise, all your worries too
And from that moment, then you see things clear
I'm okay, I really am now
Just needed some time, to figure things out
Not telling lies, I'll be honest with you
Still we don't know what's yet to come
"Disguise", by Lene Marlin
i like this song, since i was in high school. and i like it even more now.
nyepet.. dikit.. hehe...
Aug 9, 2006
angkoters... beware!!
Udah pernah ngrasain gilanya angkot Jakarta?
Baik sebagai penumpang angkot maupun pengemudi mobil yang bersisian dengan angkot, sebelum pagi ini saya masih ngrasa kegilaan dunia perangkotan di Jakarta udah ga mungkin bisa lebih lagi.
Sebagai penumpang, entah berapa ratus kali saya harus menahan badan ini supaya tidak terjatuh gara2 rem mendadak pak supir. Atau tubuh yang sempoyongan mengikuti gerak angkot yang brutal labrak sana sini.
Sebagai pengemudi mobil, sudah cukup pegal rasanya tangan ini mengklakson angkot-angkot yang berhenti seenak udel pak supirnya. Sudah pegal pula kaki ini mengerem mendadak demi menghindari tabrakan yang bisa berbuntut panjang. Sudah cukup banyak dosa tercipta gara2 berbagai makian yang saya keluarkan. Sampai akhirnya saat ini saya memilih untuk pasrah dan diam saja kalo ada angkot yang seperti ini. Memang sudah watak, mau diapakan lagi…
Sepertinya itu semua sudah cukup gila. Tapi ternyata engga… Simak cerita berikut:
Pagi ini, dari rumah saya di daerah Jatiwaringin, saya dan Arum pergi ke kampus UI di Salemba. Atas nama kemalasan berurusan dengan areal parkir yang terbatas, kami putuskan untuk naik angkot saja. Toh, dari depan pagar rumah hingga ke depan pagar UI.
Perjalanan lumayan panjang. Normalnya, kami akan naik 3 angkot yang saling menyambung.
Angkot pertama G5, jurusan Pondok Gede – Curug. Berhenti di Curug dengan damai sentosa, bayar 4000 rupiah untuk berdua.
Disambung M26, jurusan Bekasi – Kampung Melayu. Disini, mau tidur dulu sambil joget2 plus baca Harry Potter juga sempet. Soalnya lama betul bo’ perjalanannya. Disini sang supir mulai agak urakan. Seradak seruduk sana sini, udah kayak engkongnya yang punya jalan. Tapi untunglah, dengan membayar 6000 ribu untuk 2 orang, kami masih diberi karunia untuk sampai di Kampung Melayu dengan sehat wal afiat.
Angkot ketiga adalah M01, jurusan Kampung Melayu – Senen. Tanpa ba-bi-bu dan lihat kiri kanan, langsung saja kami sosor angkot M01 yang berada di antrian terdepan. Masuk angkot, langsung asik menggosip. 5 menit kemudian si angkot mulai bergerak maju.
Whoa! Tiba2 direm mendadak. Ternyata ada satu orang lagi yang mau masuk. Tanpa bermaksud apa2, saya melihat ke arah supir. Sejenak, rasanya tak percaya. Lalu saya cowel2 tangan Arum, dan menunjuk ke arah pak supir. Sekedar untuk memastikan, apa bangun pagi2 udah bikin mata saya picek. Sayangnya, mata saya bekerja dengan sangat baik pagi ini.
Tidak salah lagi, yang saya lihat di kursi supir bukan bapak2 dengan rambut berantakan beserta rokok di tangan seperti biasa. Tapi seorang anak kecil.
Beneran, anak kecil!! Saya dan Arum sepakat usia anak itu pasti berkisar 12 tahun. Lehernya saja tidak lebih tinggi dari dashboard.
Angkot telanjur melaju. Saya tanamkan saja pikiran positif, siapa tau anak ini memang sudah bisa nyetir biarpun tampaknya untuk melihat ke depan saja dia mesti menjulurkan lehernya.
Tapi harapan tinggal harapan. Dari caranya keluar dari pangkalan saja sudah keliatan dia masih belum pengalaman. Apalagi ketika ia mulai mengemudikan angkot dengan meliuk kesana kemari disertai suara mesin yang menderu. Tidak berapa lama kemudian, seorang penumpang memilih turun. Disusul dua penumpang lain beberapa meter kemudian.
Kami yang masih bertahan, entah karena takjub atau penasaran, mulai panik ketika liukannya semakin tajam.
Puncaknya, ketika si supir berusaha menghindari berserempetan dengan motor yang ada di sebelah kiri dengan membanting setir ke kanan. Celakanya, si supir tidak melihat kalo ada bus segede gaban di sebelah kanan belakang. Dari bus terdengan bunyi klakson panjang.
Meski selamat, tapi tampaknya para penumpang yang tersisa sudah mulai mengkhawatirkan nyawa masing2, termasuk saya dan arum.
Mulailah terjadi kehebohan di dalam angkot. Semua orang meminta si supir berhenti. Tak lama kemudian, supir cilik ini sudah kehilangan semua penumpangnya.
Demi pengalaman ini, saya dan Arum mengeluarkan 2000 rupiah.
Lanjut dengan M01 lagi, dengan supir seorang bapak2 dengan rambut berantakan dan rokok di tangan, akhirnya saya dan Arum sampai ke kampus UI dengan selamat.
Fiuuuh…
Baik sebagai penumpang angkot maupun pengemudi mobil yang bersisian dengan angkot, sebelum pagi ini saya masih ngrasa kegilaan dunia perangkotan di Jakarta udah ga mungkin bisa lebih lagi.
Sebagai penumpang, entah berapa ratus kali saya harus menahan badan ini supaya tidak terjatuh gara2 rem mendadak pak supir. Atau tubuh yang sempoyongan mengikuti gerak angkot yang brutal labrak sana sini.
Sebagai pengemudi mobil, sudah cukup pegal rasanya tangan ini mengklakson angkot-angkot yang berhenti seenak udel pak supirnya. Sudah pegal pula kaki ini mengerem mendadak demi menghindari tabrakan yang bisa berbuntut panjang. Sudah cukup banyak dosa tercipta gara2 berbagai makian yang saya keluarkan. Sampai akhirnya saat ini saya memilih untuk pasrah dan diam saja kalo ada angkot yang seperti ini. Memang sudah watak, mau diapakan lagi…
Sepertinya itu semua sudah cukup gila. Tapi ternyata engga… Simak cerita berikut:
Pagi ini, dari rumah saya di daerah Jatiwaringin, saya dan Arum pergi ke kampus UI di Salemba. Atas nama kemalasan berurusan dengan areal parkir yang terbatas, kami putuskan untuk naik angkot saja. Toh, dari depan pagar rumah hingga ke depan pagar UI.
Perjalanan lumayan panjang. Normalnya, kami akan naik 3 angkot yang saling menyambung.
Angkot pertama G5, jurusan Pondok Gede – Curug. Berhenti di Curug dengan damai sentosa, bayar 4000 rupiah untuk berdua.
Disambung M26, jurusan Bekasi – Kampung Melayu. Disini, mau tidur dulu sambil joget2 plus baca Harry Potter juga sempet. Soalnya lama betul bo’ perjalanannya. Disini sang supir mulai agak urakan. Seradak seruduk sana sini, udah kayak engkongnya yang punya jalan. Tapi untunglah, dengan membayar 6000 ribu untuk 2 orang, kami masih diberi karunia untuk sampai di Kampung Melayu dengan sehat wal afiat.
Angkot ketiga adalah M01, jurusan Kampung Melayu – Senen. Tanpa ba-bi-bu dan lihat kiri kanan, langsung saja kami sosor angkot M01 yang berada di antrian terdepan. Masuk angkot, langsung asik menggosip. 5 menit kemudian si angkot mulai bergerak maju.
Whoa! Tiba2 direm mendadak. Ternyata ada satu orang lagi yang mau masuk. Tanpa bermaksud apa2, saya melihat ke arah supir. Sejenak, rasanya tak percaya. Lalu saya cowel2 tangan Arum, dan menunjuk ke arah pak supir. Sekedar untuk memastikan, apa bangun pagi2 udah bikin mata saya picek. Sayangnya, mata saya bekerja dengan sangat baik pagi ini.
Tidak salah lagi, yang saya lihat di kursi supir bukan bapak2 dengan rambut berantakan beserta rokok di tangan seperti biasa. Tapi seorang anak kecil.
Beneran, anak kecil!! Saya dan Arum sepakat usia anak itu pasti berkisar 12 tahun. Lehernya saja tidak lebih tinggi dari dashboard.
Angkot telanjur melaju. Saya tanamkan saja pikiran positif, siapa tau anak ini memang sudah bisa nyetir biarpun tampaknya untuk melihat ke depan saja dia mesti menjulurkan lehernya.
Tapi harapan tinggal harapan. Dari caranya keluar dari pangkalan saja sudah keliatan dia masih belum pengalaman. Apalagi ketika ia mulai mengemudikan angkot dengan meliuk kesana kemari disertai suara mesin yang menderu. Tidak berapa lama kemudian, seorang penumpang memilih turun. Disusul dua penumpang lain beberapa meter kemudian.
Kami yang masih bertahan, entah karena takjub atau penasaran, mulai panik ketika liukannya semakin tajam.
Puncaknya, ketika si supir berusaha menghindari berserempetan dengan motor yang ada di sebelah kiri dengan membanting setir ke kanan. Celakanya, si supir tidak melihat kalo ada bus segede gaban di sebelah kanan belakang. Dari bus terdengan bunyi klakson panjang.
Meski selamat, tapi tampaknya para penumpang yang tersisa sudah mulai mengkhawatirkan nyawa masing2, termasuk saya dan arum.
Mulailah terjadi kehebohan di dalam angkot. Semua orang meminta si supir berhenti. Tak lama kemudian, supir cilik ini sudah kehilangan semua penumpangnya.
Demi pengalaman ini, saya dan Arum mengeluarkan 2000 rupiah.
Lanjut dengan M01 lagi, dengan supir seorang bapak2 dengan rambut berantakan dan rokok di tangan, akhirnya saya dan Arum sampai ke kampus UI dengan selamat.
Fiuuuh…
Aug 3, 2006
lovy dovyyy... yucks..
Talking about friends, couples months ago I surfed on the internet searched for a poem about friendship. And I found millions of poems. Mostly the poems are about the warmth of the friendship or footprints or sunshine and whatever stuffs.
But somehow, my close friends are not always nice. Because:
1. Sometimes they don’t listen to me.
2. Sometimes they don’t keep their promises.
3. Sometimes they lied.
4. Sometimes they don’t do what they told me they’re going to do.
5. Sometimes they don’t answer my calls.
6. Sometimes they don’t reply my sms.
7. Sometimes they are being so annoying.
8. Sometimes they act like kids.
9. Sometimes they let me down.
10. Sometimes they screw up.
11. Sometimes they are sucks.
And sometimes I’m fed up with them. Sometimes I turn my back on them. Sometimes I feel like I want to slap their faces or kick their ass’ [but it never really happened].
Sometimes they don’t notice my negatives feeling. Sometimes they notice but they pretend that they don’t know. Sometimes they say it out loud: “what is wrong with you?”.
Well, they’re not perfect, same like me. But that’s what they really are. Of course, there are also a lot of reasons why I like them. But I won’t write those things here, because trust me, these people are a bunch of narsis creatures [yeah, that’s why they are my friends].
Overall, I’m happy to have them including all of their good and bad sides in my life. I guess nothing I can do but accept them as a complete person anyway.:)
But somehow, my close friends are not always nice. Because:
1. Sometimes they don’t listen to me.
2. Sometimes they don’t keep their promises.
3. Sometimes they lied.
4. Sometimes they don’t do what they told me they’re going to do.
5. Sometimes they don’t answer my calls.
6. Sometimes they don’t reply my sms.
7. Sometimes they are being so annoying.
8. Sometimes they act like kids.
9. Sometimes they let me down.
10. Sometimes they screw up.
11. Sometimes they are sucks.
And sometimes I’m fed up with them. Sometimes I turn my back on them. Sometimes I feel like I want to slap their faces or kick their ass’ [but it never really happened].
Sometimes they don’t notice my negatives feeling. Sometimes they notice but they pretend that they don’t know. Sometimes they say it out loud: “what is wrong with you?”.
Well, they’re not perfect, same like me. But that’s what they really are. Of course, there are also a lot of reasons why I like them. But I won’t write those things here, because trust me, these people are a bunch of narsis creatures [yeah, that’s why they are my friends].
Overall, I’m happy to have them including all of their good and bad sides in my life. I guess nothing I can do but accept them as a complete person anyway.:)
Jul 31, 2006
highschool narcism
Siapa bilang narsis itu dosa??
Buat gue narsis itu penting. Hehehe.. dan gue senang menjadi narsis!
Sejak kapan ideology narsisme ini mulai tumbuh dalam diri gue, gue udah ga inget. Sejak smp atau sma kali. Yah masa SMA lah.. masa2 keemasan narsisnya gue.
Tapi iya, narsis ini penting. Because sometimes we need to pick ourselves up.
Waktu jaman SMA dulu, rasa narsisme dalam diri temen2 gue [dan gue] dipupuk antara lain dengan cara menyanyikan lagu2 yang mengganti kata2 “you/kau” menjadi “me/aku” dan sebaliknya.
Misalnnya lagu ini:
It came over you in a rush, when you realize that you love me so much, that sometimes you cry but you can’t tell me why, why you feel what you feel inside…
Atau yang ini:
Because of me, your life has change, thank me for the love and the joy I bring, because of me, you feel no shame, you’ll tell the world, it’s because of me…
Kalo yang versi Indonesia coba deh Kaulah Segalanya eh, maksudnya Kulah Segalanya nya Ruth Sahanaya.
Hahaha… norak sih [dasar SMA!], tapi menyenangkan juga. Batasnya memang tipiiiiiis antara narsis dan pathetic. Mwahahaha…
Buat gue narsis itu penting. Hehehe.. dan gue senang menjadi narsis!
Sejak kapan ideology narsisme ini mulai tumbuh dalam diri gue, gue udah ga inget. Sejak smp atau sma kali. Yah masa SMA lah.. masa2 keemasan narsisnya gue.
Tapi iya, narsis ini penting. Because sometimes we need to pick ourselves up.
Waktu jaman SMA dulu, rasa narsisme dalam diri temen2 gue [dan gue] dipupuk antara lain dengan cara menyanyikan lagu2 yang mengganti kata2 “you/kau” menjadi “me/aku” dan sebaliknya.
Misalnnya lagu ini:
It came over you in a rush, when you realize that you love me so much, that sometimes you cry but you can’t tell me why, why you feel what you feel inside…
Atau yang ini:
Because of me, your life has change, thank me for the love and the joy I bring, because of me, you feel no shame, you’ll tell the world, it’s because of me…
Kalo yang versi Indonesia coba deh Kaulah Segalanya eh, maksudnya Kulah Segalanya nya Ruth Sahanaya.
Hahaha… norak sih [dasar SMA!], tapi menyenangkan juga. Batasnya memang tipiiiiiis antara narsis dan pathetic. Mwahahaha…
Jul 24, 2006
how's your mom today?
How’s your mom?
Berapa kali dalam satu bulan ada seseorang yang menanyakan pertanyaan diatas ke Anda?
Dan ketika Anda dihadapkan pertanyaan itu, apa reaksi Anda? Automatically say “oh, she’s fine”? Terkejut? Atau hanya diam?
Kebanyakan orang yang saya kenal mengaku menyayangi ibu mereka. Well, memang ada perkecalian untuk beberapa orang yang karena alasan tertentu, kita tinggalkan dulu teman-teman saya dari golongan ini.
Bagi Anda yang mengaku menyayangi ibu Anda, sudah berapa lama Anda menyayangi beliau?
Mungkin jawabannya : seumur hidup Anda, sepanjang Anda dapat mengingat.
Pernahkah Anda merasa takut kehilangan beliau? Benar-benar takut. Seperti layaknya Anda merasa takut kehilangan pacar atau sahabat Anda?
Mungkin pernah, mungkin tidak.
Atau mungkin Anda memang sudah ‘kehilangan’ beliau? Maaf kalau postingan ini mengganggu Anda.
Pernahkah Anda merasa takut pacar atau sahabat Anda berhenti menyayangi Anda?
Bagi yang pernah, apa yang kemudian Anda lakukan? Anda merasa perasaan Anda kepada pacar atau sahabat Anda begitu meluap-luap sekaligus Anda takut perasaan itu tidak terbalas. Anda mungkin berusaha mempertahankan mereka dengan berbagai cara. Berdandan, pergi bersama, menghabiskan waktu bersama sesering mungkin, memberi hadiah bahkan ketika mereka tidak sedang berulang tahun, mengatakan berbagai hal manis, dan… apa lagi?
Saya pernah membahas hal ini dengan seorang teman saya. Topiknya adalah : Mengapa terkadang kita lebih takut kehilangan pacar atau sahabat kita dibandingkan kehilangan ibu kita?
Padahal, bukankah kehilangan seorang pacar masih bisa mencari yang lain? Anda yang pernah merasa patah hati dan berhasil melaluinya tentu tahu itu.
Tapi seandainya kehilangan ibu, mau dicari kemana lagi? Memang hanya satu orang wanita di dunia ini yang menjadi ibu kandung kita.
Kami lalu menyimpulkan bahwa, jauh di dalam hati, kita percaya bahwa ibu tak akan pernah berhenti menyayangi kita. Begitu percayanya hingga tidak terasa dan tidak disadari.
Sedangkan kepada pacar atau sahabat, kadang masih ada keraguan kepada mereka. Sehingga kita merasa perlu melakukan usaha ekstra untuk menjaga perasaan mereka.
Seorang ibu umumnya sangat menyayangi anak mereka. Mungkin lebih dari mereka menyayangi orangtua, suami, bahkan diri mereka sendiri. Hanya saja mungkin mereka tidak terlalu eksplisit dalam mengungkapkan perasaan mereka. Mungkin mereka tidak akan mengirim sms “Good nite my dear. Love you always” kepada Anda. Mungkin mereka tidak sering membuat Anda melambung dengan berbagai pujian dan kata-kata sayang. Mungkin mereka tidak pernah membuat kejutan-kejutan kecil yang menyemarakkan hari Anda. Malah kadang mereka justru bertingkah menyebalkan dengan meminta Anda mengantar mereka kesana kemari. Menemani ke acara ini itu. Bertanya-tanya tentang teman-teman Anda.
Namun, siapa yang mengantarkan Anda ke dunia ini? Hingga Anda akhirnya bertemu sahabat-sahabat dan pacar terbaik di dunia.
Baju yang Anda pakai, bensin mobil Anda, uang kuliah Anda, hadiah yang Anda berikan untuk sahabat dan pacar Anda, darimana Anda dapat?
Beberapa dari Anda mungkin sudah dapat menghasilkan uang sendiri. Hebat. Ibu Anda telah berhasil mendidik anaknya menjadi seorang yang mandiri dan bertanggung jawab.
Tahukan Anda apa keinginan ibu Anda? Apa obsesinya dalam hidup? Bagaimana perasaannya hari ini?
Seorang ibu juga manusia. Ada kalanya ia merasa lemah. Ada kalanya ia butuh teman. Sama seperti Anda dan orang-orang lain yang Anda kenal.
Even hero has the right to bleed… [superman, five for fighting]
Ada kalanya ia hanya ingin melihat Anda ada di rumah ketika ia pulang kerja. Anda bahkan tak perlu tetap terjaga. Atau bertemu Anda di pagi hari. Mungkin ia hanya ingin merasa dekat dengan anaknya. Anda mungkin tak tahu betapa berartinya satu jam bersama Anda bagi beliau.
Sama berartinya dengan satu jam bersama pacar atau sahabat Anda bagi Anda. Mungkin bahkan lebih.
Dan kadang rasanya begitu berat yah? Menempuh perjalanan 2 jam Cipularang [bagi Anda yang tinggal di Bandung], hanya untuk berada di rumah dan bertemu ibu Anda.
Kadang rasanya ibu Anda bukan alasan yang cukup kuat untuk menyisihkan dua hari dalam seminggu dan sejenak meninggalkan pacar dan sahabat Anda.
Toh, beliau tidak akan pergi. Satu atau dua bulan absen menemuinya tidak akan membuat beliau berhenti menyayangi Anda. Masih banyak hal lain yang harus diurus. Urusan ibu bisa menunggu.
Menunggu liburan. Kalau ternyata liburan pun sibuk, masih bisa menunggu hingga Anda lulus kuliah. Kalau ternyata Anda sibuk kerja atau mangambil S2, yah… nantilah gampang. Toh, ibu tidak kemana-mana. Anda punya cita-cita untuk diraih. Anda ingin menikah dan punya keluarga. Anda ingin punya bisnis yan gbesar.
Dan ketika semua itu tercapai, berapa usia Anda? Berapa usia ibu Anda? Apakah beliau masih ada? Sempatkah Anda memenuhi janji menemaninya? Apakah kesehatannya masih memungkinkan untuk berjalan jauh? Atau bahkan Anda hanya mampu menemani di samping tempat tidurnya? Atau berziarah ke makamnya?
Ibu Anda pun manusia, punya batas usia. Ada saatnya ia akan pergi dari hidup Anda. Anda tak akan pernah tahu kapan itu. Mungkin 20 tahun lagi. Mungkin besok. Apa yang sudah Anda janjikan kepada ibu Anda dari dulu, mungkin hanya dapat Anda penuhi saat ini.
Berapa kali dalam satu bulan ada seseorang yang menanyakan pertanyaan diatas ke Anda?
Dan ketika Anda dihadapkan pertanyaan itu, apa reaksi Anda? Automatically say “oh, she’s fine”? Terkejut? Atau hanya diam?
Kebanyakan orang yang saya kenal mengaku menyayangi ibu mereka. Well, memang ada perkecalian untuk beberapa orang yang karena alasan tertentu, kita tinggalkan dulu teman-teman saya dari golongan ini.
Bagi Anda yang mengaku menyayangi ibu Anda, sudah berapa lama Anda menyayangi beliau?
Mungkin jawabannya : seumur hidup Anda, sepanjang Anda dapat mengingat.
Pernahkah Anda merasa takut kehilangan beliau? Benar-benar takut. Seperti layaknya Anda merasa takut kehilangan pacar atau sahabat Anda?
Mungkin pernah, mungkin tidak.
Atau mungkin Anda memang sudah ‘kehilangan’ beliau? Maaf kalau postingan ini mengganggu Anda.
Pernahkah Anda merasa takut pacar atau sahabat Anda berhenti menyayangi Anda?
Bagi yang pernah, apa yang kemudian Anda lakukan? Anda merasa perasaan Anda kepada pacar atau sahabat Anda begitu meluap-luap sekaligus Anda takut perasaan itu tidak terbalas. Anda mungkin berusaha mempertahankan mereka dengan berbagai cara. Berdandan, pergi bersama, menghabiskan waktu bersama sesering mungkin, memberi hadiah bahkan ketika mereka tidak sedang berulang tahun, mengatakan berbagai hal manis, dan… apa lagi?
Saya pernah membahas hal ini dengan seorang teman saya. Topiknya adalah : Mengapa terkadang kita lebih takut kehilangan pacar atau sahabat kita dibandingkan kehilangan ibu kita?
Padahal, bukankah kehilangan seorang pacar masih bisa mencari yang lain? Anda yang pernah merasa patah hati dan berhasil melaluinya tentu tahu itu.
Tapi seandainya kehilangan ibu, mau dicari kemana lagi? Memang hanya satu orang wanita di dunia ini yang menjadi ibu kandung kita.
Kami lalu menyimpulkan bahwa, jauh di dalam hati, kita percaya bahwa ibu tak akan pernah berhenti menyayangi kita. Begitu percayanya hingga tidak terasa dan tidak disadari.
Sedangkan kepada pacar atau sahabat, kadang masih ada keraguan kepada mereka. Sehingga kita merasa perlu melakukan usaha ekstra untuk menjaga perasaan mereka.
Seorang ibu umumnya sangat menyayangi anak mereka. Mungkin lebih dari mereka menyayangi orangtua, suami, bahkan diri mereka sendiri. Hanya saja mungkin mereka tidak terlalu eksplisit dalam mengungkapkan perasaan mereka. Mungkin mereka tidak akan mengirim sms “Good nite my dear. Love you always” kepada Anda. Mungkin mereka tidak sering membuat Anda melambung dengan berbagai pujian dan kata-kata sayang. Mungkin mereka tidak pernah membuat kejutan-kejutan kecil yang menyemarakkan hari Anda. Malah kadang mereka justru bertingkah menyebalkan dengan meminta Anda mengantar mereka kesana kemari. Menemani ke acara ini itu. Bertanya-tanya tentang teman-teman Anda.
Namun, siapa yang mengantarkan Anda ke dunia ini? Hingga Anda akhirnya bertemu sahabat-sahabat dan pacar terbaik di dunia.
Baju yang Anda pakai, bensin mobil Anda, uang kuliah Anda, hadiah yang Anda berikan untuk sahabat dan pacar Anda, darimana Anda dapat?
Beberapa dari Anda mungkin sudah dapat menghasilkan uang sendiri. Hebat. Ibu Anda telah berhasil mendidik anaknya menjadi seorang yang mandiri dan bertanggung jawab.
Tahukan Anda apa keinginan ibu Anda? Apa obsesinya dalam hidup? Bagaimana perasaannya hari ini?
Seorang ibu juga manusia. Ada kalanya ia merasa lemah. Ada kalanya ia butuh teman. Sama seperti Anda dan orang-orang lain yang Anda kenal.
Even hero has the right to bleed… [superman, five for fighting]
Ada kalanya ia hanya ingin melihat Anda ada di rumah ketika ia pulang kerja. Anda bahkan tak perlu tetap terjaga. Atau bertemu Anda di pagi hari. Mungkin ia hanya ingin merasa dekat dengan anaknya. Anda mungkin tak tahu betapa berartinya satu jam bersama Anda bagi beliau.
Sama berartinya dengan satu jam bersama pacar atau sahabat Anda bagi Anda. Mungkin bahkan lebih.
Dan kadang rasanya begitu berat yah? Menempuh perjalanan 2 jam Cipularang [bagi Anda yang tinggal di Bandung], hanya untuk berada di rumah dan bertemu ibu Anda.
Kadang rasanya ibu Anda bukan alasan yang cukup kuat untuk menyisihkan dua hari dalam seminggu dan sejenak meninggalkan pacar dan sahabat Anda.
Toh, beliau tidak akan pergi. Satu atau dua bulan absen menemuinya tidak akan membuat beliau berhenti menyayangi Anda. Masih banyak hal lain yang harus diurus. Urusan ibu bisa menunggu.
Menunggu liburan. Kalau ternyata liburan pun sibuk, masih bisa menunggu hingga Anda lulus kuliah. Kalau ternyata Anda sibuk kerja atau mangambil S2, yah… nantilah gampang. Toh, ibu tidak kemana-mana. Anda punya cita-cita untuk diraih. Anda ingin menikah dan punya keluarga. Anda ingin punya bisnis yan gbesar.
Dan ketika semua itu tercapai, berapa usia Anda? Berapa usia ibu Anda? Apakah beliau masih ada? Sempatkah Anda memenuhi janji menemaninya? Apakah kesehatannya masih memungkinkan untuk berjalan jauh? Atau bahkan Anda hanya mampu menemani di samping tempat tidurnya? Atau berziarah ke makamnya?
Ibu Anda pun manusia, punya batas usia. Ada saatnya ia akan pergi dari hidup Anda. Anda tak akan pernah tahu kapan itu. Mungkin 20 tahun lagi. Mungkin besok. Apa yang sudah Anda janjikan kepada ibu Anda dari dulu, mungkin hanya dapat Anda penuhi saat ini.
Jul 18, 2006
ras i al is me ? ?
Telat kali ya… gue baru nonton film CRASH kemaren. Di DVD tentunya. Dan ga perlu ditanya original apa engga.
One of the best movie! Menurut gue lho… secaraaaaa, nampaknya gue ga punya taste yang sekelas dengan kritikus Hollywood dalam menilai film. Terbukti dengan ketidaksukaan gue dengan beberapa film pemenang Oscar.
Hehehe…
Kelas gue jelas di atas mereka lah… mwahahaha… bercanda Mister!! Don’t put it in your heart yah.. (maksudnya: jangan dimasukkin ke dalam hati)
Eniwei… film itu bercerita tentang rasialisme. Isu yang agak berat ini diceritakan dengan sangat menarik dan mengalir lewat tokoh-tokohnya yang unik. Hmm, salah bukan unik. Justru tokoh2 di cerita ini benar2 seperti orang2 yang ada di sekitar kita. Tapi sisi yang diperlihatkan pada film itu yang unik.
Kebetulan (buat yang percaya dengan adanya ‘kebetulan’), beberapa hari sebelumnya, waktu itu udah malam dan gue lagi menuju ke rumah, gue ngliat di beberapa pintu (yang dari logam trus bisa ditarik ke bawah kayak garasi itu lhoo…) toko2 yang di deket rumah gue ada tulisan : PRIBUMI MUSLIM.
Mengingatkan gue sama kerusuhan Mei 1998 itu. Parah banget.
Rasialisme dimana-mana.
Sebenernya rasialisme itu apa sih?
Maksud gue, kalo ada sekelompok suku atau kaum yang dianggap jadi warga kelas dua karena faktor keturunan dan asal mereka, jelas itu rasialisme.
Tapi gimana kalo perasaan takut ketika ngeliat orang Papua, misalnya? Atau kalau dalam film CRASH itu, orang2 negro?
Atau gimana dengan omongan2 orang tentang ‘orang Padang itu pelit’, ‘orang Batak temperamental’, ‘orang Sunda itu matre’? no offens yah…
Memang sih, faktanya orang padang itu ga selalu pelit, orang Batak bisa lembut, dan orang Sunda bisa jadi dermawan. Tapi stereotip itu juga masih ada.
Sodara gue pernah ga jadi nikah karena calon suaminya berasal dari suku yang menurut orang tuanya ga cocok dengan adat Jawa.
Apa pemikiran2 dan stereotip itu membuat om dan tante gue ini jadi orang yang rasis?
Trus, rasiskah gue karena sering ngatain ebi : “dasar Padang lo!”??
One of the best movie! Menurut gue lho… secaraaaaa, nampaknya gue ga punya taste yang sekelas dengan kritikus Hollywood dalam menilai film. Terbukti dengan ketidaksukaan gue dengan beberapa film pemenang Oscar.
Hehehe…
Kelas gue jelas di atas mereka lah… mwahahaha… bercanda Mister!! Don’t put it in your heart yah.. (maksudnya: jangan dimasukkin ke dalam hati)
Eniwei… film itu bercerita tentang rasialisme. Isu yang agak berat ini diceritakan dengan sangat menarik dan mengalir lewat tokoh-tokohnya yang unik. Hmm, salah bukan unik. Justru tokoh2 di cerita ini benar2 seperti orang2 yang ada di sekitar kita. Tapi sisi yang diperlihatkan pada film itu yang unik.
Kebetulan (buat yang percaya dengan adanya ‘kebetulan’), beberapa hari sebelumnya, waktu itu udah malam dan gue lagi menuju ke rumah, gue ngliat di beberapa pintu (yang dari logam trus bisa ditarik ke bawah kayak garasi itu lhoo…) toko2 yang di deket rumah gue ada tulisan : PRIBUMI MUSLIM.
Mengingatkan gue sama kerusuhan Mei 1998 itu. Parah banget.
Rasialisme dimana-mana.
Sebenernya rasialisme itu apa sih?
Maksud gue, kalo ada sekelompok suku atau kaum yang dianggap jadi warga kelas dua karena faktor keturunan dan asal mereka, jelas itu rasialisme.
Tapi gimana kalo perasaan takut ketika ngeliat orang Papua, misalnya? Atau kalau dalam film CRASH itu, orang2 negro?
Atau gimana dengan omongan2 orang tentang ‘orang Padang itu pelit’, ‘orang Batak temperamental’, ‘orang Sunda itu matre’? no offens yah…
Memang sih, faktanya orang padang itu ga selalu pelit, orang Batak bisa lembut, dan orang Sunda bisa jadi dermawan. Tapi stereotip itu juga masih ada.
Sodara gue pernah ga jadi nikah karena calon suaminya berasal dari suku yang menurut orang tuanya ga cocok dengan adat Jawa.
Apa pemikiran2 dan stereotip itu membuat om dan tante gue ini jadi orang yang rasis?
Trus, rasiskah gue karena sering ngatain ebi : “dasar Padang lo!”??
Jul 2, 2006
Time heals..???? part two
argh!!
ternyata sakit gigi ini bukan sakit gigi biasa.
siang tadi, setelah melewati gejala snut-snut yang lumayan... rasa sakitnya kemudian menjalar ke daerah pipi.
haduh, rasanya seperti bengkak tapi ga bengkak. seperti lebam tapi ga lebam.
apalah dayaku... gue cuma bisa merem melek aja.
begitu sampe rumah (gue abis dari acara khitanan sodara) gue langsung minum anastesi. trus rebahan di kursi.
...
...
...
bangun2 udah jam 6!! halah, ga ingetlah gue mimpi apa apalagi gimana ceritanya gue tiba2 ketiduran.
ajaibnya, rasa sakitnya udah hilang sama sekaliii... hii... agak mengerikan...
ya oloh, kenapa shakespeare hanya menulis roman cinta?? padahal rasanya sakit gigi juga ga kalah dari sakit atiii...
ternyata sakit gigi ini bukan sakit gigi biasa.
siang tadi, setelah melewati gejala snut-snut yang lumayan... rasa sakitnya kemudian menjalar ke daerah pipi.
haduh, rasanya seperti bengkak tapi ga bengkak. seperti lebam tapi ga lebam.
apalah dayaku... gue cuma bisa merem melek aja.
begitu sampe rumah (gue abis dari acara khitanan sodara) gue langsung minum anastesi. trus rebahan di kursi.
...
...
...
bangun2 udah jam 6!! halah, ga ingetlah gue mimpi apa apalagi gimana ceritanya gue tiba2 ketiduran.
ajaibnya, rasa sakitnya udah hilang sama sekaliii... hii... agak mengerikan...
ya oloh, kenapa shakespeare hanya menulis roman cinta?? padahal rasanya sakit gigi juga ga kalah dari sakit atiii...
Jun 26, 2006
Time heals..????
Gue punya pengalaman buruk dengan dokter gigi. Atau dengan gigi, tepatnya.
Masa kecil gue, gigi2 gue kuning2 dan jarang2 karena gue malessss sikat gigi… apalagi sebelum Pepsodent Junior rasa strawberry ada.
Entah berapa ratus kali gue menderita sakit gigi yang konon lebih sakit daripada sakit hati.
Masa kecil gue sampe usia 12 tahun penuh dengan pengalaman tambal-menambal gigi. Sampe gue tau nama2 peralatan dokter gigi yang biasa dipake. Ada kali sekitar 10 dokter gigi yang pernah ngintip2 ke dalam mulut gue.
Emang sih, gigi gue parah banget, pernah salah satu (atau salah dua) gigi gue bolong sampe ke syarafnya!
Kalo kumat gue bisa guling2 di lantai, kasur, dimana aja sambil narik2 sprei atau apapun yang bisa dipegang. Sakitnya itu jo, ruarrrrr biasa!!!
(hmm, kalo dipikir2 emang lebih sakit daripada sakit hati sih..)
sampe akhirnya, saraf gue itu mati rasa. Waaaa…
yah begitulah, selama beberapa minggu atau bulan [ga inget euy!] gue menjalani perawatan gigi secara intensif.
Sampai akhirnya case closed dan dokter gue menyatakan tambalan sudah permanent dan perawatan selesai [hooray!!]
Selesailah era tambal-menambal, dan dimulailah era baru : kawat-mengawat.
Nah nah, sakitnya sih ga pernah sesakit waktu gigi gue bolong sampe saraf itu. Tapi rutin bo! Selama 4 tahun!
Belum lagi gue juga merasakan operasi atau bedah mulut demi mengambil jabang gigi gue yang belum tumbuh.
Jadi, terbayangkan dong betapa senangnya gue ketika era itu lewat!!
Saking senangnya, gue sampe ogah mesti balik2 lagi ke dokter gigi untuk pemeriksaan rutin [itu lho, yang tiap 6 bulan sekali. Hayooo, syapa yang ga ke dokter gigi 6 bulan sekalii??].
Ulah yang tidak bertanggung jawab itu menyebabkan karang gigi gue menumpuk. Hingga akhirnya setelah mengumpulkan segenap keberanian, hari ini gue pergi ke dokter gigi.
Toh, hanya ngbersihin karang.
Ternyata eh ternyata. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak.
Menurut dokter yang membersihkan karang gue, ternyata tambalan gue yang masa kecil itu rusak. Bukan Cuma satu tambalan [secara yah.. gue punya banyak tambalan di gigi gue..], tapi dua tambalan!!
Jadilah gue dioper ke ruang roentgen untuk di roentgen. Kemudian dioper lagi ke dokter gigi spesialis saraf.
Setelah nunggu 1 jam lebih, akhirnya giliran gue tiba. Jreng jreng… kenangan masa kecil gue yang menyeramkan pun bangkit lagi. Jiwa anak kecil berusia 12 tahun yang ada dalam diri gue mulai merengek2 nyuruh kaki gue buru2 ambil langkah 1000 aja.
Tapi otak 20 tahun gue yang mulai agak karatan ini berusaha ber-positive thinking.
Tarik napas… hembus… tarik napas… … … … hembusss…
Jadilah gue digarap. Ga ngerti dah diapain. Pake jarum2an gitu.
Dokternya bilang, “gusi kamu udah mati rasa jadi ga akan sakit”.
Kok kata2 itu ga bikin gue tenang ya?
Setengah jam yang menegangkan pun berlalu. Saatnya pulang!!! [hooray!!!]
Tapi tak dinyana, sang dokter bilang “tanggal 4 kesini lagi ya. Butuh perawatan intensif”.
HUUUUUWAAAAA….!!!!
Era apa lagi yang gue hadapi sekarang?? Era tambal sulam??
Jun 24, 2006
coz life's not always good, dear...
tau ga?
ternyata ga lulus sebuah mata kuliah itu ga apa2 lho..
ternyata gue masih bisa ketawa ketiwi sana sini. ternyata gue masih bisa ngomong dengan ringannya "OR gue E lho...".
ternyata gue masih bisa senyam senyum ketika sadar kalo sepertinya gue harus menghabiskan paling enggak 5 tahun di kampus ini.
well, reaksinya memang bisa berbeda buat setiap orang. hahaha...
what am i trying to say?
hmm, maksud gue, gagal itu biasa kan?
dulu jamannya SPMB, semua temen2 gue (gue ga termasuk, karena beberapa bulan sebelum SPMB gue udah keterima di ITB. hahaha...) mati2an belajar.
ngomongnya "duh, ga tau deh mau gimana kalo ga lulus SPMB".
tapi, ternyata, setelah mereka ga nemuin nama mereka di koran, life still goes as well.
ternyata pada akhirnya mereka senang2 aja kok kuliah di PTS.
bukannya gagal itu beneran 'ga apa2' yah.. tapi kalo pun setelah kerja keras ternyata tetap ga berhasil, itu bukan akhir dunia kok.
kemaren gue baca di koran, ada 4 orang siswa SMU yang nyoba bunuh diri karena ga lulus UN. padahal katanya mereka termasuk siswa yang pintar dan selalu rangking di sekolah.
entah kenapa sampai terpikir bunuh diri. padahal dunia dan hidup itu kan jauuuuuh lebih besar dan hebat dari Ujian Nasional. mungkin karena pandangan masyarakat tentang orang yang ga lulus ujian artinya bodoh atau pecundang? karena malu? karena ga tau mau ngapain kalo ga sekolah?
ujung2nya, orang tua murid pada demo.
menurut gue sih, standarisasi itu penting. sama aja kayak nglamar kerja. yang ga layak ga akan diterima. dan memang hidup itu seperti itu kan?
bukannya jahat, tapi mau jadi manja terus?
menerima kegagalan memang ga segampang ngomongnya. tapi toh, itu sesuatu yang ga bisa dihindarin kalo mau survive.
kalo pun lulus ujian SMA, masih banyak ujian lain yang mesti dihadapin.
ancaman drop out dari kuliah lah, di-PHK waktu kerja lah, usaha yang bangkrut lah, macem2.
yang bikin anak2 ini ga bisa nerima kegagalannya, mungkin karena sekolah dan yah... siapapun yang berwenang itu, ga nyiapin konseling dari awal.
sejak sebelum ujian misalnya, dikasih konseling atau apa kek tentang psikologis gitu bahwa ga lulus ujian itu bukan akhir dunia.
mungkin dari situ jadi bisa tau potensi yang sebenernya dimana.
Kadang2, manusia mau aja diperbudak sama nilai. kerja keras untuk dapat nilai bagus demi pengakuan. dan kalo gagal, berasa jadi orang paling ga berguna sejagad raya.
padahal kota bukan hanya jakarta, negara bukan hanya Indonesia dan planet bukan hanya Bumi. (halah... wat am i trying to say sih..?? maksudnya 'dunia itu luas jo!!!'... ko endingnya ga oke ya?)
Jun 14, 2006
friendster, communication, and.... indonesian...
Kembaliiii lagiiii!!!
Sebagai bukti betapa gue tak ada kerjaan di pagi hari ini, maka dengan ini gue resmikan postingan ketiga gue dalam tiga hari ini!!
(GOOOONGGGG….!*suara gong is on*)
hm.. topic kita kali ini adalah (duh.. udah kayak talkshow) FRIENDSTER!
Iyah… FRIENDSTER dan bukannya FRIENDASTER. Soalnya waktu itu gue pernah salah ngetik alamat, eh taunya ada aja dunk situs bernama friendaster. Isinya juga semacam situs pertemanan gitu. Hah, bukan itu yang mau gue bahas!
Jadi, alkisah jaman dahulu kala (yah… kira2 24 jam yang lalu…) gue membulatkan tekad untuk ‘membersihkan’ friendster gue dari orang2 yang tidak gue kenal.
Ceritanya gue mau membuat friendster gue menjadi PRIVATE. Jadi orang2 yang gue bahkan ga tau asal-usulnya, merasa tidak pernah berkomunikasi, gue CUT alias DELETE dari friends list. Mau dia satu kampus kek, satu sma kek, satu smp kek (secara yah *diucapkan dengan gaya gaul ala jakarta*, satu angkatan di smp gue ada 500 sekian orang gitu loohh..), satu sd kek, satu pengajian kek, satu madrasah, kalo gue ga merasa pernah kenal, tau dan berkomunikasi, yah gue delete ajah…
Sebenernya kegiatan pembasmian ini udah pernah berlangsung beberapa tahap sebelumnya. Tapi belum pernah sampai tuntas. Barulah kemarin, JRENGJRENGGGG selesai sudah misi yang satu ituu!! Jadi sekarang lo mau tunjuk yang mana aja yang ada di friendlist gue, pasti gue kenal!! Hahaha…
Kemarin gue men-delete sekitar 25 orang. Kalo ditotal2 sama yang tahap2 sebelumnya, keseluruhan ‘korban’ mungkin mencapai 100 orang lebih.
Halah, bayangkan lah berapa duit yang terbuang untuk melaksanakan proses itu. Gue jadi terheran2 sendiri, buat apa pula gue mengapprove sekian banyak orang yang ga gue kenal??
Nah, siap2 yah… cerita akan sedikit berbelok.. coba temukan hubungannya… (eits, serius ini!!)
Jadi, akhirnya kemarin malam gue ikut sebuah workshop komunikasi. Di workshop itu, melalui proses tertentu, peserta dibagi menjadi 4 kelompok yang mewakili 4 kelompok besar tipe manusia dalam berkomunikasi di dunia.
Kelompok 1 : CONTROLLER. Artinya tukang control (nenek2 juga tau!). dominant, senang pada kekuasaan, terfokus pada hasil dan lain2 (haaa,,, kalo mau tau banyak mesti ikut workshopnya duluuu).
Kelompok 2 : PROMOTOR. Senang jadi pusat perhatian, dominant, passionate, dll.
Kelompok 3 : ANALYZER. Senang menganalisa dan melihat segala sesuatu dari sisi logis tidaknya, banyak berpikir, teliti, dll.
Kelompok 4 : SUPPORTER. Terfokus pada hubungan dengan orang2, mau melakukan apa saja untuk menyenangkan orang lain, ga enakan sama orang lain, etc.
Yaaah, bisa ditebak ga mayoritas orang Indonesia masuk kelompok yang mana?
Definitely, supporter. (hahaha… tapi gue ga masuk kelompok ituu!!).
Salah satu sifatnya adalah, seorang supporter akan berkata “iya” biarpun sebenarnya mereka tidak setuju.
Kenapa? Ya, karena mereka selalu pengen menyenangkan orang lain dan paling takut kalo hubungannya dengan orang lain rusak.
Nah, kembali ke soal friendster.
Kenapa waktu itu gue mau aja mengapprove 100 sekian orang yang ga gue kenal??
Karena, meskipun gue bukan termasuk golongan supporter, gue tetap orang Indonesia.
Sebagai bukti betapa gue tak ada kerjaan di pagi hari ini, maka dengan ini gue resmikan postingan ketiga gue dalam tiga hari ini!!
(GOOOONGGGG….!*suara gong is on*)
hm.. topic kita kali ini adalah (duh.. udah kayak talkshow) FRIENDSTER!
Iyah… FRIENDSTER dan bukannya FRIENDASTER. Soalnya waktu itu gue pernah salah ngetik alamat, eh taunya ada aja dunk situs bernama friendaster. Isinya juga semacam situs pertemanan gitu. Hah, bukan itu yang mau gue bahas!
Jadi, alkisah jaman dahulu kala (yah… kira2 24 jam yang lalu…) gue membulatkan tekad untuk ‘membersihkan’ friendster gue dari orang2 yang tidak gue kenal.
Ceritanya gue mau membuat friendster gue menjadi PRIVATE. Jadi orang2 yang gue bahkan ga tau asal-usulnya, merasa tidak pernah berkomunikasi, gue CUT alias DELETE dari friends list. Mau dia satu kampus kek, satu sma kek, satu smp kek (secara yah *diucapkan dengan gaya gaul ala jakarta*, satu angkatan di smp gue ada 500 sekian orang gitu loohh..), satu sd kek, satu pengajian kek, satu madrasah, kalo gue ga merasa pernah kenal, tau dan berkomunikasi, yah gue delete ajah…
Sebenernya kegiatan pembasmian ini udah pernah berlangsung beberapa tahap sebelumnya. Tapi belum pernah sampai tuntas. Barulah kemarin, JRENGJRENGGGG selesai sudah misi yang satu ituu!! Jadi sekarang lo mau tunjuk yang mana aja yang ada di friendlist gue, pasti gue kenal!! Hahaha…
Kemarin gue men-delete sekitar 25 orang. Kalo ditotal2 sama yang tahap2 sebelumnya, keseluruhan ‘korban’ mungkin mencapai 100 orang lebih.
Halah, bayangkan lah berapa duit yang terbuang untuk melaksanakan proses itu. Gue jadi terheran2 sendiri, buat apa pula gue mengapprove sekian banyak orang yang ga gue kenal??
Nah, siap2 yah… cerita akan sedikit berbelok.. coba temukan hubungannya… (eits, serius ini!!)
Jadi, akhirnya kemarin malam gue ikut sebuah workshop komunikasi. Di workshop itu, melalui proses tertentu, peserta dibagi menjadi 4 kelompok yang mewakili 4 kelompok besar tipe manusia dalam berkomunikasi di dunia.
Kelompok 1 : CONTROLLER. Artinya tukang control (nenek2 juga tau!). dominant, senang pada kekuasaan, terfokus pada hasil dan lain2 (haaa,,, kalo mau tau banyak mesti ikut workshopnya duluuu).
Kelompok 2 : PROMOTOR. Senang jadi pusat perhatian, dominant, passionate, dll.
Kelompok 3 : ANALYZER. Senang menganalisa dan melihat segala sesuatu dari sisi logis tidaknya, banyak berpikir, teliti, dll.
Kelompok 4 : SUPPORTER. Terfokus pada hubungan dengan orang2, mau melakukan apa saja untuk menyenangkan orang lain, ga enakan sama orang lain, etc.
Yaaah, bisa ditebak ga mayoritas orang Indonesia masuk kelompok yang mana?
Definitely, supporter. (hahaha… tapi gue ga masuk kelompok ituu!!).
Salah satu sifatnya adalah, seorang supporter akan berkata “iya” biarpun sebenarnya mereka tidak setuju.
Kenapa? Ya, karena mereka selalu pengen menyenangkan orang lain dan paling takut kalo hubungannya dengan orang lain rusak.
Nah, kembali ke soal friendster.
Kenapa waktu itu gue mau aja mengapprove 100 sekian orang yang ga gue kenal??
Karena, meskipun gue bukan termasuk golongan supporter, gue tetap orang Indonesia.
Jun 13, 2006
the baby sitting stufffs...
hyaaahh... baru kemaren posting, sekarang udah posting lagi... ketauan banget yah gue ga ada kerjaan?
seperti rangga bilang "posting panjang banget, beneran keliatan lagi ga ada kerjaan"... huaaa... yasudahlah. memang pada dasarnya sayah ini sedang dalam status pengangguran. kecuali kalo mengasuh anak itu dihitung sebagai pekerjaan.
ngomong2 soal mengasuh anak ato baby sitting (bener ga ya tulisannya?). Hari2 belakangan ini sayah diperbantukan di rumah sebagai pengasuh untuk adik sayah sendiri yang baru berumur 3,5 tahun.
yahhh.. begitulah, ada suka ada dukanya (sapa yang nanyaa??).
jadi begini loh kira2 hidup sayah sebagai pengasuh anak.
pagi2 bangun tidur... anaknya sudah bangun duluan (haha).. dan dia sudah menguasai TV dan dengan sewenang2 menguasai remote! Yah, jadilah sayah sering ketinggalan nonton infotainment pagi [tapi sayah masih cukup up to date dengan gosip seputar taufik hidayat].
Dari nonton Dora the Explorer, trus Spongebob, trus Arnold atau Doraemon. jadilah sayah ikutan nonton. itung2 nambah pengetahuan.
trus siangan dikit, si anak mulai merengek2 minta makanan macem2. dari wortel yang masih batangan sampe es krim dilahap habis.
siangan dikit lagi [biasanya ketika sayah sedang ber-internet seperti sekarang] dia mau pup. Hyaaah, sekalian saja dimandikan.
Setelah itu, kegiatan simpang siur yang tidak jelas. seperti dia main dan sayah baca buku. ato kegiatan mencari TK, karena rencananya Juli nanti si anak mau masuk TK. biasanya ketika sayah nanya2 tentang TK yang bersangkutan ke si guru, si anak bermain jungkat-jungkit, ayunan, dan berbagai peralatan lain yan gada di halaman TK. Nah, repotnya, kalo sudah main, biasanya si anak ga mau diajak pulang.
Haduuhh... padahal matahari bersinar terik dan sayah bisa merasakan kulit sayah mulai menghitam. jadilah, sayah iming2i dia dengan kue atau apapun. alhasil, lama kelamaan uang sayah mulai menipis.
sampai rumah biasanya lalu kita sama2 ketiduran. pas bangun, hari udah mulai sore. dan mulailah lagi parade nonton Dora, Spongebob dan Arnold. Yah.. sayah jadi ketinggalan infotainment sore jugaa...
Lalu menjelang maghrib, si anak dimandikan. Setelah dimandikan, mulailah kegiatan main yang sesungguhnya. Kemaren kita main bola. [iyaa... sayah juga main bola... nendang kesana kemarii...]
Lalu dilanjutkan kegiatan makan. Makan apapun yang ada di lemari, kulkas, dan berbagai sudut rumah. Selesai makan, sayah mulai berdoa agar si anak segera mengantuk. Nampaknya sayah kurang beriman, karena biasanya si anak baru tidur di atas jam 10, setelah sebelumnya dipakaikan Pampers terlebih dahulu.
Barulah, di atas jam 10 sayah benar2 merdeka dan menjadi manusia bebas.
Makanya, ketika hari Minggu lalu di Oprah Show membahas tentang ibu yang bekerja, sayah memperhatikan baik2. itung2 menimba ilmu untuk bekal di masa depan. ketika sayah punya anak2 sayah sendiri. dan juga punya pekerjaan.
capeee tau, ngurusin anak. tapi kalo ngliat kakinya yang pendek. trus bahunya yang kecil. trus suaranya yang cempreng. trus mulutnya yang melongo kalo nonton tv. trus matanya yang tanpa dosa bilang "mau ee'....", kayaknya.... yaudahlah. :)
[haduhhh... posting ini juga panjang banget... begitu tampakkah gue yang ga ada kerjaan ini???]
seperti rangga bilang "posting panjang banget, beneran keliatan lagi ga ada kerjaan"... huaaa... yasudahlah. memang pada dasarnya sayah ini sedang dalam status pengangguran. kecuali kalo mengasuh anak itu dihitung sebagai pekerjaan.
ngomong2 soal mengasuh anak ato baby sitting (bener ga ya tulisannya?). Hari2 belakangan ini sayah diperbantukan di rumah sebagai pengasuh untuk adik sayah sendiri yang baru berumur 3,5 tahun.
yahhh.. begitulah, ada suka ada dukanya (sapa yang nanyaa??).
jadi begini loh kira2 hidup sayah sebagai pengasuh anak.
pagi2 bangun tidur... anaknya sudah bangun duluan (haha).. dan dia sudah menguasai TV dan dengan sewenang2 menguasai remote! Yah, jadilah sayah sering ketinggalan nonton infotainment pagi [tapi sayah masih cukup up to date dengan gosip seputar taufik hidayat].
Dari nonton Dora the Explorer, trus Spongebob, trus Arnold atau Doraemon. jadilah sayah ikutan nonton. itung2 nambah pengetahuan.
trus siangan dikit, si anak mulai merengek2 minta makanan macem2. dari wortel yang masih batangan sampe es krim dilahap habis.
siangan dikit lagi [biasanya ketika sayah sedang ber-internet seperti sekarang] dia mau pup. Hyaaah, sekalian saja dimandikan.
Setelah itu, kegiatan simpang siur yang tidak jelas. seperti dia main dan sayah baca buku. ato kegiatan mencari TK, karena rencananya Juli nanti si anak mau masuk TK. biasanya ketika sayah nanya2 tentang TK yang bersangkutan ke si guru, si anak bermain jungkat-jungkit, ayunan, dan berbagai peralatan lain yan gada di halaman TK. Nah, repotnya, kalo sudah main, biasanya si anak ga mau diajak pulang.
Haduuhh... padahal matahari bersinar terik dan sayah bisa merasakan kulit sayah mulai menghitam. jadilah, sayah iming2i dia dengan kue atau apapun. alhasil, lama kelamaan uang sayah mulai menipis.
sampai rumah biasanya lalu kita sama2 ketiduran. pas bangun, hari udah mulai sore. dan mulailah lagi parade nonton Dora, Spongebob dan Arnold. Yah.. sayah jadi ketinggalan infotainment sore jugaa...
Lalu menjelang maghrib, si anak dimandikan. Setelah dimandikan, mulailah kegiatan main yang sesungguhnya. Kemaren kita main bola. [iyaa... sayah juga main bola... nendang kesana kemarii...]
Lalu dilanjutkan kegiatan makan. Makan apapun yang ada di lemari, kulkas, dan berbagai sudut rumah. Selesai makan, sayah mulai berdoa agar si anak segera mengantuk. Nampaknya sayah kurang beriman, karena biasanya si anak baru tidur di atas jam 10, setelah sebelumnya dipakaikan Pampers terlebih dahulu.
Barulah, di atas jam 10 sayah benar2 merdeka dan menjadi manusia bebas.
Makanya, ketika hari Minggu lalu di Oprah Show membahas tentang ibu yang bekerja, sayah memperhatikan baik2. itung2 menimba ilmu untuk bekal di masa depan. ketika sayah punya anak2 sayah sendiri. dan juga punya pekerjaan.
capeee tau, ngurusin anak. tapi kalo ngliat kakinya yang pendek. trus bahunya yang kecil. trus suaranya yang cempreng. trus mulutnya yang melongo kalo nonton tv. trus matanya yang tanpa dosa bilang "mau ee'....", kayaknya.... yaudahlah. :)
[haduhhh... posting ini juga panjang banget... begitu tampakkah gue yang ga ada kerjaan ini???]
Jun 12, 2006
ehm..ehm...
Belakangan ini ia tak terlalu menarik lagi bagiku. Aku tidak lagi selalu mencari-cari keberadaannya. Atau gelisah bila ia tak bersamaku.
Ia masih setia memanggilku. Dengan sapaan pendek, kadang dengan sapaan panjang. Tapi dengan kurang ajarnya, sering aku acuhkan. Bahkan kadang bila ia memanggil dengan sapaan panjang, aku suruh dia untuk diam.
Bukannya anti, hanya saja saat ini ia sedang tak terasa penting bagiku. Hanya sesekali saja aku melihatnya. Sambil lalu.
Padahal dulu aku tak ingin lepas darinya. Sedikit suara atau gerakan saja darinya, maka tersedotlah semua perhatianku kepadanya. Tak boleh ada yang terlewat. Mulai dari bangun tidur, sehabis mandi, mau berangkat ke kampus, selesai kuliah, mau makan siang, saat makan siang, setelah makan siang (dan makan2 yang lain), selesai shalat, hingga mau tidur, ia lah yang selalu aku cari.
Itu dulu.
Sejak beberapa minggu lalu ketika nenekku meninggal dan kami sekeluarga ke Solo, ia jadi lebih akrab dengan adikku. Sementara aku tak peduli. Banyak yang mesti dikerjakan saat itu hingga tak sempat lagi aku menengoknya. Kadang ia bahkan terasa menjadi beban sehingga kutinggalkan saja atau kusuruh adikku menjaganya.
Nampaknya berlanjut hingga saat-saat ini. Meskipun ia tak lagi akrab dengan adikku. Dan hubungan kami juga tidak sejauh dulu. Setidaknya sekarang ini aku berkenan menengoknya beberapa kali dalam sehari.
Namun, tidak juga kami seakrab dulu. Aku tak lagi tidur dengannya.
Tapi jujur, aku sayang padanya. Sudah satu tahun lebih aku bersamanya. Aku sudah hapal setiap lekuk tubuhnya dan begitu nyaman menggenggamnya. Sampai saat ini aku belum ingin mencari yang baru biarpun banyak yang katanya lebih keren. Ia memang tidak super, namun semua yang aku butuhkan ada padanya. Dan untuk yang satu ini aku tak perlu lebih. Belum perlu, mungkin.
Papaku pernah bilang, jangan sampai punya ikatan batin dengan benda mati. Aku setuju itu. Supaya tetap rasional kalau mau menjual. Yah, kecuali kalau barang pemberian, itu lain persoalan lagi.
Tapi untuk dia, aku telanjur sayang. Beberapa kali ia rusak, selalu aku perbaiki. Tidak terpikir untuk menjual Nokia 6600-ku itu.
Ia yang tidak kurang dan tidak lebih.
Aku tidak butuh kamera ber-MegaPixel, toh aku punya digicam dan kamera SLR. Aku juga tidak butuh fungsi computer lengkap dalam HP-ku, toh aku punya computer sendiri. Aku juga tidak butuh HP dengan penampilan keren, toh aku suka paduan warna dan corak hitam-putihnya yang minimalis. Aku pun tidak butuh HP berbody mini, malah susah dicari dan gampang hilang (mengingat aku termasuk orang yang selebor, HP jenis ini jelas tidak cocok).
Buatku, kok kayaknya mubazir membeli barang multifungsi yang fungsinya jarang atau bahkan tidak pernah dipakai. Memang, aku bukan orang yang hi-tech atau penggila teknologi. Aku sadar betul itu.
Asal aku bisa mengabadikan momen-momen tak terduga dalam hidupku (termasuk berbagai pose narsis ku), menelepon dengan suara jernih, ber-sms tanpa harus jariku kapalan, menyimpan note-note penting, mencatat kegiatan dan ulang tahun teman-temanku, menyimpan beberapa lagu yang aku suka, dan bermain games di saat suntuk, itu sudah cukup.
Ia mungkin sudah agak ketinggalan jaman dibandingkan milik teman-temanku, tapi ya itu tadi. Ia punya semua yang aku butuhkan, jadi buat apa cari yang lain? Toh fungsi yang aku gunakan juga yang itu-itu saja.
Maka, sudah pasti ketidakakraban hubunganku dengannya saat ini bukan karena aku bosan atau apa. Hanya saja aku sedang ingin berlibur, jobless serta me-recharge energi, semangat dan ide-ide baru.
Ia masih setia memanggilku. Dengan sapaan pendek, kadang dengan sapaan panjang. Tapi dengan kurang ajarnya, sering aku acuhkan. Bahkan kadang bila ia memanggil dengan sapaan panjang, aku suruh dia untuk diam.
Bukannya anti, hanya saja saat ini ia sedang tak terasa penting bagiku. Hanya sesekali saja aku melihatnya. Sambil lalu.
Padahal dulu aku tak ingin lepas darinya. Sedikit suara atau gerakan saja darinya, maka tersedotlah semua perhatianku kepadanya. Tak boleh ada yang terlewat. Mulai dari bangun tidur, sehabis mandi, mau berangkat ke kampus, selesai kuliah, mau makan siang, saat makan siang, setelah makan siang (dan makan2 yang lain), selesai shalat, hingga mau tidur, ia lah yang selalu aku cari.
Itu dulu.
Sejak beberapa minggu lalu ketika nenekku meninggal dan kami sekeluarga ke Solo, ia jadi lebih akrab dengan adikku. Sementara aku tak peduli. Banyak yang mesti dikerjakan saat itu hingga tak sempat lagi aku menengoknya. Kadang ia bahkan terasa menjadi beban sehingga kutinggalkan saja atau kusuruh adikku menjaganya.
Nampaknya berlanjut hingga saat-saat ini. Meskipun ia tak lagi akrab dengan adikku. Dan hubungan kami juga tidak sejauh dulu. Setidaknya sekarang ini aku berkenan menengoknya beberapa kali dalam sehari.
Namun, tidak juga kami seakrab dulu. Aku tak lagi tidur dengannya.
Tapi jujur, aku sayang padanya. Sudah satu tahun lebih aku bersamanya. Aku sudah hapal setiap lekuk tubuhnya dan begitu nyaman menggenggamnya. Sampai saat ini aku belum ingin mencari yang baru biarpun banyak yang katanya lebih keren. Ia memang tidak super, namun semua yang aku butuhkan ada padanya. Dan untuk yang satu ini aku tak perlu lebih. Belum perlu, mungkin.
Papaku pernah bilang, jangan sampai punya ikatan batin dengan benda mati. Aku setuju itu. Supaya tetap rasional kalau mau menjual. Yah, kecuali kalau barang pemberian, itu lain persoalan lagi.
Tapi untuk dia, aku telanjur sayang. Beberapa kali ia rusak, selalu aku perbaiki. Tidak terpikir untuk menjual Nokia 6600-ku itu.
Ia yang tidak kurang dan tidak lebih.
Aku tidak butuh kamera ber-MegaPixel, toh aku punya digicam dan kamera SLR. Aku juga tidak butuh fungsi computer lengkap dalam HP-ku, toh aku punya computer sendiri. Aku juga tidak butuh HP dengan penampilan keren, toh aku suka paduan warna dan corak hitam-putihnya yang minimalis. Aku pun tidak butuh HP berbody mini, malah susah dicari dan gampang hilang (mengingat aku termasuk orang yang selebor, HP jenis ini jelas tidak cocok).
Buatku, kok kayaknya mubazir membeli barang multifungsi yang fungsinya jarang atau bahkan tidak pernah dipakai. Memang, aku bukan orang yang hi-tech atau penggila teknologi. Aku sadar betul itu.
Asal aku bisa mengabadikan momen-momen tak terduga dalam hidupku (termasuk berbagai pose narsis ku), menelepon dengan suara jernih, ber-sms tanpa harus jariku kapalan, menyimpan note-note penting, mencatat kegiatan dan ulang tahun teman-temanku, menyimpan beberapa lagu yang aku suka, dan bermain games di saat suntuk, itu sudah cukup.
Ia mungkin sudah agak ketinggalan jaman dibandingkan milik teman-temanku, tapi ya itu tadi. Ia punya semua yang aku butuhkan, jadi buat apa cari yang lain? Toh fungsi yang aku gunakan juga yang itu-itu saja.
Maka, sudah pasti ketidakakraban hubunganku dengannya saat ini bukan karena aku bosan atau apa. Hanya saja aku sedang ingin berlibur, jobless serta me-recharge energi, semangat dan ide-ide baru.
Jun 6, 2006
boulevard!
buka buka buka buka buka.... situs ini!!
tentang... IT... tentang... fashion... ITB!
yang paling penting:
ada tulisan gue disini!!! hahahaha.... buruan buka... sekarang....
tentang... IT... tentang... fashion... ITB!
yang paling penting:
ada tulisan gue disini!!! hahahaha.... buruan buka... sekarang....
jangan lupa dikasih komen yup!!!!!
(boulevard-nya... bukan blog gue...)
May 27, 2006
no meaning
duh... bekasi panas banget sih!!
ga pagi, siang, sore, malem.. gerah mulu...
huhu... kalo lagi begini aku rindu bandungku...
tolong yah, kalo gue udah jadi orang kaya nanti, ingetin gue untuk ga usah beli rumah di jakarta atau bekasi...
ga pagi, siang, sore, malem.. gerah mulu...
huhu... kalo lagi begini aku rindu bandungku...
tolong yah, kalo gue udah jadi orang kaya nanti, ingetin gue untuk ga usah beli rumah di jakarta atau bekasi...
Apr 30, 2006
then...
Biasanya, tiap Jumat pagi Bunga akan nanya: “min, lo ga kuliah?”
Trus, biasanya gue jawab : “gue ada kuliah kok jam 9”
Trus dia akan nanya lagi : “gue nanya, lo kuliah apa engga..”.
Dan gue jawab : “hmmm…” sambil nyengir aja dan tetep main moorhuhnjunged.
Menurut jadwal, Jumat pagi jam 9-10 gue ada kuliah Statistika Industri. Tapi, sayangnya, kuliah ini sering gue lewatkan… (oooh, ampuni dosaku…). Sayangnya lagi (atau untungnya…) sekitar 2/3 anak kelas gue pun juga seringkali melewatkan kuliah ini.
‘tanya kenapa?’
karena :
1. dosennya seringkali baru datang 15 menit sebelum kuliah selesai.
2. bukannya belajar teori2 statistik dari buku Walpole, kita malah belajar software mathcad.
3. kalo lagi kurang beruntung, bisa2 disuruh maju menjelaskan tugas yang kebanyakan copy paste.
4. ketika menjelaskan ke depan, dilarang ngomong “eee…”. Karena itu tidak efisien!!
5. juga dilarang mengatakan “jadi…” di awal penjelasan. Karena kata ‘jadi’ hanya boleh digunakan ketika kita sudah akan menjelaskan kesimpulan.
6. watch your words, kalo ga mau dibilang kerasukan.
Yah, begitulah. Tapi, suerrr, gue ga menaruh dendam sepitik pun kepada sang dosen meskipun gue terancam memiliki memory kopong tentang Statistika Industri yang bisa berakibat fatal pada semester berikutnya. Atau berikutnya. (yah, sebenernya gue ga tau persis, semester berapa lagi ada kuliah berbau2 statistik).
Trus, biasanya gue jawab : “gue ada kuliah kok jam 9”
Trus dia akan nanya lagi : “gue nanya, lo kuliah apa engga..”.
Dan gue jawab : “hmmm…” sambil nyengir aja dan tetep main moorhuhnjunged.
Menurut jadwal, Jumat pagi jam 9-10 gue ada kuliah Statistika Industri. Tapi, sayangnya, kuliah ini sering gue lewatkan… (oooh, ampuni dosaku…). Sayangnya lagi (atau untungnya…) sekitar 2/3 anak kelas gue pun juga seringkali melewatkan kuliah ini.
‘tanya kenapa?’
karena :
1. dosennya seringkali baru datang 15 menit sebelum kuliah selesai.
2. bukannya belajar teori2 statistik dari buku Walpole, kita malah belajar software mathcad.
3. kalo lagi kurang beruntung, bisa2 disuruh maju menjelaskan tugas yang kebanyakan copy paste.
4. ketika menjelaskan ke depan, dilarang ngomong “eee…”. Karena itu tidak efisien!!
5. juga dilarang mengatakan “jadi…” di awal penjelasan. Karena kata ‘jadi’ hanya boleh digunakan ketika kita sudah akan menjelaskan kesimpulan.
6. watch your words, kalo ga mau dibilang kerasukan.
Yah, begitulah. Tapi, suerrr, gue ga menaruh dendam sepitik pun kepada sang dosen meskipun gue terancam memiliki memory kopong tentang Statistika Industri yang bisa berakibat fatal pada semester berikutnya. Atau berikutnya. (yah, sebenernya gue ga tau persis, semester berapa lagi ada kuliah berbau2 statistik).
hyaah... gue jadi inget ada tugas regresi multivariat.... duuuuuuuhh....
Apr 9, 2006
life is...
They said that life's not always good, you never know what is waiting for you at the next corner.
Yeah, my life's is full of surprises lately. not always fun, but still, i love my life.
my friend said, "people need to get hurt so they know what is happiness".
have i ever get hurt?
yes, i have. everyone has, i guess.
but not everyone knows what is happiness. some people give up in their pain, blaming other people or/and her/himself or/and the circumstances.
why?
because it's easier than facing the pain.
i won't give up. no one nor anything could take my "sense of living" from me.
even though it may be really hurt, but it's not strong enough to "kill" me.
hehe.. i'm already 20 rite now... and i know for sure that my life is too precious to be filled with sadness nor anger.
Yeah, my life's is full of surprises lately. not always fun, but still, i love my life.
my friend said, "people need to get hurt so they know what is happiness".
have i ever get hurt?
yes, i have. everyone has, i guess.
but not everyone knows what is happiness. some people give up in their pain, blaming other people or/and her/himself or/and the circumstances.
why?
because it's easier than facing the pain.
i won't give up. no one nor anything could take my "sense of living" from me.
even though it may be really hurt, but it's not strong enough to "kill" me.
hehe.. i'm already 20 rite now... and i know for sure that my life is too precious to be filled with sadness nor anger.
Apr 3, 2006
the song
Sometimes I get tired of this me-first attitude
You are the one thing that keeps me smiling
That's why I'm always wishing hard for you
'Cause your light shines so bright I don't feel no solitude
You are my first star at night I'd be lost in space without you
And I'll never lose my faith in you
How will I ever get to heaven, if I do
Feels just so fine When we touch the sky me and you
This is my idyll of heaven
Why can't it always be so good?
But it's all right, I know you're out there
Doing what you've gotta do
You are my soul satellite
I'd be lost in space without you
And I'll never lose my faith in you
How will I ever get to heaven, if I do
And I'll never lose my faith in you
How will I ever get to heaven
lost in space - lighthouse family
it's just perfect!
You are the one thing that keeps me smiling
That's why I'm always wishing hard for you
'Cause your light shines so bright I don't feel no solitude
You are my first star at night I'd be lost in space without you
And I'll never lose my faith in you
How will I ever get to heaven, if I do
Feels just so fine When we touch the sky me and you
This is my idyll of heaven
Why can't it always be so good?
But it's all right, I know you're out there
Doing what you've gotta do
You are my soul satellite
I'd be lost in space without you
And I'll never lose my faith in you
How will I ever get to heaven, if I do
And I'll never lose my faith in you
How will I ever get to heaven
lost in space - lighthouse family
it's just perfect!
"Quando Quando Quando"
Tell me when will you be mine
Tell me quando, quando, quando
We can share a love divine
Please don't make me wait again
When will you say yes to me
Tell me quando, quando, quando
You mean happiness to me
Oh, my love, please tell me when
Every moment's a day
Every day seems a lifetime
Let me show you the way
To a joy beyond compare
I can't wait a moment more
Tell me quando, quando, quando
Say it's me that you adore
And then darling, tell me when
Every moment's a day
Every day seems a lifetime
Let me show you the way
To a joy beyond compare
I can't wait a moment more
Tell me quando, quando, quando
Say it's me that you adore
And then darling, tell me when
Oh my darling, tell me when
My darling, tell me when
When
Quando Quando Quando - Engelbert Humperdinck
nothin rily special... i just love the song. =)
Tell me quando, quando, quando
We can share a love divine
Please don't make me wait again
When will you say yes to me
Tell me quando, quando, quando
You mean happiness to me
Oh, my love, please tell me when
Every moment's a day
Every day seems a lifetime
Let me show you the way
To a joy beyond compare
I can't wait a moment more
Tell me quando, quando, quando
Say it's me that you adore
And then darling, tell me when
Every moment's a day
Every day seems a lifetime
Let me show you the way
To a joy beyond compare
I can't wait a moment more
Tell me quando, quando, quando
Say it's me that you adore
And then darling, tell me when
Oh my darling, tell me when
My darling, tell me when
When
Quando Quando Quando - Engelbert Humperdinck
nothin rily special... i just love the song. =)
Mar 4, 2006
Mattie Stepanek.
ada yang pernah denger tentang dia?
seorang penderita neuromuscular sejak lahir. dan dia meninggal tahun lalu, di usianya yang ke-13.
Apa yang lo bayangin tentang seorang anak cacat yang hampir seumur hidupnya di kursi roda dan pakai beberapa tabung dan alat untuk membantunya bernapas?
Dalam 13 tahun hidupnya, Mattie menulis 5 buah buku puisi. Salah satunya berjudul Heartsongs (mungkin ada yang udah pernah baca?). Jadi juru bicara di yayasan neuromuscular, dan seringkali bicara di depan publik.
What makes him so special?
for me, he's special because he's so alive.
mungkin hidupnya hanya 13 tahun, tapi dia memilih menjalani 13 tahun itu dengan bahagia dan berbuat banyak untuk orang lain.
padahal, seandainya dia menjalani 13 tahun itu dengan menangisi kondisi badannya dan ga nglakuin apa2, siapa juga yang mau nyalahin dia?
overall, he choosed to 'live'.
dia begitu dekat dengan kematian, tapi itu membuat dia jadi menghargai kehidupan.
dia bisa mati kapan aja, dan itu yang membuat dia ga mau menyia-nyiakan waktunya di dunia.
berikut gue kutip dari website nya mattie:
ada yang pernah denger tentang dia?
seorang penderita neuromuscular sejak lahir. dan dia meninggal tahun lalu, di usianya yang ke-13.
Apa yang lo bayangin tentang seorang anak cacat yang hampir seumur hidupnya di kursi roda dan pakai beberapa tabung dan alat untuk membantunya bernapas?
Dalam 13 tahun hidupnya, Mattie menulis 5 buah buku puisi. Salah satunya berjudul Heartsongs (mungkin ada yang udah pernah baca?). Jadi juru bicara di yayasan neuromuscular, dan seringkali bicara di depan publik.
What makes him so special?
for me, he's special because he's so alive.
mungkin hidupnya hanya 13 tahun, tapi dia memilih menjalani 13 tahun itu dengan bahagia dan berbuat banyak untuk orang lain.
padahal, seandainya dia menjalani 13 tahun itu dengan menangisi kondisi badannya dan ga nglakuin apa2, siapa juga yang mau nyalahin dia?
overall, he choosed to 'live'.
dia begitu dekat dengan kematian, tapi itu membuat dia jadi menghargai kehidupan.
dia bisa mati kapan aja, dan itu yang membuat dia ga mau menyia-nyiakan waktunya di dunia.
berikut gue kutip dari website nya mattie:
Q: Do you ever get angry or scared about your disease or dying?
Mattie: Of course I get angry and scared. I am very human. Some people think I am always brave. I try to be, but I cry like the next person sometimes. I am needle phobic and pain phobic, so that doesn't help. But even if I get upset, or think, "I can't do this anymore," I get myself together and pray or play or talk with my mom or a close friend, and I get beyond that tough time. I might say, "Why me?" But then I say, "Why not me? Better me than a little baby, or a kid who doesn't have strength or support." I am very blessed to have God and my mom so involved in my life. I am also lucky because I have a lot of great support from my doctors and MDA friends, and from all the people who write to me and tell me how my words have made a difference in their lives. I am so lucky that I get to see the difference. Everyone makes a difference in somebody's life. Everyone. It's just that not everyone gets the chance to realize that difference in this life. So my life is very difficult, and sometimes painful, but very full and blessed.
have you ever feel that your life is a gift?
it is.
Subscribe to:
Posts (Atom)
The Other Blog
Dear all, This blog is not going to be updated often as I have created another one at www.floresianay.wordpress.com which will be focusi...
-
Have you ever watched kids On a merry-go-round? Or listened to the rain Slapping on the ground? Ever followed a butterfly's erratic flig...
-
[...karena satu dan lain hal, selama liburan ini gue ga bisa dihubungin lewat hp. maaf ya, buat sms2 lebaran yang ga akan terkirim...] here...
-
This afternoon, I was driving on Kalimalang road when a taxi in front of me suddenly stop. Naturally, I swerved to the right. Then a motorcy...